Rabu, Februari 27, 2013

Kepribadian Seseorang Berada di Balik Lisannya


Berbicara dan mendengar merupakan dua perbuatan penting yang banyak dilakukan manusia. Apa yang akan kita ucapkan, bagaimana mengucapkannya dan apa saja yang akan kita ucapkan. Begitu juga apa saja yang kita dengarkan. Seperti apa tata krama dalam berbicara dan mendengar. Semua ini merupakan pembahasan penting dan bermanfaat. Bila adab atau tata krama memiliki cabang, sebagian dari itu ada pada ucapan dan pendengaran.
 
Kualitas ucapan dan kandungan pembicaraan menunjukkan akal, perasaan dan tata krama manusia. Kepribadian seseorang dapat diketahui dari lisannya. Sesuai dengan ucapan Imam Ali as, "Tidak ada tata krama bagi orang yang buruk ucapannya."(1)
 
Tata krama dalam berucap adalah menjaga aturan, adab, akhlak dan kehormatan dalam berbicara. Seseorang yang buruk dalam berucap tergolong orang tidak beradab. Mencaci, menghina, mengadu domba, mengejek, berbohong dan meniru ucapan orang lain, memanggil orang lain tanpa penghormatan atau memberi julukan yang buruk merupakan contoh dari tidak adanya tata krama dalam berucap.
 
Dalam banyak riwayat telah menyalahkan beberapa gaya berbicara seperti berbicara yang buruk, berlebih-lebihan, tidak bermanfaat, berbicara jorok dan banyak omong. Dalam al-Quran diperintahkan agar kita mengucapkan hal-hal yang baik, "... Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia ..." (QS. al-Baqarah: 83) Imam Ali as berkata, "Biasakan lisanmu dengan ucapan yang lembut dan mengucapkan salam, sehingga teman-temanmu menjadi banyak dan dapat mengurangi musuhmu."(2)
 
Mendengarkan ucapan orang lain dan memperhatikan apa yang diucapkan merupakan bagian dari tata krama dalam berbicara dan menjadi sumber kecintaan. Sebaliknya, tidak mendengarkan dengan baik ucapan orang lain menunjukkan ketidakpedulian dan tidak adanya kesopanan. Dalam riwayat banyak dipesankan kepada umat Islam untuk berbicara yang baik dan mendengar dengan baik. Nabi Muhammad Saw mendengarkan ucapan masyarakat, sekalipun mereka adalah penentang dan munafik.(3)
 
Ketika seseorang sedang berbicara, Rasulullah Saw tidak pernah memutuskan pembicaraannya. Dalam sejarah perilaku Nabi Saw disebutkan bahwa beliau tidak pernah memutuskan pembicaraan orang lain, hingga orang itu menyelesaikan ucapannya. Perilaku seperti ini juga dinukil terkait sejarah perilaku Imam Ridha as. Nabi Saw sangat menekankan agar mendengarkan ucapan masyarakat. Dalam majlis Nabi Saw juga ada tradisi bahwa bila ada orang yang berbicara, maka yang lain diam mendengarkan, sehingga ia selesai berbicara.(4)
 
Termasuk hak pembicara atas pendengar dan hak pengajar atas murid adalah mendengarkan dengan baik. Dalam Risalah Huquq Imam Sajjad as hak ini disebut dengan Husn al-Istima', mendengar dengan baik. (Man Laa Yahdhuruhu al-Faqih, jilid 2, hal 620) Imam Sajjad as menjelaskan hak orang yang menasihati atas orang yang mendengar nasihat adalah mendengarkan dengan baik.(5)
 
Imam Shadiq as berkata, "Wahai Syiah! Jadilah hiasan bagi kami dan jangan menjadi aib bagi kami. Berbicaralah dengan baik kepada masyarakat. Jagalah lisan kalian dan jangan biarkan ia berbicara lebih dan atau buruk."(6)
 
Mendengarkan keluh kesah orang merupakan tata krama dalam berbicara dan mendengar. Sesuai dengan ucapan Imam Ali as, "Termasuk kebesaran hati seseorang adalah sabar dalam mendengarkan pengaduan orang yang membutuhkan."(7) Di samping tata krama sepert ini, tidak mendengarkan pembicaraan yang rahasia orang lain juga merupakan tata krama dalam mendengar. Siapa saja yang mendengarkan ucapan rahasia orang lain akan mendapat azab ilahi, selain itu juga akan menciptakan permusuhan dan perselisihan.

(IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
 
Catatan:
1. Ghurar al-Hikam, hadis 10596.
2. Ibid, hadis 6231.
3. QS. at-Taubah: 61.
4. Bihar al-Anwar, jilid 49, hal 90.
5. Ibid, hal 625.
6. Mizan al-Hikmah, hadis 17947.
7. Ghurar al-Hikam, hadis 9443.

Pengikut dari 5 benua

Arsip Blog