MASSA SICH MUDAH2AN NAMA B.I.N DIUBAH KEMBALI JADI B.A.K.I.N OLEH PAK TANTO MAKA KAMI SEGENAP SENAPATI TANPA LENCANA DUKUNG PERIODE KEPEMIMPINAN MU JENDERAL,SEMOGA AMIN AMIN YA ROBB AL AMIN
Jumat, Oktober 30, 2009
Badan Intelijen Negara ,
Minggu, Oktober 18, 2009
Mungkinkah Terulang Perang Dingin , Blok Barat VS Blok Timur ?
Relik Perang Dingin di Arus Globalisasi
PENDAPAT umum mengatakan, robohnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet menjelang 1990-an merupakan pertanda berakhirnya Perang Dingin. Itu berarti polarisasi antara Barat di bawah AS kontra Timur di bawah komando Uni Soviet selama lebih dari 50 tahun berakhir sudah.
Memang, konfigurasi dunia sejak awal 1970an pernah menjadi tripolar karena adanya konflik Soviet-Cina yang mengakibatkan peredaan ketegangan Baijing-Washington. Tapi pola Barat vs Timur sebagai penanda konflik ideologi dunia tak banyak berubah.
Sebagai penggantinya muncullah globalisasi dengan ciri dunia yang lebih terintegrasi sebagai dampak dari makin banyaknya manusia yang berpindah tempat. Itu ditambah lagi semakin cairnya pergerakan modal dan jasa serta adanya saling ketergantungan antara wilayah dan negara.
Satu pertanda utama dari globalisasi adalah ketersingkiran ideologi sebagai faktor yang selama lebih dari 50 tahun telah berfungsi sebagai motif berlangsungnya Perang Dingin. Kini hubungan antarnegara lebih didasarkan kepada kepentingan praktis, khususnya ekonomi dan kepentingan nasional lainnya.
Globalisasi tercermin dari peran G-20 yang makin besar, menggantikan G-8, ketika negara-negara industri maju mendominasi pengaturan perekonomian dunia. Di samping itu tekad Washington-Beijing membuka hubungan bilateral dan kemitraan strategis guna mengatasi krisis finansial dunia menjadi pertanda tentang makin menonjolnya proses globalisasi dan integrasi dunia.
Namun di tengah arus globalisasi yang sedang kencang itu, ada indikasi tentang masih kentalnya aura Perang Dingin. Itu ditunjukkan dengan makin eratnya Cina-Rusia, khususnya dengan terbentuknya 'kemitraan strategis' Beijing-Moskow. Ini dianggap sebagai penyeimbang dari pertalian yang sama antara Washington-Beijing.
Karena itu ada pendapat hubungan Beijing-Moskow yang kian erat dalam lima tahun terakhir ini bertujuan menumpulkan peran Barat yang dituduh masih ingin mendiktekan aturan permainan dan mempertahankan supremasi militer, diplomasi, politik dan ekonomi di alam globalisasi ini. Oleh karena itulah kemitraan strategis Cina-Rusia itu seakan membersitkan aroma Perang Dingin dan membuat lagi dunia menjadi bipolar.
Beijing-Moskow memang makin mesra. Malahan ada pengamat mengatakan, satu-satunya sukses paling besar dalam politik luar negeri Rusia pasca-Perang Dingin tak lain dari mengeratkan hubungan dengan Cina. Pada Juni 2005 kedua pihak menandatangani perjanjian tapal batas yang selama puluhan tahun menjadi obyek silang sengketa, bahkan pernah menimbulkan perang perbatasan.
Sementara itu kegiatan perdagangan di perbatasan berlangsung ramai. Di kota-kota tapal batas wilayah Cina bermunculan toko dengan nama dan iklan berbahasa Rusia yang menawarkan produk Cina. Turisme juga berkembang. Pada 2006 saja sekitar 2 juta turis Rusia bertandang ke Cina dan tak kurang dari satu juta turis Cina berwisata di Rusia. Dalam tiga tahun terakhir ini angka itu pasti meningkat.
