Jumat, Agustus 26, 2011

Etika Pemimpin dan Reputasi Bangsa





Mengapa etika penting bagi sebuah bangsa? Jawabnya, ia berkaitan erat dengan kepercayaan (trust), yang pada gilirannya menentukan integritas para pemimpin dan reputasi bangsa itu.

Mengacu pada Francis Fukuyama, jika hendak menguji ketahanan sebuah bangsa dan kemampuannya bersaing di dunia, lihatlah pada tingkat kepercayaan yang diemban masyarakatnya. Di situ pula, di tengah karakteristik budaya kepercayaan yang berakar itu, faktor kehidupan ekonomi bangsa teruji.

Di situlah kemudian sebuah modal sosial berdiri kokoh. Modal sosial itu - yang dipraktikkan sebagai suatu kebiasaan dan punya akar dalam fenomena agama dan tradisi etika-kemudian membuahkan sebuah alasan penting bagi berfungsinya ekonomi modern dan institusi politik secara benar.

Namun, apakah etika itu? Etika, akal budi, atau akhlak bukanlah sekadar "melakukan sesuatu dengan benar" (do things right), melainkan merupakan pendekatan sistematis untuk menentukan "cara yang benar dalam bertindak", yang jadi pegangan bagi pemimpin yang baik. Oleh sebab itu, tak aneh jika masyarakat lalu mengaitkan urusan etika dengan fungsi kepemimpinan berbagai lembaga publik di negeri kita.

Orang bertanya, misalnya, apakah etis kalau petugas KPK bertemu secara diam-diam dengan terduga korupsi atau jika tokoh partai atau wakil rakyat berbohong atau bicara simpang siur? Sekiranya tidak melanggar hukum pun, etiskah memberi "amplop" kepada petugas lembaga peradilan atau menagih utang kartu kredit dengan ancaman? Selain itu, apakah tak melanggar etika jika kerumunan sebuah acara keagamaan justru makin memacetkan jalanan dan menyusahkan banyak orang lain?

Berbeda dengan hukum yang mengatur tentang apa yang harus dilakukan orang, etika adalah mengenai apa yang selayaknya dilakukan. Etika bermula saat hukum berakhir. Apabila hukum berkaitan dengan pelaksanaan aturan dan prosedur yang tegas, etika menyangkut berbagai pilihan pengambilan keputusan yang lebih fleksibel. Itu sebabnya pelanggaran etika sering berimpitan dengan pelanggaran hukum, tetapi penanganannya lebih pelik karena memerlukan pendekatan berdasarkan nilai moral, filsafat, atau agama.

Pelanggaran etika sering ditutupi dengan "pembenaran" atau rasionalisasi, yakni menciptakan alasan mengada-ada demi menjaga agar "citra diri" tetap utuh. Saat orang tak dapat mencari alasan sebenarnya atas perbuatannya, ia akan mencari "rasionalisasi" bagi kelakuannya atau menimpakan kesalahan kepada orang lain.

Di antara beberapa "pembenaran" yang sering dipakai adalah pelaku mengaku "hanya menjalankan perintah orang lain". Meski banyak terjadi pada organisasi yang hierarkis, pembenaran model ini juga tidak bisa diterima karena, ketika seseorang "bebas bertindak", maka tidak ada keharusan bagi dia menaati perintah yang melawan hukum.

Pelaku lain mencari pembenaran dengan relativitas etis lewat pernyataan: "semua orang toh melakukan hal yang sama". Itu lazim terjadi karena manusia punya tendensi alamiah untuk menaati aturan main dalam kelompoknya. Saat pelaku meyakini apa pun yang kata kelompoknya sebagai "benar", kemungkinan itulah yang "benar".

Lebih parah lagi, kecenderungan itu bisa menjadikan pelaku berlepas tangan dari tanggung jawab moral. Tak hanya itu. Ada juga pelaku yang memakai rasionalisasi bahwa "tindakannya tidak membuat banyak perbedaan" sebab "kalaupun saya tidak melakukannya, toh orang lain akan berbuat hal yang sama".

Etika, "trust", dan reputasi
Etika, kepercayaan, dan reputasi (nama baik) adalah tiga sekawan yang tidak terpisahkan. Runtuhnya nama baik seorang tokoh, sebagaimana ambruknya reputasi sebuah organisasi, sering kali terjadi akibat pelanggaran etika.

