Minggu, Juni 19, 2011

Ustadz Abu. Pribadi yang Tegar ,Sederhana dan Lurus

15 Tahun vonis Pengadilan Negeri bagi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, media nasional kian marak membicarakan pribadi beliau. Namun ditengah pemberitaan itu, sosok Ustadz Abu digambarkan sangat menyeramkan. Situasi itu semakin parah dengan nuansa penuh pengawasan tiap kali Ustadz Abu Bakar Ba’asyir mendatangi persidangan.

Sebutan teroris pun kian akrab kita dengar selama proses persidangan. Padahal ditengah itu semua, sosok Ustadz Abu adalah pribadi yang tegar, sederhana, lurus, bahkan sangat lemah lembut.

Sedari kecil Ustadz Abu sudah hidup mandiri. Keterbatasan kedua orang tuanya dalam segi ekonomi dan fisik, tidak menghalanginya untuk tetap tegar di jalan Allah dan memacu diri menuntut ilmu sebagai insan bertauhid. Ya meski harus bersepeda sejauh 26 KM.

Lahir di Desa Pekunden, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Jawa Timur, sebuah desa di pingiran Kabupaten Jombang-Jawa Timur. Kelahirannya di Jombang disambut sayup-sayup senandung takbir yang terdengar di sudut-sudut desa yang didengungkan anak-anak melalui surau-surau tua di sekitar rumahnya.

Senandung takbir perayaan peringatan keteladanan pengorbanan Bapak Tauhid, Ibrahim ‘alaihissalam yang hendak menyembelih putranya. Ia terlahir pada tanggal 12 Dzulhijjah 1359, dua hari setelah Hari Raya Idul Adha.

Gemuruh takbir yang menggetarkan hati beriringan dengan gemuruh bangsa Indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya untuk keluar dari penjajahan tentara kafir Belanda dalam suasana serba kekurangan dan keprihatinan.

Tanggal kelahirannya bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1938. Raut muka syukur dan linangan air mata syukur kedua orang tuanya mengiringi kelahiran sosok Abu Bakar Ba’asyir yang diharapkan meneladani pengorbanan Ibrahim dan semangat patriotisme seorang pejuang dalam mempertahankan prinsip kebenaran dan keislaman. Ia terlahir bersama tiga saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan.

Orang tua Abu Bakar Ba’asyir bukanlah seorang yang kaya raya umumnya kebanyakan warga masyarakat keturunan Arab lainnya. Namun, kecintaan terhadap Islam dan ketundukan orang tuanya pada Allah-lah yang menjadikan Abu bakar kecil ini mampu bertahan. Darah keturunan Hadramaut Yaman mengalir deras dalam dirinya. Ayahnya bernama Abud bin Ahmad dari keluarga Bamu’alim Ba’asyir yang membuat Abu Bakar menyandang marga Ba’asyir di belakang nama aslinya.

Kenangan indah bersama sang ayah tak banyak ia rasakan dan ia nikmati. Saat usia 7 tahun, ayahnya harus meninggalkan tawa riang Abu Bakar kecil menuju keharibaan Ilahi. Ayahnya meninggal dunia. Ia menjadi yatim di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang masih kacau meskipun telah memperoleh kemerdekaannya.

Di tengah carut marutnya kehidupan bangsa Indonesia, ibunya yang masih buta huruf latin aksara Indonesia mengasuh sendiri Abu Bakar kecil. Ibunya bernama Halimah yang lahir di Indonesia walaupun masih juga berketurunan Yaman dari keluarga Bazargan.

Demi melanjutkan amanat agama dan suaminya, sang Bunda terus menanamkan nilai-nilai keislaman demi kebahagiaan sang putra kelak. Ibundanya yang pandai membaca al-Quran dan seorang muslimah taat beragama selalu mendampingi pendidikan agama sang anak di rumah meskipun Abu Bakar kecil juga tak pernah absen menghadiri pendidikan agama di mushalla kampung tempat tinggalnya.

Tak ingin membiarkan anaknya tertinggal dalam kebodohan, orang tuanya memasukkan Abu Bakar kecil untuk menempuh pendidikan pertamanya di sebuah Madrasah Ibtida’iyah (Sekolah Islam setingkat SD). Namun, dikarenakan situasi konflik revolusi bangsa Indonesia melawan Belanda pada saat itu, sekolahnya harus tertunda dan mengalami jeda. Baru kemudian setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia dipindahkan ke Sekolah Rakyat (Sekolah umum sederajat SD saat ini).

Selama menjadi siswa di madrasah, Abu Bakar kecil sempat ikut kegiatan gerakan Kepanduan Islam Indonesia (pada masa orde lama yang kemudian difusikan dalam Gerakan Pramuka). Untuk menutup kekurangan sang anak dalam ilmu agama, setiap malamnya, Abu Bakar kecil belajar mengaji dan ilmu agama di mushalla desa tempat tinggalnya. Selain kegiatannya di mushalla, sang bunda masih terus mendampingi langsung pendidikan Abu Bakar kecil di rumah.