Volume perdagangan Rusia Cina juga meningkat tajam, Statistik 2007 menunjukkan U$$48 miliar, padahal pada 1999 angka itu hanya berkisar pada US$5,7 milyar. Dalam politik, diplomasi, dan sekuriti kerjasama itu juga kelihatan menonjol. Pada 2001 Cina dan Rusia bersama empat negara berpenduduk mayoritas Islam yang dulu bernaung di bawah atap Uni Soviet (Kazakstan, Kirgistan, dan Uzbekistan) menandatangani Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Tujuan utama traktat Shanghai itu adalah untuk menghadapi ancaman terorisme Islam. Maklumlah, di Asia Tengah yang berada di bawah kekuasaan dan pengaruh Cina-Rusia tengah berkembang kegiatan yang dituduh terorisme, dilatarbelakangi ambisi mendirikan negara di bawah tradisi Islam fundamentalis.
Atas dasar itu ahli strategis berpendapat, Rusia-Cina tengah membangunkan kembali Perang Dingin dan bipolarisme. Dan dunia akan kembali ke pola politik, diplomasi dan konfrontasi seperti pada 1945-1990. Semangat itu, menurut pendapat ini, terutama dibangun oleh Rusia yang masih penasaran lantaran kebanggaannya tercampak akibat rontoknya Uni Soviet dan kekalahan sosialisme dalam bersaing dengan kapitalisme.
Namun, di sisi lain ada pendapat yang menganggap hubungan Cina-Soviet tak akan banyak menganggu tatanan dunia yang sudah terbentuk oleh globalisasi. Mengapa begitu? Pertama, Cina pasti tak akan mengubah situasi seperti sekarang dan kembali ke bipolarisme, karena ia telah banyak diuntungkan olehnya. Berkibarnya Cina menjadi salah satu kekuatan dunia adalah berkat kebijakan membuka diri terhadap dunia luar (baca: Barat), dalam segala bidang mulai dari ekonomi, sampai ke teknologi.
Peredaan ketegangan dengan Barat yang dirintis Mao pada 1970an dan dilanjutkan oleh Deng Xiaoping dan para penerusnya telah memberikan ruang yang aman baginya untuk fokus pada pengembangan dirinya, juga dalam segala bidang. Pendapat kedua ini juga menolak akan kemungkinan pemunculan kembali Perang Dingin karena hubungan Beijing-Moskow tak lebih dari marriage of convenience.
Kontak dagang Cina-Rusia yang demikian subur lebih banyak menunjukkan kehausan Cina akan enerji. Sebab, walaupun angka perdagangan kelihatan menguntungkan, itu lebih didominasi oleh perjanjian dan investasi Cina di bidang perminyakan dan gas bumi. Politik dan diplomasi juga tak menunjukkan gejala timbulnya lagi bipolarisme.
Karena, misalnya saja, sebegitu jauh Cina menyambut dingin ajakan Rusia untuk memperluas SCO menjadi pakta militer yang menyaingi NATO. Cina juga enggan untuk mendukung agresi terhadap Georgia atas alas an yang dibikin Moskow bahwa Geogia-lah yang menyerang duluan. Kelihatannya Cina tak ingin terlibat dalam konflik di Kaukasus.
Dalam perdaganganpun Rusia tak lebih dari mitra dengan posisi lebih rendah. Karena justru Cina yang diuntungkan. Kini dengan SCOnya, ekonomi dan perdagangan Cina mampu menerobos Asia Tengah yang di masa lalu secara tradisional didominasi Rusia. Posisi Rusia dalam berpatner strategis dengan Cina, dengan demikian hanya sebatas mitra minor. Ini sama seperti posisi Cina dalam bermitra dengan Barat, walaupun kini Cina memegang kartu yang cukup kuat.
Alhasil, pendapat bahwa dunia akan kembali ke polarisasi Perang Dingin adalah pendapat kuno. [mor]
disadur bebas : A. Dahana
PENDAPAT umum mengatakan, robohnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet menjelang 1990-an merupakan pertanda berakhirnya Perang Dingin. Itu berarti polarisasi antara Barat di bawah AS kontra Timur di bawah komando Uni Soviet selama lebih dari 50 tahun berakhir sudah.
