Rabu, Januari 28, 2009

Direktur CIA Versi Obama

Mencermati Direktur CIA yang baru

In anggaran, e-goverment, eKsekutif, global, hAm, indonesia, kEpemimpinan, kEwarganegaraan, mAnajemen, militer, pEndidikan, pErtahanan, pOlitik on 29/01/2009 at 10:26 AM

Leon Panetta lahir tahun 1938 di Monterey, umur 70. Pendidikan: Graduated dari Monterey School; B.A. dari Santa Clara University; JD dari Santa Clara University Law School. Militer: U.S. Army, 1964-66 (wajib militer). Kongres: kongres AS mewakili wilayah Monterey, 1977-1993; ketua Panitia Anggaran DPR, 1989-93. Administrasi Pemerintahan Clinton: Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran, 1993-94, dan kepala staf, 1994-97. Saat ini: direktur Lembaga Kebijakan Publik, yang berbasis di California State University-Monterey Bay. Keluarga: Menikah dengan Sylvia Marie Varni; 3 anak laki-laki dewasa dan lima cucu. Panetta, mantan anggota kongres dan anak imigran Italia yang bekerja pada keluarga tani Carmel Valley, telah menjalankan Institut Kebijakan Publik sejak kembali ke kehidupan pribadi.

Leon Edward Panetta memiliki karir yang panjang dan terkemuka dalam pelayanan masyarakat, mulai dari tour of duty di US Army kepada layanan sebagai Chief of Staff Presiden Amerika Serikat. Lahir di Monterey pada tahun 1938 dari orangtua imigran Italia, Panetta seorang Katolik dan bersekolah di sekolah umum dan bekerja pada keluarga tani di Carmel Valley, di mana dia hidup hari ini dengan istrinya Sylvia. Dia seorang yang B.A. magna cum laude dari Santa Clara University dan JD dari Santa Clara University Law School, di mana dia adalah editor dari Law Review. Panetta menjabat sebagai Letnan Pertama di Army 1964-1966 dan menerima penghargaan Medal Army.ya Serius ?

Panetta pertama pergi ke Washington pada tahun 1966, ketika ia menjabat sebagai asisten legislatif pada Senator Thomas H. Kuchel California, Senat Minoritas Whip. Pada 1969, ia menjadi Asisten Khusus Sekretaris Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan, kemudian Direktur Dinas Hak Sipil, di mana dia bertanggung jawab untuk penegakan hukum dan pendidikan. Bukunya Bawalah Kami Bersama (diterbitkan tahun 1971) adalah bukti dari pengalaman itu. Dalam 1970, ia pergi ke New York City, di mana ia menjabat sebagai asisten eksekutif ke Walikota John Lindsay, mengawasi hubungan antara kota dengan negara dan pemerintah federal. Kemudian, pada 1971, ia kembali ke California, di mana ia beraktivitas di Thompson & Panetta sampai ia terpilih di Kongres tahun 1976.

Panetta ditunjuk sebagai Chief of Staff untuk Presiden Clinton pada 17 Juli 1994, dan bertugas di posisi yang sampai 20 Januari 1997. Dia adalah kepala perunding yang berhasil kompromikan anggaran 1996, dan telah banyak dipuji untuk membawa ketertiban dan fokus ke White House operasional dan pembuatan kebijakan. Panetta telah menjabat sebagai seorang pemimpin masyarakat dalam berbagai kebijakan publik dan organisasi nasional sepanjang karirnya. Pada Maret 2006, dia dipilih untuk melayani di Irak Study Group, komite bi-partisan yang didirikan di Kongres dan diselenggarakan oleh the US Institute of Peace, the Center for Strategic dan International Studies. Sejak 2005, ia menjabat sebagai anggota Gugus Tugas Independent pada Imigrasi dan Amerika Future. Pada bulan November 2004, Gubernur Schwarzenegger mengangkatnya pada Dewan di Base Dukungan dan Retensi. Panetta menjabat selama enam tahun pada Dewan Direksi dari New York Stock Exchange di awal tahun 1997. Dia adalah Ketua Komite untuk Tinjauan New York Stock Exchange dan di Corporate Governance serta Daftar Standarisasi Komite untuk Bursa Efek.