Setelah lulus dari Sekolah Rakyat (SR), pendidikannya berlanjut ke jenjang sekolah menengah. Ia bersekolah di sebuah SMP Negeri di kota Jombang yang berjarak 13 Km dari rumah tempat tinggalnya. Setiap hari, perjalanan sejauh minimal 26 Km ia tempuh dengan sepeda.

Semasa SMP ini, Abu Bakar aktif mengikuti kegiatan berorganisasi dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) ranting Mojoagung disamping masih menjadi anggota Gerakan Pramuka.

Menginjak masa remaja setelah merampungkan sekolah di SMP, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. Saat itu, ia masuk SMA Negeri Surabaya. Kondisi perekonomian Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan merata di seluruh lapisan masyarakat membuat pendidikannya di SMA hanya mampu bertahan selama 1 tahun. Kegiatan berorganisasinya pun juga terpaksa harus terhenti. Selanjutnya, ia memutuskan hijrah ke Solo untuk membantu kakaknya yang sedang mengembangkan sebuah perusahaan sarung tenun di Kota Solo.

Hingga pada tahun 1959 M, atas dorongan dan bantuan kedua kakaknya, Salim Ba’asyir dan Ahmad Ba’asyir, ia mendaftar sebagai santri di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, sebuah Pondok Pesantren yang terbilang terbaik dan termaju di Indonesia.

Atas berkat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia berhasil menjadi santri di pondok pesantren tersebut. Di sini, keaktifan berorganisasinya kembali tersalurkan dalam wadah Pelajar Islam Indonesia (PII) cabang Gontor. Impiannya melanjutkan pendidikan yang sempat terhenti membuatnya serasa melihat pelita di tengah buta kegelapan malam.

Empat tahun menjadi santri pondok pesantren Darussalam Gontor, dengan rahmat Allah, ia berhasil lulus dari kelas Mualimin pada tahun 1963 M. Semangatnya untuk menempuh pendidikan masih membara di benaknya sehingga (masih atas bantuan kakaknya), ia melanjutkan studinya di Universitas Al Irsyad jurusan Dakwah di kota Solo selama kurang lebih 3 tahun.

Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam beberapa organisasi pemuda. Ia menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Solo. Di HMI, dia pernah mendapatkan amanah sebagai ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) -sebuah lembaga semi otonom HMI- cabang Solo di masa Ir. Imaduddin sebagai Ketua Umumnya.

Di organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Abu Bakar Ba’syir pernah mendapatkan amanat dakwah sebagai Ketua pada tahun 1961. Selain itu, di dalam organisasi Pemuda Al Irsyad, ia menjadi sekretaris cabang Solo.

Menginjak usia dewasa, panggilan hati untuk menikah mengarahkannya untuk menyunting seorang muslimah bernama Aisyah binti Abdurrahman Baraja’. Sejak saat itu, keberadaan sang istri selalu menyertai perjuangan dakwahnya. Kesetiaan sang istri tak hanya dibuktikan dengan kata mutiara dan hiasan pujian semata. Namun, keberadaan sang istri, Aisyah Baraja’, dalam perjuangan dakwah terwujud dalam tindakan nyata dan fakta.

Dari rahim istrinya, keduanya memiliki tiga orang anak yang saat ini telah menikah dan masih hidup semuanya. Tiga anaknya terdiri atas 1 orang putri dan 2 orang putra. Mereka adalah Zulfah, Rosyid Ridho dan Abdul Rohim. Perjalanan dakwahnya kemudian berlanjut dengan mendirikan radio dakwah yang di namai radio ABC (Al-Irsyad Broadcasting Center) di gedung Al Irsyad Solo yang hingga kini masih berdiri. Ikut aktif bersama beliau adalah Ustadz Abdullah Sungkar rahimahullah, Ustadz Abdullah Thufail rahimahullah, dan Ustadz Hasan Basri rahimahullah.

Karena terjadi perselisihan faham dengan beberapa pengurus Al-Irsyad terkait acara radio tersebut, maka beliau keluar bersama beberapa pengurus radio ABC dan mendirikan Radio Dakwah Islamiah Surakarta (Radis) yang padat dengan muatan dakwah yang tegas dan menghindari lagu-lagu maksiat. Radis didirikan di komplek masjid Al Mukmin lama yang akhirnya ditutup oleh rezim Orba karena dianggap menentang pemerintah.