Memang, konfigurasi dunia sejak awal 1970an pernah menjadi tripolar karena adanya konflik Soviet-Cina yang mengakibatkan peredaan ketegangan Baijing-Washington. Tapi pola Barat vs Timur sebagai penanda konflik ideologi dunia tak banyak berubah.
Sebagai penggantinya muncullah globalisasi dengan ciri dunia yang lebih terintegrasi sebagai dampak dari makin banyaknya manusia yang berpindah tempat. Itu ditambah lagi semakin cairnya pergerakan modal dan jasa serta adanya saling ketergantungan antara wilayah dan negara.
Satu pertanda utama dari globalisasi adalah ketersingkiran ideologi sebagai faktor yang selama lebih dari 50 tahun telah berfungsi sebagai motif berlangsungnya Perang Dingin. Kini hubungan antarnegara lebih didasarkan kepada kepentingan praktis, khususnya ekonomi dan kepentingan nasional lainnya.
Globalisasi tercermin dari peran G-20 yang makin besar, menggantikan G-8, ketika negara-negara industri maju mendominasi pengaturan perekonomian dunia. Di samping itu tekad Washington-Beijing membuka hubungan bilateral dan kemitraan strategis guna mengatasi krisis finansial dunia menjadi pertanda tentang makin menonjolnya proses globalisasi dan integrasi dunia.
Namun di tengah arus globalisasi yang sedang kencang itu, ada indikasi tentang masih kentalnya aura Perang Dingin. Itu ditunjukkan dengan makin eratnya Cina-Rusia, khususnya dengan terbentuknya 'kemitraan strategis' Beijing-Moskow. Ini dianggap sebagai penyeimbang dari pertalian yang sama antara Washington-Beijing.
Karena itu ada pendapat hubungan Beijing-Moskow yang kian erat dalam lima tahun terakhir ini bertujuan menumpulkan peran Barat yang dituduh masih ingin mendiktekan aturan permainan dan mempertahankan supremasi militer, diplomasi, politik dan ekonomi di alam globalisasi ini. Oleh karena itulah kemitraan strategis Cina-Rusia itu seakan membersitkan aroma Perang Dingin dan membuat lagi dunia menjadi bipolar.
Beijing-Moskow memang makin mesra. Malahan ada pengamat mengatakan, satu-satunya sukses paling besar dalam politik luar negeri Rusia pasca-Perang Dingin tak lain dari mengeratkan hubungan dengan Cina. Pada Juni 2005 kedua pihak menandatangani perjanjian tapal batas yang selama puluhan tahun menjadi obyek silang sengketa, bahkan pernah menimbulkan perang perbatasan.
Sementara itu kegiatan perdagangan di perbatasan berlangsung ramai. Di kota-kota tapal batas wilayah Cina bermunculan toko dengan nama dan iklan berbahasa Rusia yang menawarkan produk Cina. Turisme juga berkembang. Pada 2006 saja sekitar 2 juta turis Rusia bertandang ke Cina dan tak kurang dari satu juta turis Cina berwisata di Rusia. Dalam tiga tahun terakhir ini angka itu pasti meningkat.
Volume perdagangan Rusia Cina juga meningkat tajam, Statistik 2007 menunjukkan U$$48 miliar, padahal pada 1999 angka itu hanya berkisar pada US$5,7 milyar. Dalam politik, diplomasi, dan sekuriti kerjasama itu juga kelihatan menonjol. Pada 2001 Cina dan Rusia bersama empat negara berpenduduk mayoritas Islam yang dulu bernaung di bawah atap Uni Soviet (Kazakstan, Kirgistan, dan Uzbekistan) menandatangani Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Tujuan utama traktat Shanghai itu adalah untuk menghadapi ancaman terorisme Islam. Maklumlah, di Asia Tengah yang berada di bawah kekuasaan dan pengaruh Cina-Rusia tengah berkembang kegiatan yang dituduh terorisme, dilatarbelakangi ambisi mendirikan negara di bawah tradisi Islam fundamentalis.