Ia menjabat pada Dewan Peninjau Nasional Amerika Serikat Konferensi uskup Katolik, dewan National Steinbeck Center, dan University of California Santa Cruz Foundation, dan sejak Juni 1998, ia menjabat pada board dari Santa Clara University. Dia juga menjabat sebagai anggota Dewan Wali Amanah untuk Santa Clara University, sebagai anggota dari Fleishman-Hillard International Advisory Board; sebagai wali bagi masyarakat, RS di Monterey Peninsula, dan sebagai direktur untuk Monterey Bay Aquarium. Dia adalah ketua Nasional Dewan Penasehat dari Pusat Nasional Kebijakan. Ia juga anggota Dewan Direksi untuk Blue Shield of California; IDT; Zenith; Connetics; National Marine Sanctuary Foundation; Dia memberi kuliah nasional dan internasional tentang keadaan perekonomian, dan anggaran federal dalam menghadapi masalah bangsa, dan penerima berbagai penghargaan. Ingin tahu lebih banyak soal Panetta? Lihat saja Panetta Sumber: berbagai media Amerika serikat.


Pelajaran yang perlu kita cermati dari kebijakan ini:

1. Betulkah kebijakan intelijen Presiden (terpilih) Obama ini akan menjadikan situasi dunia/internasional menjadi lebih baik ke depannya (soal HAM dan Demokrasi yang tidak ambivalen). Ujian pertama dia, soal Isreal-palestina, coba cermati.

2. Meski sipil, Panetta pernah dinas di militer sebagai wajib militer. Jadi, sekecil apapun dia sebenarnya sudah tahu dan punya modal tentang dunia intelijen.

3. Dalam konteks intelijen (apalagi internasional), berfikirlah lengkap dengan melihat semua kemungkinan yang bisa terjadi. Berharapan boleh, tunggu buktinya dulu, jangan pernah mengunyah informasi (termasuk janji Obama) secara mentah-mentah, lihat dan ikuti terus.

4. Orang dengan pengalaman intelijen yang minim dapatkah diterima sebagai pemimpin di organisasi intelijen? Bagaimanakah pembinaan sumber daya keintelijennya? Bagaimana produk dan kebijakan yang dihasilkan? Hati-hati itu lebih penting: pemilihan Panetta, bisa melegakan atau malah membahayakan komunitas internasional!

5. Camkan Dwi Warna Purwa, Cendekia Wusana, artinya bagi kita Bangsa dan Negara Indonesia-lah yang utama yang harus kita jaga dan kita bela. Untuk itu dalami dan patuhi konstitusi dan aturan hukum lainnya untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih bermartabat dan berkualitas. by Mpu Nallar