Tak cukup hanya dakwah lewat frekuensi udara, beliau mendirikan madrasah diniyah (semacam lembaga non formal yang mengajarkan pendidikan agama Islam yang biasanya diselenggarakan pada sore hari) di komplek masjid Al Mukmin Gading Wetan (saat ini menjadi SMU Islam 1 Surakarta, bukan SMU Al-Islam 1 Surakarta). Pada mulanya, madrasah yang hanya masuk sore hari ini memberikan pendidikan Bahasa Arab dan materi syariat Islam. Selanjutnya, melalui madrasah diniyah inilah, cikal bakal Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki kemudian berdiri hingga sekarang.

Melihat pekembangan madrasah yang pesat dan di dorong oleh amanah yang diamanatkan oleh KH. Zarkasyi (Pendiri Pondok Pesantren Darussalam Gontor), Abu Bakar Ba’asyir berinisiatif mengembangkan madrasah diniyah menjadi pondok pesantren yang saat itu bertempat di Gading Kidul-Surakarta menempati area yang sempit.

Barulah setelah 2 tahun kemudian, Pondok Pesantren Al Mukmin dipindahkan ke tanah yang lebih luas di desa Ngruki yang dibeli dari salah seorang tokoh agama di solo. Desa Ngruki sendiri saat itu masih ”dikuasai” oleh kalangan komunis yang masih cukup kental.

Bersama almarhum Ustadz Abdullah Sungkar, almarhum Ustadz Hasan Basri, almarhum Abdullah Baraja’ , almarhum Ustadz Yoyok Raswadi, dan ustadz Abdul Qahar Haji Daeng Matase. Ustadz Abu Bakar Ba’asyir terus membangun dan mengembangkan pendidikan di pesantern Al-mukmin. Pendukung utama berdirinya pondok pesantren tersebut adalah anggota pengajian-pengajian yang diasuh oleh tokoh-tokoh pendiri, terutama anggota pengajian kuliah zuhur di Masjid Agung Surakarta. Alhamdulillah, hingga sampai saat ini kegiatan pengajian tersebut masih berjalan.

Sejak awal, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan teman-temannya mempunyai karakter yang tak enggan menyampaikan kebenaran dimanapun dan apapun keadaan yang harus di hadapinya walaupun harus berhadapan dengan penguasa. Hal inilah yang kemudian membuat pemerintah menjadi gerah.

Karena materi yang disampaikan dianggap menentang rezim saat itu, akhirnya Ustadz Abdullah Sungkar, Ustadz Hasan Basri, dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sendiri dipenjara selama 4 tahun tanpa alasan yang jelas hingga akhirnya Ustadz Abdullah Sungkar dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir kembali divonis hukuman 9 tahun penjara.

Tidak terima dengan keputusan hakim, maka beliau berdua mengajukan banding, hingga diturunkan menjadi 4 tahun sesuai dengan masa tahanan yang sudah dijalani. Tak puas dengan hasilnya, jaksa agung mengajukan kasasi ke MA.

Dua orang ustadz ini seringkali disebut oleh sebagian kalangan sebagai dwi tunggal. Jika orang nasionalis punya Soekarno-Hatta, maka orang-orang pergerakan Islam memiliki Abdullah Sungkar-Abu Bakar Ba’asyir. Setelah bebas, sembari menunggu hasil kasasi, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir bersama Ustadz Abdullah Sungkar rahimahullah, tetap melanjutkan aktivitas pendidikan dan dakwah mereka sepertimana semula.

Hal ini menjadikan rezim Orba menekan MA untuk menaikkan masa hukuman menjadi 9 tahun agar menjadi alasan bagi penangkapan mereka kembali. Ketika panggilan dari pengadilan Sukoharjo untuk mendengarkan keputusan pengadilan datang, sang dwitunggal memahami benar maksud dan tujuan licik pemerintah.

Maka setelah berkonsultasi dengan beberapa ulama, mereka berdua memutuskan untuk tidak menghadiri undangan pengadilan tersebut karena hal tersebut adalah dosa. Hingga tidak ada pilihan lain bagi mereka kecuali berhijrah atau tetap di rumah hingga ditangkap oleh polisi. Bagi keduanya, hal demikian adalah lebih mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada datang menyerahkan diri kepada thaghut.

Nampaknya pilihan hijrah-lah yang dipilih, karena jalan ini adalah yang paling baik dari kedua pilihan itu. Berkat pertolongan Allah melalui Pak Muhammad Natsir, mantan Ketua Umum Masyumi dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, mereka berdua berhasil berhijrah ke Malaysia dan menetap di sana. Kemudian, keberadaan mereka disusul oleh keluarga yang kemudian juga turut menetap di sana selama 15 tahun. Selama masa hijrah, beliau tetap bekerja dan berdakwah seperti semula.

Tahun 1998, Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak meruntuhkan kekuasaan orde baru yang zalim. Kemudian, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir memutuskan kembali ke Indonesia bersama Ustadz Abdullah Sungkar pada tahun 1999. Namun tak berselang lama, tepatnya pada tahun 2000 M, Ustadz Abdullah Sungkar wafat. Kemudian, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir memutuskan kembali ke ponpes Al Mukmin Ngruki meneruskan pendidikan dan dakwah untuk menegakkan cita-cita demi tegaknya syariat Islam di Indonesia.