Itu sebabnya mengapa para ahli komunikasi dunia menyarankan, saat hendak mengambil keputusan yang terkait dengan masalah etika, setiap organisasi mesti mengacu pada nilai-nilai dan pandangan yang ada di tengah masyarakat.
Lewat hubungan "mengambil dan memberi" dengan publiknya, pemimpin-dalam semua ranah kehidupan bernegara-menyerap apa yang diinginkan publiknya ke dalam rumusan strategi jangka panjang lembaganya. Dengan demikian, mereka mengedepankan pertimbangan "konsekuensi" model utilitarianism; lalu memilih keputusan terbaik yang "memaksimalkan hasil positif dan meminimalkan yang negatif" bagi orang banyak.

Banyak prinsip etika yang lain, di antaranya dua prinsip penting ini. Pertama, selalu menyampaikan kebenaran dan hanya yang benar-only the truth and the whole truth-tidak menyembunyikan sebagian dan mengungkap sebagiannya lagi. Kedua, membuktikan selarasnya kata dan tindakan. Banyak penelitian menunjukkan, persepsi publik terhadap sebuah organisasi ditentukan 90 persen oleh apa yang "dilakukan" organisasi dan hanya 10 persen dari apa yang "dikatakan" para tokohnya.

Lewat kedua hal itu, integritas meningkat, kepercayaan terbangun, dan reputasi terbentuk. Bukan hanya reputasi pemimpin politik, bahkan juga di bidang bisnis. Perusahaan dengan reputasi baik, menurut Fombrun dan Van Riel (2004), terbukti selalu mengalahkan perusahaan yang buruk reputasinya dalam semua ukuran finansial selama lima tahun berturut-turut.

Masalahnya, penerapan etika memang memerlukan keberanian moral dan hasilnya baru bisa dipetik dalam jangka panjang. Namun tidak perlu khawatir: riset membuktikan bahwa kemampuan menerapkan etika biasanya sejalan dengan naiknya "pangkat" seseorang dalam kariernya. Oleh sebab itu, kita berharap para pemimpin bisa menjadi teladan dalam menjunjung etika agar mereka mendapatkan kepercayaan demi reputasi dan kemajuan bangsa.

Syafiq Basri Assegaff: Dosen Ilmu Komunikasi dan Peneliti di Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina.(kompas)

Selasa, Agustus 16, 2011

Australia Didukung Inggris Memancing Irian Barat ke Air Keruh Menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia


Sebuah kabar menghebohkan berhembus dari Australia. Kabar yang dipublikasikan jaringan media fairfax, dan ditindaklanjuti oleh The Canberra Times pada Sabtu (13/8/2011) kemarin, menyebut tentang laporan rahasia mengenai kaum separatis Papua yang ditulis oleh kesatuan elit militer Indonesia, Kopassus. Laporan tersebut mengklaim adanya kelompok-kelompok bersenjata yang bersiaga untuk perang gerilya. Tetapi dalam laporan diungkap bahwa kelompok itu hanya memiliki satu senjata untuk setiap 10 orang.

Laporan yang bertajuk ‘Anatomi Separatis Papua (Anatomy of Papuan Separatis)' itu menyatakan, penduduk dari provinsi timur yang kaya akan sumber daya ini ‘mudah dipengaruhi oleh ide-ide separatis'. "Tuntutan irasional untuk hak adat atas tanah dan terbatasnya infrastruktur serta transportasi telah menghambat pertumbuhan ekonomi," kata laporan itu.

Di bagian lain, dikatakan bahwa ketaatan dan kesetiaan orang Papua terhadap pemimpin adat/agama mereka sangat tinggi. "Sampai pada titik dimana adat memiliki keutamaan di atas hukum dan menciptakan peluang terjadinya konflik horisontal," ungkap laporan tersebut.Yang lebih mengkhawatirkan, laporan berdasar atas operasi pengawasan yang luas di wilayah otonomi khusus dan tempat tinggal bagi sekitar 2,7 juta orang itu berisikan dokumen-dokumen mengenai tokoh-tokoh kunci dalam gerakan kemerdekaan Papua. Tak hanya itu, dalam laporan juga diungkap sejumlah nama politisi, akademisi, wartawan, pekerja sosial dan pemimpin agama dari seluruh dunia yang menyokong gerakan separatisme di Papua.

Di antara mereka ada senator Partai Demokrat AS Dianne Feinstein, Uskup Agung Desmond Tutu, anggota parlemen Inggris dari partai Buruh Andrew Smith serta mantan pemimpin Papua Nugini Michael Somare. "Mereka adalah beberapa dari sekelompok besar orang yang bersekutu menuntut Papua Merdeka," demikian tertulis di laporan tersebut, seperti diungkap oleh The Canberra Times.