MEMBANGUN AURA POSITIF

Menanam Aura Positif lebih efektif dimulai pada masa Anak - anak & Remaja walau begitu aura positif dapat dikebangkan optimal pada Orang dewasa
Terapi hipnosis makin banyak diterapkan pada anak untuk mengubah perilakunya menjadi positif. Kunci keberhasilan terletak pada orang tua.
MICHELLE Kezia sempat membuat orang tuanya gundah. Bocah delapan tahun itu sangat sulit makan. Sang ayah, Taufik Onggowidjaja, pernah memberinya obat penambah nafsu makan. Namun jurus ini tak mempan. Belakangan, Taufik melirik terapi hipnosis. Barulah terungkap, problem gadis kecilnya bukan sekadar urusan fisik, melainkan kejiwaan.
Bapak-ibunya pun disarankan mulai mengendurkan tekanan dan mengurangi kecerewetan mereka. Lalu sang anak diberi sugesti dengan pesan-pesan positif. Perlahan-lahan, siswi kelas III Sekolah Dasar Paulus, Bandung, itu mulai makan banyak.
Terapi hipnosis pada anak kian diminati. Karena berkaitan dengan pola asuh dan peran orang tua, hipnosis ini disebut hypnoparenting. Menurut Erwin Kusuma, spesialis kesehatan jiwa di Pro V Klinik, Cempaka Putih, Jakarta, menggunakan pengaruh hipnosis untuk menanamkan rekaman positif dan menetralkan rekaman negatif pada alam bawah sadar anak.”
Dalam kondisi aktif, otak—jika dihitung dengan EEG (electroencephalography), pengukur aktivitas listrik di otak—berada dalam gelombang beta. Jika rileks, otak ada di gelombang alfa. Lebih rileks lagi, otak dalam posisi teta. Ini kondisi saat seseorang sudah terpejam menjelang tidur tapi belum terlelap. Atau, saat baru bangun, mata sudah membuka tapi belum benar-benar sadar.
Nah, teta adalah waktu terbaik untuk memasukkan sugesti, juga pada anak. Pada bayi dan anak yang belum sekolah, sasaran terapi adalahorang tuanya. Sedangkan pada anak yang lebih besar, terutama yang sudah remaja, terapi bisa langsung pada sasaran.
Dudi dan Devy Permadi—pasangan pengelola ”D” House of Hypnotherapy, Kemang, Jakarta Selatan—menuturkan kebanyakan orang tua datang karena anak mereka tak mau sekolah atau malas belajar sehingga prestasi menurun. Ada juga yang anaknya tak bisa bangun pagi, gagap, penakut, bahkan agresif. Dudi dan Devy pernah mendapat pasien anak usia tujuh tahun yang suka melakukan kekerasan dan kerap mengejar orang dengan membawa pisau. Ada juga kasus anak nakal yang melawan orang tua atau terjerat narkotik dan obat-obatan terlarang.
Bagaimana hypnoparenting? Menurut Devy, arsitek yang pindah jalur menjadi terapis hipnosis—dan sudah lima tahun mendapat sertifikat terapis—pada pertemuan pertama, terapis akan berbincang dengan orang tua dan anak. Bagi anak yang masih kecil dan belum bisa mengemukakan perasaan atau pikiran dengan kata-kata, diberikan sejumlah ”tes”: warna, gambar, dan doodle test (uji corat-coret). Misalnya, anak yang tak mau sekolah diminta mewarnai gambar orang. Sosok orang tua diwarnai dengan baik, tapi sosok teman-temannya dicorat-coret dengan warna merah berantakan dan ditebalkan. Setelah digali lebih dalam, terungkap anak itu sering dinakali (bullying) teman-temannya. Itu sebabnya ia mogok sekolah.
Anak yang lebih besar bisa langsung diajak mengobrol. Adhi Susilo, insinyur elektro lulusan Institut Teknologi Bandung yang berguru pada Anthony Robbins, terapis hipnosis Amerika Serikat, pertama-tama harus membuat anak merasa nyaman dengan obrolan itu. Setelah suasana santai, ia akan melancarkan sugesti-sugesti. Misalnya, anak yang tak suka sayur diberi sugesti positif bahwa ia doyan sayur. Pesan dianggap sampai jika wajah si anak terlihat senang dan menyatakan bersedia menuruti perintah dengan senyum mengembang. Biasanya, kata Adhi, dalam beberapa hari, orang tua akan melaporkan perubahan perilaku anaknya.
Terapis akan mengajari orang tua menanamkan sugesti positif untuk mengubah perilaku anak. Orang tua harus lebih dulu berubah, terutama bila menghadapi anak di bawah lima tahun. Mereka adalah peniru ulung. Bagaimana mungkin ayah menyuruh anaknya tenang, sementara ia sendiri suka berteriak-teriak? Bagaimana bisa ibu memaksa anaknya menghabiskan makanan, sedangkan ia sering menyisakan santapan di piring?
