Jumat, November 19, 2010
Gayus & Aburizal Bakrie serta Bungkamnya Polisi
Keluarnya Gayus Halomoan Tambunan dari tahanan dan pelesirannya ke Bali membuat heboh dunia pemberitaan di Indonesia. Diberitakan bahwa Gayus bebas keluar masuk Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, sejak Juli 2010. Untuk dapat keluar, Gayus menyuap Kepala Rutan Komisaris Iwan Siswanto dan delapan petugas rutan. Perlakuan istimewa itu terhenti setelah ia kepergok kamera wartawan sedang menyaksikan pertandingan tenis di Nusa Dua, Bali.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana mengaku bahwa pihaknya akan mengusut keterlibatan Kepala Rumah Tahanan Brimob Kelapa Dua Depok yang membuat Gayus H Tambunan dapat keluar dari tahanan untuk plesir ke Bali. Yoga menjelaskan bahwa Polri sudah membentuk tim untuk mengevaluasi hal tersebut. Tidak hanya itu, Yoga mengungkap, tim akan mengevaluasi semua hal yang menyangkut kompetensi, kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (sdm) pengelola rutan.
Mengenai kepergian Gayus ke Bali, Yoga mengatakan bahwa kepolisian sudah memastikan Gayus menggunakan identitas palsu dalam tiket pesawat yang diurus oleh seseorang. Yoga menyebut adanya keterlibatan travel yang membantu mengurus tiket pesawat komersial yang digunakan tersangka kasua mafia pajak itu. Namun, Yoga belum bersedia mengungkap siapa yang mengurus tiket, nama apa yang digunakan Gayus, pesawat apa yang digunakan, dari bandara mana, serta kapan Gayus bertolak ke Bali.
Sama seperti para petinggi Polri lain, Yoga juga belum bersedia memastikan apakah ada niat tertentu soal kepergian Gayus ke Bali yang dinilai janggal oleh berbagai pihak. Menurut dia, semua baru akan diungkap di pengadilan.
Gayus dan Ical
Sementara ini berbagai isu yang berkembang menyebutkan adanya pertemuan Gayus dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical yang juga bos Bakrie Group. Namun demikian, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Untung Yoga Ana mengatakan, polisi belum mempunyai fakta adanya pertemuan tersebut. Yoga mengatakan, penyidik tidak bisa bekerja hanya berdasarkan spekulasi atau tanpa adanya fakta hukum.
Seperti diberitakan, spekulasi itu muncul setelah Gayus dan Ical kepergok menonton turnamen tenis di Nusa Dua, Bali, pada hari yang sama. Hal itu lalu dikaitkan dengan pengakuan Gayus menerima suap dari tiga perusahaan di bawah Bakrie Group saat masih bekerja di Direktorat Jenderal Pajak.
Menanggapi isu yang merugikan partai Golkat tersebut, Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar, Bambang Soesatyo, meminta pihak-pihak tertentu untuk berhenti menebar isu yang merusak citra partai berlambang pohon beringin ini dan ketua umumnya terkait berita 'pelesiran Gayus' ke Bali.
"Stop menebar isu seolah ada pertemuan Ketua Umum DPP Partai Golkar dengan terdakwa kasus mafia pajak Gayus Tambunan di Bali. Karena isu itu tidak benar, hanya bersifat sensasi dan hanya pengalihan isu dari masalah yang sebenarnya," katanya di Jakarta, Kamis (18/11).
Bambang Soesatyo juga dengan lantang mengungkapkan bahwa dirinya sudah mendengar ada pihak dekat kekuasaan menjadi penyebar isu tersebut. "Kami juga mendengar ada pihak yang berinisial "Y", salah satu jubir pejabat negara yang pertama kali menghembuskan berita 'pelesiran Gayus' bertemu Ical," ujarnya.
Mengungkap motif perjalanan Gayus Tambunan ke Bali, menurutnya, menjadi sangat penting, untuk mengetahui siapa sesungguhnya yang berada di balik skenario mengeluarkan mafia pajak ini dari Rutan Mako Brimob Kelapa Dua. "Dari penelusuran kami, didapat keterangan bahwa Kepala Rutan Mako Brimob Kelapa Dua tidak bertindak karena kemauannya sendiri, atau berdasarkan kesepakatannya dengan Gayus. Melainkan ada perintah dari perwira diatasnya di lingkungan Polri," ungkapnya lagi.
Bambang Soesatyo mengingatkan, siapa pemberi perintah itulah yang perlu diungkap Kapolri. "Tidak sulit, karena Kapolri bisa mengoreknya langsung dari Kepala Rutan yang kini sudah ditahan," katanya.Bagi Bambang Soesatyo, banyak pihak di ranah publik, termasuk para kader Partai Golkar yang beropini, kasus 'pelesiran Gayus' merupakan upaya pengalihan isu dari berbagai insiden besar, diantaranya skandal Bank Century, dan penjualan murah atas saham-saham PT Krakatau Steel.
Gayus dan Polri
Sikap Polri yang cenderung tertutup terhadap penanganan kasus keluarnya Gayus Halomoan Tambunan dari rumah tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, hingga kepergiannya ke Bali menjadi sorotan media. Sebab, sikap itu berbeda dengan kasus-kasus lain yang juga ditangani Polri.
Terkait kasus Gayus, Polri tidak bersedia mengungkap proses kepergian Gayus ke Bali, tujuan Gayus ke Bali, dari mana uang Gayus yang dipakai untuk menyuap mantan Kepala Rutan Mako Brimob dan delapan petugas rutan, serta berbagai pertanyaan lain. Ketika ditanya, para petinggi Polri menjawab sama, yakni semua akan terbuka di pengadilan.
Namun, untuk beberapa kasus, Polri cenderung terbuka sebelum masuk ke pengadilan. Contohnya, Polri beberapa kali menggelar jumpa pers mengenai penanganan kasus teroris. Beberapa kali, penanganan kasus teroris langsung dijelaskan oleh Kapolri yang saat itu dijabat Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri.
Saat itu, Polri menjelaskan barang bukti, menunjukkan wajah para tersangka teroris, peran tiap-tiap tersangka, aliran dana, target serangan, dan sebagainya. Terakhir, Polri menjelaskan secara detail peran Abu Bakar Baasyir, tersangka teroris.
Tak hanya kasus besar seperti teroris, Polri pun kerap terbuka menjelaskan kronologi kasus-kasus kecil, seperti perampokan, pembunuhan, dan pemerkosaan. Bahkan, polisi terkadang menghadapkan para tersangka ke wartawan berikut barang bukti.
Dan memang nampaknya, kasus Gayus ini berbeda. Sebab terkuaknya kasus telah memunculkan kasus lain seperti yang sempat menghebohkan Indonesia tentang rekening gendut sejumlah perwira Polri. Kasus yang seakan dibiarkan begitu saja menguap tanpa ada tindak lanjut. (Kompas/Republika/AHF/SL)
Langganan:
Postingan (Atom)