Total ada 19 dokumen milik Kopassus tentang Papua yang dibocorkan oleh kelompok media Fairfax Australia. Dokumen bertahun 2006-2009 itu adalah laporan analisis detail tentang anatomi gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka, serta orang-orang yang dicurigai memberikan dukungan dan simpatinya kepada mereka.
Laporan itu menggambarkan pengawasan ketat yang dilakukan oleh intelijen Kopassus di Papua terhadap orang-orang yang dianggap sebagai tokoh gerakan separatis, orang-orang asing yang dicurigai mendukung gerakan ini, termasuk mengawasi turis-turis asing yang berkunjung ke sana.

Diungkap juga daftar informan yang ditugasi untuk mengawasi orang-orang yang dicurigai oleh Kopassus. Kendati jati diri informan-informan itu tidak disebutkan, namun dalam dalam laporan itu mereka digambarkan berdasarkan temperamen dan motivasi mereka. Informan-informan ini digambarkan berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, birokrat, guru, tukang ojek, kepala suku, kepala desa, hingga petani.

"Materi dokumen ini menyingkap bahwa pemerintah Indonesia menjalankan sebuah jaringan mata-mata dan informan di Papua dalam skala target dan jangkauan yang mengejutkan," tulis The Canberra Times. Pengawasan yang dilakukan oleh Kopassus, kata Canberra Times, juga dilakukan oleh TNI, polisi, serta BIN. Koran Australia itu menyebutkan, dokumen ini hanya sedikit contoh dari semua operasi yang tengah berlangsung di Papua.

Sejak otonomi khusus diperkenalkan pada 2001, diperkirakan jumlah pasukan TNI yang dikerahkan di sana berlipat ganda--dari tiga batalyon menjadi enam batalyon. Diperkirakan, jumlahnya sekitar 15.000 orang, atau sekitar 13 kali dari jumlah pasukan separatis di sana. Berdasarkan dokumen tersebut, kekuatan kelompok separatis di Papua meliputi 1.129 orang tentara separatis, dilengkapi 131 senjata serta granat.
The Canberra times juga menyebut sejak dua pekan lalu, pihak TNI maupun Kopassus belum memberikan respons terhadap klarifikasi dari mereka. Tetapi, Kepala Dinas Penerangan Umum Markas Besar TNI Kolonel Cpl Minulyo Suprapto mengaku tidak pernah dihubungi oleh The Canberra times.
Ia pun belum mengetahui tentang adanya pemberitaan media Australia yang membocorkan 19 dokumen rahasia milik Kopassus tahun 2006-2009.

The Saturday Age, media Australia yang lain, turut meramaikan isu kebocoran dokumen tentang Papua tersebut. Koran online itu mengungkap trik Kopassus memasang jaringan intel dan informan untuk memantau, tidak saja sayap militer gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka-Tentara Pembebasan Nasional (OPM-TPN), tetapi juga tokoh-tokoh masyarakat sipil Papua yang selama ini tak mendukung kemerdekaan Papua.

Tak ketinggalan, Saturday Age juga mengungkap daftar informan yang selama ini memasok informasi kepada Kopassus, mulai dari wartawan, mahasiswa, birokrat, pemimpin gereja, guru, tukang ojek, kepala suku, kepala desa, petani, hingga para pekerja di hutan. Satu tokoh pemimpin OPM-TPN bahkan terungkap memiliki delapan informan Kopassus dalam jaringannya, termasuk salah kerabatnya, seorang gadis berusia 14 tahun. Versi online surat kabar tersebut (www.theage.com.au) bahkan memajang foto seorang anggota Kopassus berpangkat letnan yang disebut menulis sebagian besar laporan intelijen tentang situasi di Papua selama tahun 2006-2009.

Media-media yang berbasis Australia itu menyebutkan bahwa dokumen tersebut sebagai alat pantau orang asing di Papua. Sebab, dokumen memuat nama-nama orang asing yang disebutkan mendukung gerakan Papua Merdeka. Seperti nama beberapa senator Amerika, Anggota Parlemen Selandia Baru, Anggota Kongres Amerika Serikat, Jaringan NGO Asing, Anggota Parlemen Irlandia, Anggota Parlemen Eropa, Anggota Parlemen Inggris, hingga jurnalis asing di Papua.

Menurut Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, maraknya kembali gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) harus disikapi dengan hati-hati. Diketahui bahwa untuk memuluskan tujuannya lepas dari NKRI, OPM juga menggalang dukungan dari luar negeri, salah satunya adalah Inggris.