Langkah berikutnya, menanamkan pesan-pesan positif kepada anak dengan metode hipnosis saat anak dalam kondisi teta. Dalam kondisi rileks bisikkan kata-kata yang diinginkan dengan lembut. Syaratnya, kalimat yang diucapkan harus positif (tak boleh mengandung kata ”jangan” atau ”tidak”), harus present tense atau saat ini (tidak boleh ”akan”)—lebih singkat pesan lebih baik—dan diulang-ulang setiap hari. Misalnya, ”Mulai hari ini, setiap pagi saya bangun jam enam dengan riang gembira.”
Berdasarkan pengalaman cepat atau lambatnya keberhasilan hipnosis tak bisa dipastikan sama. Ada yang dalam 10 hari perilaku anaknya berubah. Ada pula yang membutuhkan waktu lebih dari sebulan.
Pada prinsipnya, hipnosis pada anak tak berbeda dengan orang dewasa. Keduanya sama-sama upaya untuk menanamkan sugesti positif buat mengubah sesuatu di alam bawah sadar. Pada anak-anak usia lima tahun ke bawah hipnosis relatif lebih mudah. Pada masa itu, otak mereka bagai spons yang sangat mudah menyerap masukan dari luar. Tidak seperti orang dewasa, karena sudah mengalami banyak hal, otaknya dipenuhi penyaring informasi dan lebih sulit dipengaruhi.
Yang harus diingat, hypnotherapy is not magic. Jika anak diberi sugesti supaya lulus ujian, ia harus tetap belajar. Bukan lantaran sudah dihipnotis dengan kata-kata positif, akan lulus tanpa belajar.
Apakah hipnosis pada usia dini aman bagi perkembangan otak anak? Devy menyatakan, cepat atau lambat, si anak akan mendapat pengaruh—termasuk yang buruk—dari lingkungannya. Justru jika sejak dini anak sudah diberi sugesti positif tentang hal-hal yang baik, ia akan tumbuh dengan perilaku yang baik pula.
Jika sejak kecil sudah diberi sugesti dengan pesan-pesan dan perilaku baik dari orang tua dan lingkungan terdekat, tak ada dampak buruk hipnosis bagi otak si kecil. Yang ada justru dampak positifnya.
Erwin mengingatkan, yang terpenting sebetulnya bukan hypnoparenting, melainkan parenting itu sendiri. Ada sejumlah pantangan dalam mendidik anak. Pertama, hindari labeling atau pemberian cap buruk pada anak, misalnya anak nakal, pemalas, bodoh, atau pembohong. Ini akan terekam dalam memorinya dan justru menuntut si anak ”membuktikan” bahwa label itu benar. Kalaupun mau melarang, gunakan kalimat positif. Misalnya, bukan ”jangan malas”, melainkan ”rajin”, atau bukan ”jangan ribut”, melainkan ”tenang”.
Kedua, hindari membandingkan anak dengan saudaranya atau dengan anak lain. Setiap anak unik. Bahkan dua bersaudara yang dibesarkan dengan cara yang sama persis pun hasilnya pasti berbeda.
Terlepas dari segenap teori hypnoparenting, Erwin menyatakan sejatinya hipnosis yang sangat berbahaya adalah televisi. Saat menonton, anak sedang rileks—otaknya berada di gelombang alfa—dan berkonsentrasi penuh. Ia pun menyerap tanpa saringan apa saja yang ada di layar.
Erwin menceritakan sebuah penelitian pada sekelompok anak yang gemar menonton televisi. Mereka diminta menggambar bebas. Hasilnya, mayoritas anak melukis sesuatu yang berbau kekerasan. Termasuk, astaga, gambar kepala terpenggal. ”Ini membentuk rekaman kekerasan dalam otaknya dan bisa muncul di masa mendatang,” kata Erwin.
Andari Karina Anom, Anwar Siswadi (Bandung)
Menghitung Sinyal Otak Kita
Gelombang Alfa: otak mulai rileks. Terjadi pada saat kita berkonsentrasi penuh pada satu hal, apa saja, misalnya: berdoa dengan khusyuk dan menonton televisi dengan fokus. Saat ini, sugesti bisa mulai masuk—apalagi yang sifatnya mengagetkan dan tiba-tiba. ----------
Gelombang Beta: otak sedang aktif-aktifnya, yaitu di saat kita sedang bekerja atau beraktivitas. Pikiran dipenuhi dengan saringan atau prasangka-prasangka pada informasi apa pun yang masuk.
Gelombang Teta: otak rileks lebih dalam lagi. Ini di saat kita menjelang tidur tapi belum sepenuhnya terlelap atau di saat baru bangun tapi belum betul-betul terjaga. Bisa juga dengan latihan. Saat inilah alam bawah sadar kita mampu menyerap segala informasi tanpa saringan. Ini saat terbaik menanamkan sugesti positif pada setiap orang.Tidak hanya pada anak - anak atau Remaja. Mpu Nallar

Pengikut dari 5 benua

Arsip Blog