Dalam rangka mengembangkan dakwah, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir mengikuti kongres umat Islam yang digagas oleh beberpa aktivis dakwah di Yogyakarta, dimana pada kongres tersebut, umat Islam sepakat membuat sebuah wadah untuk kaum muslimin bersatu demi menegakkan kalimah Allah di bumi Indonesia, hingga terbentuklah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Hasil kongres memutuskan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir diangkat menjadi Amir Ahlul Halli Wal Aqdi MMI atau juga di sebut sebagai Amir MMI.

Tahun 2003, beliau ditangkap lagi oleh pemerintahan Megawati karena dituduh terlibat kegiatan terorisme yang membuatnya divonis 1,5 tahun walaupun tanpa bukti. Anehnya vonis itu di jatuhkan bukan karena keterlibatan dengan terorisme seperti yang selama ini di tuduhkan kepadanya, alias mengalami kriminalisasi.


Arah tuduhan di persidangan berbelok dari urusan terorisme kepada tuduhan makar dan pemalsuan KTP, walau saksi-saksi di persidangan dari kalangan pejabat pemerintah daerah Sukoharjo sendiri menyatakan bahwa tidak ada kejanggalan apapun pada proses pembuatan KTP Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.

Tahun 2004, setelah keluar dari pintu penjara salemba, beliau langsung dicegat oleh polisi untuk dijebloskan kembali ke penjara. Lagi-lagi karena tuduhan yang sama. Dia dianggap terlibat kasus bom hotel Marriot. Padahal, saat kejadian Bom Mariott berlangsung, beliau sendiri sedang mendekam di penjara Salemba sejak 1.5 th sebelumnya. Hingga pada saat pemerintahan SBY, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir tetap harus tinggal di penjara hingga 30 bulan karena tekanan pihak asing hingga bulan Juni 2006. Baru Kemudian beliau merasakan kebebasan.


Selanjutnya, aktivitas dakwahnya masih beliau lanjutkan dengan berkeliling ke seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan penegakan Syariat Islam di Indonesia. Tak hanya kalangan ulama yang ia datangi, tak kurang dari pemukiman penduduk, perumahan, perkantoran, majelis-majelis taklim, masjid, mushola, pejabat, dan birokrat serta penjara ia datangi bersama beberapa aktivis Islam baik dari Majelis Mujahidin Indonesia maupun yang elemen Islam lainnya.

Kesibukannya berdakwah selepas dari penjara hampir tidak menyisakan waktu di rumah untuk bercengkerama dengan keluarganya, anak-anak, serta cucunya selayaknya orang-orang tua yang telah menikmati masa pensiun.

(pz/risalahjihad/triirawan)

Jumat, Juni 17, 2011

Senjata kimia Intelijen - 2011

AS mengerahkan pesawat -pesawat Intelijen tanpa awak untuk menembakkan misil-misil yang mengandung zat kimia sangat berbahaya Ke Pakistan sejak April hingga Juni 2011 ini berdasarkan hasil visum dan penelitan para Dokter dan sejumlah pakar di Pakistan menyatakan bahwa Terbukti AS menggunakan senjata kimia dalam serangan udara dengan menggunakan pesawat tanpa awak ke wilayah negara itu. Ini terlihat dari kondisi para korban serangan, yang kebanyakan dari kalangan warga sipil. banyak korban luka yang menderita berbagai gangguan penyakit di bagian kulit, optik kondisinya dibilang hidup tidak, mati juga tidak akibat komplikasi penyakit yang disebabkan oleh material kimia berbahaya yang terkandung dalam misil-misil tersebut.

Dalam Operasi Serangan Ke barat laut Pakitan Peran Intelijen Kesehatan Amerika (NCMI) terbukti cukup dominan dalam kurun 10 tahun terakhir N.C.M.I telah Kembangkan Senjata Biologis Aneka Tipe dan telah sukses membangun Pabrik khusus Produk Farmasi Anti Virus Seperti lazimnya skema kapitalisme global, Amerika kali ini nampaknya melirik sektor kesehatan untuk melayani dua agenda strategisnya.

Terciptanya senjata biologis aneka tipe sekaligus obat anti virus dari mewabahnya aneka penyakit akibat penyebaran virus yang tak terduga.Semuanya ditujukan agar Amerika tetap tampil sebagai satu-satunya pemegang monopoli di bidang industri pertahanan maupun farmasi.