Atas dasar itu ahli strategis berpendapat, Rusia-Cina tengah membangunkan kembali Perang Dingin dan bipolarisme. Dan dunia akan kembali ke pola politik, diplomasi dan konfrontasi seperti pada 1945-1990. Semangat itu, menurut pendapat ini, terutama dibangun oleh Rusia yang masih penasaran lantaran kebanggaannya tercampak akibat rontoknya Uni Soviet dan kekalahan sosialisme dalam bersaing dengan kapitalisme.
Namun, di sisi lain ada pendapat yang menganggap hubungan Cina-Soviet tak akan banyak menganggu tatanan dunia yang sudah terbentuk oleh globalisasi. Mengapa begitu? Pertama, Cina pasti tak akan mengubah situasi seperti sekarang dan kembali ke bipolarisme, karena ia telah banyak diuntungkan olehnya. Berkibarnya Cina menjadi salah satu kekuatan dunia adalah berkat kebijakan membuka diri terhadap dunia luar (baca: Barat), dalam segala bidang mulai dari ekonomi, sampai ke teknologi.
Peredaan ketegangan dengan Barat yang dirintis Mao pada 1970an dan dilanjutkan oleh Deng Xiaoping dan para penerusnya telah memberikan ruang yang aman baginya untuk fokus pada pengembangan dirinya, juga dalam segala bidang. Pendapat kedua ini juga menolak akan kemungkinan pemunculan kembali Perang Dingin karena hubungan Beijing-Moskow tak lebih dari marriage of convenience.
Kontak dagang Cina-Rusia yang demikian subur lebih banyak menunjukkan kehausan Cina akan enerji. Sebab, walaupun angka perdagangan kelihatan menguntungkan, itu lebih didominasi oleh perjanjian dan investasi Cina di bidang perminyakan dan gas bumi. Politik dan diplomasi juga tak menunjukkan gejala timbulnya lagi bipolarisme.
Karena, misalnya saja, sebegitu jauh Cina menyambut dingin ajakan Rusia untuk memperluas SCO menjadi pakta militer yang menyaingi NATO. Cina juga enggan untuk mendukung agresi terhadap Georgia atas alas an yang dibikin Moskow bahwa Geogia-lah yang menyerang duluan. Kelihatannya Cina tak ingin terlibat dalam konflik di Kaukasus.
Dalam perdaganganpun Rusia tak lebih dari mitra dengan posisi lebih rendah. Karena justru Cina yang diuntungkan. Kini dengan SCOnya, ekonomi dan perdagangan Cina mampu menerobos Asia Tengah yang di masa lalu secara tradisional didominasi Rusia. Posisi Rusia dalam berpatner strategis dengan Cina, dengan demikian hanya sebatas mitra minor. Ini sama seperti posisi Cina dalam bermitra dengan Barat, walaupun kini Cina memegang kartu yang cukup kuat.
Alhasil, pendapat bahwa dunia akan kembali ke polarisasi Perang Dingin adalah pendapat kuno. [mor]
disadur bebas : A. Dahana
Kamis, Oktober 15, 2009
Peraih Nobel Perdamaian harus buktikan Mereformasi Dewan Keamanan PBB
Walau Pro dan Kontra Bermunculan dari segala Penjuru dunia namun perlu kita simak ketika Tokoh Hugo Chavez Kecam Nobel Perdamaian Obama dengan Tulisannya
Presiden Venezuela Hugo Chavez mengecam keras Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Menurutnya, Obama tidak melakukan tindakan nyata apa pun selain pemikiran-pemikirannya yang penuh harapan.
Demikian seperti dilansir Reuters, Senin (12/10/2009).
Chavez, yang seringkali mengkritisi Obama secara personal perihal kebijakan 'imperialis'-nya ini, berpendapat pemberian Nobel kepada pemimpin Amerika Serikat tersebut merupakan suatu kesalahan. Dikatakan dia, tindakan Obama selama ini belum layak mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut. "Apakah yang telah dilakukan Obama selama ini layak untuk mendapatkan penghargaan ini? Juri hanya memfokuskan pada harapan-harapannya tentang penghapusan senjata nuklir dunia, namun melupakan peranannya dalam menempatkan batalyonnya di Irak dan Afghanistan, dan keputusannya untuk mendirikan markas militer baru di Kolombia," tulis Chavez dalam sebuah kolom.