Dari Peristiwa Serangan Teroris Jepang Maret 1995 ,Serangan teroris dengan senjata kimia pada kereta bawah tanah Tokyo datang sebagai kejutan besar bagi banyak spesialis dalam terorisme dunia lalu Pada akhir 2001, teror spora antraks dalam surat-surat dikirimkan melalui US Postal mengakibatkan teror ketakutan Masyarakat Amerika lebih dari morbiditas yang sebenarnya. dan Isu pengembangan persenjataan Kimia dan nuklir yang semakin gencar di Iran Mesir, Lybia dan Korea Utara nampaknya telah dijadikan dalih Pemerintah Amerika Serikat, utamanya Pentagon, sebagai dalih untuk menggalakkan penelitian dan pengembangan persenjataan mikro-biologis dan toksikologi di bawah kendali Departemen Pertahanan. Perkembangan terkini menginformasikan bahwa Amerika telah menghimpun segala sumber daya Ilmu Pengetahuan untuk pengembangan tipe baru persenjataan biologis berskala global yang belum ada tandingannnya.

Kebijakan resmi pemerintahan Gedung Putih telah menggeser fokus sasaran strategisnya ke arah suatu kemungkinan potensi penggunaan berbagai tipe penggunaan senjata yang memiliki daya rusak secara biologis terhadap umat manusia. Yang lebih parahnya lagi, pengembangan senjata biologis tipe baru tersebut kabarnya bertumpu pada orientasi untuk menghancurkan etnik atau ras bangsa tertentu.

Senjata Intelijen (weapons intelligence)adalah fungsi penting keberhasilan operasi dalam Kancah perang komunitas intelijen global, Dengan dalih untuk perang melawan ancaman terorisme berskala global, dalam 10 tahun terakhir Departemen Pertahanan Amerika telah menggalakkan penelitian dan pengembangan berbagai tipe senjata biologis, khususnya terkait senjata biologis tipe biopathogen yang kabarnya punya daya rusak yang cukup berbahaya.


Arah dan dana dari proyek penelitian dan pengembangan tersebut ternyata tidak sama sekali tidak terkait secara langsung dengan skala ancaman bio-terorisme yang jadi dalih pihak Pentagon untuk pengembangan senjata mematikan tersebut

Sekadar informasi, anggaran dana proyek pengembangan senjata biologis ini ternyata mencapai lebih dari 6 miliar dolar AS pada 2010. Sejak 2001. Gedung Putih telah menghabiskan dana sebesar 54,4 miliar dolar AS, yang mana 15 miliar dolar AS di antaranya telah digunakan oleh pihak Pentagon dan Departemen Keamanan Dalam Negeri (Departmen of Homeland Security).

Dengan kata lain, anggaran sebesar 54,4 miliar dolar AS tersebut telah digunakan untuk proyek penelitian dan pengembangan senjata biologis(BSL-4 biolaboratories maupun tipe biolaboratories tipe BSL-3. Dan proyek ini sejatinya bersifat sangat rahasia (classified). Dengan demikian sampai detik ini pihak Pentagon Dan Homeland Security Department berhasil menyembunyikan skala yang sesungguhnya dari potensi bahaya senjata biologis tipe Biopathogen yang kabarnya cukup mematikan tersebut.

Yang lebih mencemaskan lagi, pihak Pentagon telah meneliti kemungkinan modifikasi genetika dari mikro-organisme yang diklaim Amerika telah digunakan oleh para teroris seperti Al Qaeda. Namun menurut para ahli dari European Center for Disease Prevention (ECDC), kemungkinan seperti yang digembar-gemborkan pihak Amerika tersebut sama sekali tidak berdasar.

Menurut para pakar ECDC, para teroris dalam aksinya lebih sering memilih mikro-organisme yang tidak sulit untuk diserap oleh lingkungan dan mudah dari segi proses dan sarana transportasi yang digunakan seperti lewat Virus Antrax, infeksi yang diakibatkan oleh wabah demam Berdarah , wabah penyakit pes maupun flu.

Dengan demikian masuk akal jika proyek macam ini yang seharusnya di bawah penanganan departemen kesehatan, di Amerika justru ditangani oleh Departemen Pertahanan. Masih ingat kasus Namru-2 AS di Indonesia pada 2008 lalu? Ketika akhirnya terbongkar oleh Menteri Kesehatan Sioti Fadila Supari, ternyata markas NAMRU-2 AS yang berlokasi di Jakarta Pusat tersebut, di atas permukaan memang merupakan kerjasama Departemen Kesehatan dan Departemen Kesehatan Amerika. Tapi ternyata diam-diam dijadikan markas intelijen angkatan laut Amerika untuk mengembangkan senjata biologis. Alhasil, proyek NAMRU-2 AS semasa Siti Fadila Supari menjabat Menteri Kesehatan, telah dihentikan.

Agaknya, proyek ini oleh Amerika telah dimiliterisasi pada skala luas karena dengan pertimbangan untuk menciptakan superioritas persenjataan biologis yang belum bisa ditandingi oleh dua musuh potensialnya yaitu Rusia dan Republik Rakyat Cina.