"Untuk pertama kalinya, kita menyaksikan pemberian penghargaan dengan nominator yang sebenarnya tindakannya tidak layak mendapatkan penghargaan tersebut: memberikan penghargaan kepada seseorang karena memberikan harapan sangat jauh dari kenyataan," tambah dia. Tidak hanya itu, Chavez bahkan mengkritik pemberian Nobel kepada Obama ini seperti layaknya memberikan hadiah kepada pelempar bola dalam baseball hanya karena dia berjanji akan memenangkan 50 pertandingan dan mengalahkan 500 orang pemukul. Hal ini sangat tidak realitis.
Namun, kritikan Chavez ini sangat bertolak belakang dengan tanggapan yang diberikan oleh seniornya, Fidel Castro yang sebetulnya juga sering mengkritik AS. Mantan Presiden Kuba ini justru mengatakan pemberian Nobel ini merupakan 'tindakan positif'. Ucapannya ini lebih menyiratkan kritikan terhadap kebijakan Presiden pendahulu Obama di Gedung Putih. Walau Begitu harus diakui yang Dibuat Obama tahun 2009 baru berupa Pidato dan wacana2 . Tapi bagi Indonesia saatnya mendorong pembuktian wacana Peraih Nobel Perdamaian 2009 untuk buktikan bahwa Obama Presiden USA betul2 dapat membuat tonggak sejarah dunia untuk perdamaian di Milenium abad 21 ini dengan mulai unutuk mereformasi Dewan Keamanan Dunia dengan Menjujung kesederajatan , Keadilan dalam menjaga Perdamaian Dunia , Semoga Indonesia jadi sahabat setia dampingi Mr Obama merealisasikan Mimpi2 nya , Amin
Presiden Venezuela Hugo Chavez mengecam keras Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Menurutnya, Obama tidak melakukan tindakan nyata apa pun selain pemikiran-pemikirannya yang penuh harapan.
Demikian seperti dilansir Reuters, Senin (12/10/2009).
Chavez, yang seringkali mengkritisi Obama secara personal perihal kebijakan 'imperialis'-nya ini, berpendapat pemberian Nobel kepada pemimpin Amerika Serikat tersebut merupakan suatu kesalahan. Dikatakan dia, tindakan Obama selama ini belum layak mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut. "Apakah yang telah dilakukan Obama selama ini layak untuk mendapatkan penghargaan ini? Juri hanya memfokuskan pada harapan-harapannya tentang penghapusan senjata nuklir dunia, namun melupakan peranannya dalam menempatkan batalyonnya di Irak dan Afghanistan, dan keputusannya untuk mendirikan markas militer baru di Kolombia," tulis Chavez dalam sebuah kolom.
"Untuk pertama kalinya, kita menyaksikan pemberian penghargaan dengan nominator yang sebenarnya tindakannya tidak layak mendapatkan penghargaan tersebut: memberikan penghargaan kepada seseorang karena memberikan harapan sangat jauh dari kenyataan," tambah dia. Tidak hanya itu, Chavez bahkan mengkritik pemberian Nobel kepada Obama ini seperti layaknya memberikan hadiah kepada pelempar bola dalam baseball hanya karena dia berjanji akan memenangkan 50 pertandingan dan mengalahkan 500 orang pemukul. Hal ini sangat tidak realitis.
Namun, kritikan Chavez ini sangat bertolak belakang dengan tanggapan yang diberikan oleh seniornya, Fidel Castro yang sebetulnya juga sering mengkritik AS. Mantan Presiden Kuba ini justru mengatakan pemberian Nobel ini merupakan 'tindakan positif'. Ucapannya ini lebih menyiratkan kritikan terhadap kebijakan Presiden pendahulu Obama di Gedung Putih. Walau Begitu harus diakui yang Dibuat Obama tahun 2009 baru berupa Pidato dan wacana2 . Tapi bagi Indonesia saatnya mendorong pembuktian wacana Peraih Nobel Perdamaian 2009 untuk buktikan bahwa Obama Presiden USA betul2 dapat membuat tonggak sejarah dunia untuk perdamaian di Milenium abad 21 ini dengan mulai unutuk mereformasi Dewan Keamanan Dunia dengan Menjujung kesederajatan , Keadilan dalam menjaga Perdamaian Dunia , Semoga Indonesia jadi sahabat setia dampingi Mr Obama merealisasikan Mimpi2 nya , Amin
Kamis, Oktober 08, 2009
'Andai Kau Ta Mampu Menggapai Angan , Jangan Pula Kau Menepis Kenyataan'
Pengacara Anggap Pemeriksaan Susno Duadji Tidak Obyektif
Jakarta, 7/10 (ANTARA) - Achmad Rifai, anggota Tim Pengacara Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta Hamzah, anggota tim pengacara Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta Hamzah, mengatakan, proses hukum terhadap Komjen Pol Susno Duadji tidak obyektif bagai Sandiwara dagelan Proses Hukum ini adalah Manuver Susno Duadji karena hasil Investigasi Itwasum Disiapkan untuk Tameng Hukum Susno dari Tuntutan Hukum Tim Advokat KPK dan kerasnya Tuntutan elemen - elemen Masyarakat agar non aktifkan Susno maka sebagai pemuas dahaga sesaat dibuat Manuver dengan menggelar Sandiwara Rekayasa dari Proses investigasi Hukum oleh Itwasum Polri, Dalam Rapat Rapat Investigasi komjen Susno Duadji berlangsung dengan penjagaan Ketat serta tertutup untuk umum dan Pers Dalam pembahasan materi Rapat Investigasi Itwasum ternyata tidak menyertakan bukti bukti ataupun saksi saksi yang diajukan Tim Pembela KPK apalagi membahas bukti yang diajukan Tim Pengacara dalam Rapat " Investigasi yang dilakukan Itwasum hetika menyelidiki kasus ini tidak fair,tidak obyektif dan terlihat Protektif"kata Achmad Rifai ditemui ANTARA di gedung KPK.
Sebelumnya Inspektur Pengawasan Umum (Itwasum)Polri Komjen Pol Yusuf Manggabarani mengatakan berdasarkan Hasil Penyidikan Itwasum terbukti Komjen Pol Susno Duadji tidak terlibat suap dan dalam penyalahgunaan wewenang " Hasil Investigasi Itwasum itu adalah Jawaban lebih tepat disebut tanggapan Polri dari laporan Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) dan Tim Pembela dua Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif yakni Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto yang melaporkan dugaan penyalahgunaan wewenang ketika menetapkan keduanya sebagai tersangka. Dengan tegas Achmad Rifai menjelaskan,bahwa proses tuntutan hukum terhadap Komjen Susno Duadji belum tuntas, terutama karena Polri belum mengklarifikasi materi yang dilaporkan kepada pihak terkait." Mereka hanya mengklarifikasi itu pada kawan-kawan mereka sendiri " kata Achmad Rifai juga menegaskan seharusnya Itwasum Mabes Polri klarifikasi Pimpinan KPK sebagai pihak yang melaporkan adanya dugaan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Susno Duadji selanjutnya Anggota Tim Pengacara KPK menjelaskan pihaknya telah melampirkan sejumlah bukti yang