Karena itu Amerika meneciptakan struktur kemiliteran dalam proyek ini dengan masing masing fungsi di dalamnya. Salah satu bukti adalah ketika poada 2008 lalu, pemerintah Amerika membentuk apa yang kemudian dikenal dengan National Center for Medical Intelligence (NCMI). Adapun salah satu tugasnya adalah untuk memperoleh dan menganalisis baik informasi terbuka maupun yang bersifat rahasia berkaitan dengan sitem, struktur dan fungsi pertahanan biologis(bio-defense) dari negara-negara lain. Bisa jadi, kasus terbongkarnya NAMRU-2 AS di Indonesia pada 2008 lalu, merupakan salah satu dari skema yang telah digariskan oleh pihak Washington tersebut.

Bahkan melalui struktur NCMI ini, Amerika bisa mendeteksi bagaimana cara dan sarana yang ditempuh negara-negara lain, termasuk Indonesia, berkaitan dengan mekanisme perlindungan jika menghadapi ancaman dan daya rusak biologis tersebut(Bio-protection). Bukan itu saja. NCMI juga dimaksudkan agar Amerika bisa mendeteksi riset-riset pengembangan bidang apa saja yang sedang dilakukan oleh negara-negara lain. Sekaligus untuk memperoleh virus aneka rupa di negera-negara tersebut yang kiranya bisa dikembangkan menjadi senjata biologis pemusnah missal. Untuk kemudian dikirim ke San Alamo, Amerika Serikat.

Beberapa informasi yang berhasil dihimpun tim riset Global Future Institute menunjukkan bahwa Amerika sedang berencana menciptakan berbagai upaya berkaitan dengan bio-teknologi dengan sistem produksi yang flexible sehingga bisa menghasilkan berbagai vaksin dan obat-obat anti virus yang belum pernah tersedia sebelumnya.



Bahkan, Defense Advanced Research Agency (DARPA), telah meluncurkan program 3 tahunan pengembangan Ilmu Pengetahuan bernama Prophecy, dengan tujuan untuk memprediksi evolusi berbagai virus, untuk menciptakan berbagai produk obat-obatan baru. Sehingga jika terjadi wabah penyebaran penyakit akibat adanya virus-virus berbahaya seperti Flu Burung di Indonesia dan beberapa negara ASEAN beberapa waktu lalu,
beberapa perusahaan-perusahaan raksasa bidang farmasi di Amerika, akan menjadi satu-satunya produsen di dunia yang memiliki resep tersebut, sekaligus pemegang monopoli perdagangan obat-obatan tersebut di seluruh dunia.

Sumber:http:/FNA/fas.org/irp/threat/Hendrajit

Minggu, Juni 12, 2011

Pangkalan Militer Amerika Ancam Keamanan Nasional Dan Regional

Keputusan Amerika Serikat untuk membangun pangkalan militer di Singapura, menurut para pakar sebagai penyempurnaan kebijakan ekspansionis militeristik negara adidaya itu di dunia. Padahal, kebijakan itu selain mendapat penentangan luas pada tingkat global, juga menuai protes dari rakyat Amerika sendiri.

Menteri Pertahanan AS, Robert Gates mengatakan, Washington perlu membangun pangkalan militer di Singapura untuk mendukung kapal-kapal perangnya di kawasan. Dalam kunjungannya ke Singapura untuk menghadiri Konferensi Keamanan Asia, yang digelar oleh International Institute for Strategic Studies (IISS), Gates menilai pembangunan pangkalan di Singapura sebagai bagian dari program pengokohan kemampuan militer AS di Laut China Selatan dan Laut Pasifik.

Termasuk dalam program tersebut, AS akan menempatkan sejumlah armada kapal tempur cepat yang khusus untuk operasi di perairan dangkal. Kapal-kapal tersebut akan menjadi generasi pertama kapal perang AS, yang akan ditempatkan secara permanen di negara kecil Asia Tenggara itu. Menurut sumber-sumber Kementerian Pertahanan Singapura, AS berencana mengirim satu atau dua kapal tempur tipe "Litoral" ke Singapura. Kapal tersebut memiliki panjang 400 kaki, dengan kecepatan tinggi, dan cocok untuk misi di perairan dangkal seperti Indonesia , Vietnam , Malaysia dan Filipina

Ini Akan Sangat Berbahaya Buat Keutuhan Indonesia Apabila dikemudian Hari, Demi Pulihnya Ekonomi Amerika maka Doktrin kontrol Militer AS Pada Sumber - sumber daya Alam Potesial Di Asia Tenggara Khususnya Indonesia ,Kelak Pemerintah AS dengan Meng atas Nama kan HAM + Demokrasi ,Militer Amerika membantu secara militer Gerakan Separatis seperti Aceh , Sumatera , Bangka Ataupun Daerah2 Lainnya ingin Memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia , ini penting untuk kebangkitan Ekonomi AS & Pemulihan Ekonomi sesuai Doktrin Milter AS Berkewajiban mengontrol Sumber2 Daya Mineral di Nusantara dan Kep.Spartlay yang sangat potensial dan melimpah

AS kembali mengandalkan kekuatan militer untuk melawan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur, khususnya Cina, yang mengalami pertumbuhan cepat. Keunggulan AS di bidang militer, telah mendorong Washington untuk memanfaatkan instrumen ini dalam menghadapi para penentangnya di kawasan.