menunjukkan ada beberapa pihak yang perlu dimintai keterangan selain Susno Duadji Bukti yang dimaksud antara lain adalah surat permintaan KPK kepada Bareskrim dan seluruh Kapolda di Indonesia untuk membantu menangkap orang yang dimasukkan KPK dalam Daftar Pencarian Orang (DPO)Menurut tim pengacara Tergugat Komjen Susno Duadji telah dengan sengaja tidak mengindahkan surat KPK tertanggal 7 Juli 2009 itu karena terbukti Susno justru menemui Pengusaha Anggoro Widjojo yang masuk dalam DPO di Singapura pada 10 Juli 2009.Menurut Achmad, pertemuan Susno dengan Anggoro itu pernah disampaikan oleh Susno kepada pimpinan KPK pada 15 Juli 2009 Oleh karena itu, kata Achmad Seharusnya sebagai Lembaga Pengawasan Itwasum tidak hanya meminta keterangan Susno tetapi juga memeriksa pimpinan KPK sebagai pelapor serta Itwasum berkewajiban memeriksa semua pihak pihak terkait lainnya Selain itu tim pengacara sudah melampirkan bukti transkrip hasil rekaman pembicaraan antara Susno dengan pihak -pihak lain Pembicaraan itu diduga terkait dengan penanganan kasus Bank Century. Berarti Selain Pengelola Bank Century dan Para Deposan besar diduga kuat ada Kejahatan Konspirasi yang melibatkan pihak-pihak Lembaga Penjamin , Depkeu dan BI terkait Arahan Gubenur BI serta dialog lembaga Penjamin dengan Menkeu saat itu. "Seharusnya bukti bukti ini juga ditindaklanjuti untuk diselidiki oleh Itwasum Polri sebelum mengumumkan hasil Investigasi oleh Itwasum Polri," kata Ahmad Rifai
Tim pengacara KPK juga mencantumkan bukti transkrip pesan singkat (SMS) bernada ancaman yang dikirim seseorang yang diduga kuat elit Polri yang menggunakan telepon seluler dengan Nomor pada lima angka terakhir .....77777
Rencananya, Achmad dan anggota tim Pengacara KPK segera melaporkan hasil Itwasum ke Komisi Kepolisian Nasional (KOMPOLNAS)."Karena jelas sudah tidak sesuai dengan norma hukum sama sekali, sehingga patut dilakukan pemeriksaan ulang,tepatnya Proses Investigasi Hukum menyeluruh sampai meja Sidang Pengadilan " kata Achmad.
*Ahmad Rifai salah satu dari sedikit Pengacara Jakarta Yang Bersih terbukti Ahmad pengacara yang track record nya bebas dari tindak kejahatan Mafia Peradilan yang Kini Marak
Jakarta, 7/10 (ANTARA) - Achmad Rifai, anggota Tim Pengacara Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta Hamzah, anggota tim pengacara Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta Hamzah, mengatakan, proses hukum terhadap Komjen Pol Susno Duadji tidak obyektif bagai Sandiwara dagelan Proses Hukum ini adalah Manuver Susno Duadji karena hasil Investigasi Itwasum Disiapkan untuk Tameng Hukum Susno dari Tuntutan Hukum Tim Advokat KPK dan kerasnya Tuntutan elemen - elemen Masyarakat agar non aktifkan Susno maka sebagai pemuas dahaga sesaat dibuat Manuver dengan menggelar Sandiwara Rekayasa dari Proses investigasi Hukum oleh Itwasum Polri, Dalam Rapat Rapat Investigasi komjen Susno Duadji berlangsung dengan penjagaan Ketat serta tertutup untuk umum dan Pers Dalam pembahasan materi Rapat Investigasi Itwasum ternyata tidak menyertakan bukti bukti ataupun saksi saksi yang diajukan Tim Pembela KPK apalagi membahas bukti yang diajukan Tim Pengacara dalam Rapat " Investigasi yang dilakukan Itwasum hetika menyelidiki kasus ini tidak fair,tidak obyektif dan terlihat Protektif"kata Achmad Rifai ditemui ANTARA di gedung KPK.