Intervensi nyata AS dalam sengketa wilayah di negara-negara Asia, terlebih sengketa kepulauan antara Cina dan Jepang atau Vietnam dan Filipina, dapat ditafsirkan sebagai kebijakan Washington untuk memanaskan suasana di kawasan. Tujuan lain AS adalah untuk memperkuat kehadiran militernya di perairan di sekitar Cina.

Pembangunan pangkalan militer AS di Singapura tentu saja akan mewujudkan impian negara itu untuk menguasai Selat Malaka, sebagai jalur strategis pelayaran internasional. Pasca peristiwa 11 September dengan alasan memerangi terorisme dan menjamin keamanan pelayaran Selat Malaka, AS ingin menempatkan pasukannya di kawasan paling sibuk itu. Namun, rencana tersebut mendapat penentangan dari negara-negara sekitar Selat Malaka, termasuk Indonesia dan Malaysia.

Akhirnya, AS berhasil merangkul Singapura dengan alasan untuk menjamin pelayaran kapal-kapal di Selat Malaka. Menurut para pengamat politik, keputusan itu akan memperuncing perlombaan senjata dengan Cina, sebagai dua negara yang saling berseteru. Dampaknya, stabilitas kawasan akan terganggu dan negara-negara regional akhirnya harus menanggung biaya hegemoni Militer AS Seperti Yang terjadi di Negara Negara Teluk Di Timur Tengah . (RM/NA)

Minggu, Juni 05, 2011

Inilah Demokrat dan Korupsi


Kompas Kmarin, Sabtu 4 Juni 2011, menurunkan berita yang mengutip pernyataan pengamat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti, soal nasib parta Demokrat pada pemilu mendatang.

Nama Partai Demokrat yang sudah dua kali memenangi perolehan suara terbanyak pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 dan 2009 lalu tampaknya hanya tinggal kenangan untuk Pemilu 2014.

Usai menghadiri diskusi "Indonesiaku Dibelenggu Korupsi" di Warung Daun, Jalan Woltermonginsidi, Jakarta Selatan, Ikrar mengatakan, dengan berbagai problema politik di partai itu akhir-akhir ini, kecil kemungkinan Demokrat akan kembali memperoleh kemenangan.

Dikatakannya, "Kalau menurut saya, maaf kata, dari awal saya berani mengatakan bahwa Demokrat is finish. Finish dalam arti kata, dia (Demokrat) akan sulit membangun suatu kemenangan politik pada 2014. Karena biar bagaimanapun, citra itu akan sangat sulit dibangun."

Apalagi, lanjut dia, Demokrat juga tak bisa menunjukkan moto partainya yang antikorupsi dan berjanji memberantas korupsi. Hal itu mudah terlihat dari sejumlah kasus korupsi yang disebut-sebut ternyata dimainkan oleh kader Demokrat sendiri, salah satunya adalah Muhammad Nazaruddin.

Borok partai bernuansa biru itu semakin terlihat, mengingat Nazaruddin diduga terlibat dalam kasus dugaan suap pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan. Belum selesai kasus itu, Nazaruddin juga dilaporkan melakukan percobaan suap kepada Sekjen Mahkamah Konstitusi Janedjri M Gaffar serta kasus pelecehan seksual dan kasus penipuan yang dilakukannya pada 2005.

Kehancuran Demokrat juga semakin terlihat ketika masalah Nazaruddin bergulir dan menimbulkan konflik internal partai tersebut.

Inilah Sebab Mengapa Korupsi Marak

Masih terkait pernyataan Ikrar, dalam diskusi "Indonesiaku Dibelenggu Korupsi", Antara melaporkan.

Ikrar Nusa Bhakti menilai kultur politik di Indonesia sudah tercemar korupsi, dengan ditandai banyaknya praktik korupsi baik di tingkat pusat maupun daerah.

Menurutnya, "Pelaku korupsi di Indonesia sudah tidak malu dan tidak takut melakukan korupsi. Pejabat dan politisi yang sudah ketahuan melakukan korupsi tidak ada yang mudur dari jabatannya."

Menurut Ikrar, kalau di Jepang pejabat dan politisi yang ketahuan korupsi langsung mundur dari jabatannya.