Sebelumnya Inspektur Pengawasan Umum (Itwasum)Polri Komjen Pol Yusuf Manggabarani mengatakan berdasarkan Hasil Penyidikan Itwasum terbukti Komjen Pol Susno Duadji tidak terlibat suap dan dalam penyalahgunaan wewenang " Hasil Investigasi Itwasum itu adalah Jawaban lebih tepat disebut tanggapan Polri dari laporan Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) dan Tim Pembela dua Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif yakni Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto yang melaporkan dugaan penyalahgunaan wewenang ketika menetapkan keduanya sebagai tersangka. Dengan tegas Achmad Rifai menjelaskan,bahwa proses tuntutan hukum terhadap Komjen Susno Duadji belum tuntas, terutama karena Polri belum mengklarifikasi materi yang dilaporkan kepada pihak terkait." Mereka hanya mengklarifikasi itu pada kawan-kawan mereka sendiri " kata Achmad Rifai juga menegaskan seharusnya Itwasum Mabes Polri klarifikasi Pimpinan KPK sebagai pihak yang melaporkan adanya dugaan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Susno Duadji selanjutnya Anggota Tim Pengacara KPK menjelaskan pihaknya telah melampirkan sejumlah bukti yang menunjukkan ada beberapa pihak yang perlu dimintai keterangan selain Susno Duadji Bukti yang dimaksud antara lain adalah surat permintaan KPK kepada Bareskrim dan seluruh Kapolda di Indonesia untuk membantu menangkap orang yang dimasukkan KPK dalam Daftar Pencarian Orang (DPO)Menurut tim pengacara Tergugat Komjen Susno Duadji telah dengan sengaja tidak mengindahkan surat KPK tertanggal 7 Juli 2009 itu karena terbukti Susno justru menemui Pengusaha Anggoro Widjojo yang masuk dalam DPO di Singapura pada 10 Juli 2009.Menurut Achmad, pertemuan Susno dengan Anggoro itu pernah disampaikan oleh Susno kepada pimpinan KPK pada 15 Juli 2009 Oleh karena itu, kata Achmad Seharusnya sebagai Lembaga Pengawasan Itwasum tidak hanya meminta keterangan Susno tetapi juga memeriksa pimpinan KPK sebagai pelapor serta Itwasum berkewajiban memeriksa semua pihak pihak terkait lainnya Selain itu tim pengacara sudah melampirkan bukti transkrip hasil rekaman pembicaraan antara Susno dengan pihak -pihak lain Pembicaraan itu diduga terkait dengan penanganan kasus Bank Century. Berarti Selain Pengelola Bank Century dan Para Deposan besar diduga kuat ada Kejahatan Konspirasi yang melibatkan pihak-pihak Lembaga Penjamin , Depkeu dan BI terkait Arahan Gubenur BI serta dialog lembaga Penjamin dengan Menkeu saat itu. "Seharusnya bukti bukti ini juga ditindaklanjuti untuk diselidiki oleh Itwasum Polri sebelum mengumumkan hasil Investigasi oleh Itwasum Polri," kata Ahmad Rifai
Tim pengacara KPK juga mencantumkan bukti transkrip pesan singkat (SMS) bernada ancaman yang dikirim seseorang yang diduga kuat elit Polri yang menggunakan telepon seluler dengan Nomor pada lima angka terakhir .....77777
Dalam SMS itu tertulis beberapa nama yang sama dengan nama pejabat KPK, yaitu Yasin dan Haryono (Wakil Ketua KPK), Ade, serta Suaidi Husin.Dalam struktur di KPK, Ade Rahardja menjabat Deputi Penindakan. Dia membawahi Direktur Penyidikan yang kini dijabat oleh Suaidi Husin. Keduanya adalah perwira tinggi kepolisian.
Isi lengkap sms itu adalah,
"Dik Suaidi Husin Check anggotanya apakah ada yang opsnal khusnya nama : tugini dan dally rustamblin yg skr sdh posisi jepit oleh sneper jatim. Kalau betul anak buahmu, akan sy delay unt melumpuhkannya, tapi kalau anak buahmu agar sgr dihubugi unt ditarik dan jng diulangi unt giat liar spti ini, krn menureut undang2 lidik dan tut atas perintah pimpinan dan saat ini pimpinan sdg kosong sbb 2 org bukanlah pimpinan, sec.yuridis giat tsb adalah kriminal.tolog smpkan haryono dan yasin cc.Pak Ade."
Seharusnya Penyidik Itwasum Polri berkewajiban dihadapan hukum untuk memeriksa orang yang menerima SMS ," kata Achmad seraya menegaskan
Rencananya, Achmad dan anggota tim Pengacara KPK segera melaporkan hasil Itwasum ke Komisi Kepolisian Nasional (KOMPOLNAS)."Karena jelas sudah tidak sesuai dengan norma hukum sama sekali, sehingga patut dilakukan pemeriksaan ulang,tepatnya Proses Investigasi Hukum menyeluruh sampai meja Sidang Pengadilan " kata Achmad.
*Ahmad Rifai salah satu dari sedikit Pengacara Jakarta Yang Bersih terbukti Ahmad pengacara yang track record nya bebas dari tindak kejahatan Mafia Peradilan yang Kini Marak
Langganan:
Postingan (Atom)