Bahkan, masih kata Ikrar, ada pejabat di Jepang yang hanya menerima 50.000 yen atau sekitar Rp5 juta saat kampanye, kemudian dituduh korupsi, ia pun langsung mundur dari jabatannya.

Lebih lanjut dijelaskannya "Di Indonesia untuk menjadi pejabat dan politisi biayanya sudah sangat mahal, sehingga mendorong pejabat dan politisi berperilaku korup."

Ikrar mensitir, pernyataan politisi dari PDI Perjuangan, Pramono Anung, yang pernah mengatakan, untuk menjadi anggota DPR RI biayanya bisa mencapai Rp5 miliar.

Sementara itu, aktivis LSM ICW, Ade Irawan, mengatakan, praktik korupsi yang dilakukan pejabat dan politisi modusnya bermacam-macam di antaranya melakukan "mark up" APBN atau APBD.

Politisi, kata Ade, juga melakukan korupsi dengan cara kompromi dalam penyusunan anggaran baik di tingkat pusat maupun daerah.

"Kompromi tersebut bukan dilakukan di DPR tapi dilakukan secara personal di luar sehingga sulit dilacak," katanya.

Rabu, Juni 01, 2011

Indonesia, Negara Terbaik untuk Berbisnis

Indonesia saat ini merupakan tempat terbaik di dunia untuk merealisasi ide-ide bisnis. Begitu asumsi dua lembaga internasional, The GlobalScan dan PIPA, yang melakukan survei untuk media Inggris BBC.

Angka persentase yang ditunjukkan menakjubkan. Dalam hampir semua pertanyaan survei yang dilakukan lembaga The GlobalScan di Inggris dan Program on Policy Attitudes PIPA di Washington, Indonesia keluar di peringkat atas. Misalnya saja, pada pertanyaan apakah inovasi dan kreativitas dihargai di Indonesia, 85% dari 1.000 responden Indonesia yang ikut survei menjawab "Ya”. Indonesia juga berada di peringkat atas pada pertanyaan apakah orang yang memulai bisnis baru, dihargai.

Sekitar 24.500 responden dari 24 negara memberikan masukan seputar optimisme ekonomi dan penghargaan terhadap budaya pengusaha. Pertanyaan yang diajukan meliputi seberapa mudah memulai bisnis baru di negaranya, apakah usahawan dihargai, dan apakah orang-orang yang memiliki ide bagus bisa merealisasinya tanpa banyak hambatan. Dalam daftar indeks yang dibuat berdasarkan survei itu, Indonesia mendapat rating tertinggi dengan 2,81.

Sedikit lebih baik daripada Amerika Serikat, seperti dikatakan Direktur Riset Global Scan, Sam Mountford, "Kebanyakan negara yang berada di peringkat atas dalam hasil riset ini adalah ekonomi-ekonomi termaju di dunia. Selain Indonesia, di jajaran atas itu ada Amerika Serikat, Kanada, Australia, jadi negara-negara industri. Karena itu sangat menarik bahwa Indonesia berhasil keluar dengan persentasi yang lebih baik daripada negara-negara itu. Kitapun bisa berasumsi bahwa ada sesuatu yang berjalan dengan baik."

Sam Mountford menduga upaya liberalisasi ekonomi dan pemangkasan pita merah administrasi menyumbang banyak untuk jawaban-jawaban positif itu. "Banyak negara-negara berkembang yang telah berusaha mengurangi pita merah penghambat itu secara substansial."

Tapi ia melihat banyak faktor lain. Karena gambarannya sedikit berbeda, pada pertanyaan apakah banyak yang memiliki ide baru untuk memulai usaha. Dalam hal ini, Indonesia tersaingi oleh Cina yang berada di posisi pertama untuk Asia. Juga dalam ide untuk memperbaiki kehidupan dalam komunitas, Cina berada di tempat pertama disusul oleh India dengan 51%, kemudian Filipina dan Australia. Indonesia berada di posisi ke lima.

Namun ketimbang di Eropa, ia melihat bahwa ekonomi di negara-negara Asia Tenggara lebih digerakkan dari bawah. Dalam hal ini Mountford menimbang kemungkinan alasan lain untuk tingginya angka pengusaha baru di negara berkembang, "Banyak negara Eropa yang memiliki jaringan keamanan sosial yang kuat dan memiliki industri besar. Sementara banyak pemerintah negara berkembang belum berhasil mengimplementasikan infrastruktur seperti itu. Bila seseorang tidak bisa mendapatkan pekerjaan dengan majikan yang baik, maka ia akan terpaksa kreatif dan memulai usaha sendiri, karena mereka tidak punya alternatif lain."

Tapi tentunya betapa membanggakan, seandainya indikasi yang terkumpul merupakan kenyataan di lapangan dan Indonesia memang memiliki tingkat keramahan tertinggi untuk ide-ide bisnis baru.

Edith Koesoemawiria

Pengikut dari 5 benua

Arsip Blog