International Parliamentary for West Papua yang diluncurkan di House of Commons, London, Inggris, 15 Oktober 2008, bertujuan untuk mendukung penentuan nasib sendiri warga asli Papua. IPWP tersebut juga didukung oleh dua anggota parlemen Inggris yaitu Hon Andrew Smith MP dan Lord Harries. Tokoh utama dibalik pergerakan pembebasan Papua Barat, yakni Benny Wanda. Benny mengklaim dirinya sebagai pemimpin kemerdekaan Papua Barat.

Situated in the easternmost reaches of Indonesia's sprawling archipelago, the Papua region is a source of continuing embarrassment for Indonesia - a country that has otherwise made substantial strides as a democratic and http://www.blogger.com/img/blank.gifeconomic power. Despite being granted special autonomy 10 years ago and targeted for accelerated economic development, its indigenous Melanesian people are the country's poorest and many are deeply unhappy with Jakarta's rule and a heavy security presence.

The documents, which date from 2006 to 2009, reveal that independence activists and members of the OPM-TPN, the small armed resistance, are under intense surveillance, but so too are many ordinary Papuans and civic leaders who do not advocate independence but are concerned about the advancement of their people, or are influential in the community.


Priyo yang juga ketua desk otonomi khusus Papua dan Aceh ini meminta pemerintah memanggil Dubes Inggris untuk Indonesia.
"Saya heran, gerakan OPM di Papua ini muncul ternyata atas prakarsa salah seorang oknum anggota parlemen Inggris. Untuk itu, saya meminta pemerintah agar memanggil Dubes Inggris," ujar Priyo.

Menurut Priyo, ada anggota Parlemen Inggris yang memfasilitasi konferensi International Parliamentary for West Papua (IPWP) untuk OPM di Inggris. Padahal, Inggris termasuk negara yang bersahabat dengan Indonesia. "Jadi, jangan main api," tegasnya.

Tidak hanya Inggris, Australia juga tak henti memancing di air keruh. Oknum-oknum di negara tersebut, tampaknya, tidak rela Papua terus berada di pangkuan Pertiwi. Padahal, pasca Pepera (Penentuan Pendapat rakyat) yang digelar PBB pada 1969, sudah tak terbantahkan lagi bahwa Papua menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, apapun gerakan memisahkan Papua dari Indonesia dikategorikan sebagai gerakan makar yang harus diberantas. Tak terkecuali campur tangan asing yang hendak memisahkan Papua dari Indonesia
(Gatra / Fairfax Digital network navigation - The Canberra Times)

Minggu, Agustus 07, 2011

Waktu Ternyata adalah rangkaian Kesempatan yang Tak Pernah Kembali

Tidak ada satu orangpun yang mengingkari pentingnya waktu sebagai modal tak ternilai. Terlebih-lebih di masa kini ditambah begitu cepatnya teknologi berkembang yang membuat upaya memanfaatkan waktu secara efisien menjadi lebih urgen. Ada sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa "waktu adalah emas". Tapi ada juga sebagian orang yang menolak itu dan mengatakan waktu bukan emas, tapi lebih mulia dari emas. Alasan mereka karena orang dapat membeli emas, tapi waktu tidak dapat dibeli. Waktu bak aliran air sungai yang senantiasa dalam kondisi bergerak dan tidak akan pernah kembali. Sekaitan nilai waktu, Imam Ali as berkata, "Wahai manusia! Pahamilah bahwa kalian yang sedang melewati dan bakal berakhir, bukan waktu yang sedang berakhir."

Sejatinya, dalam kehidupannya manusia berhadapan dengan dua pilihan; menjadi pelaku atau penonton menyaksikan apa yang akan terjadi dalam kehidupannya. Siapa saja menginginkan menjadi pelaku dan bukan penonton. Tapi untuk menjadi pelaku hanya dapat dilakukan dengan mengelola waktu sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan yang hendak diraih. Sebuah kehidupan yang telah diatur sejak awal bakal memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengontrol dirinya. Ia dapat mengarahkan dirinya terkait kehidupan pribadi dan sosial. Bila kehidupan manusia tidak memiliki tujuan dan arah yang jelas, orang tersebut akan memusnahkan segala waktu tak ternilai yang dimilikinya untuk melakukan hal-hal yang mubazir.

Islam mengajak semua orang agar memanfaatkan waktunya dengan benar. Waktu itu sendiri dalam pandangan Islam sebagai sesuatu yang mulia dan suci. Imam Muhammad Baqir as mengatakan, "Allah benci kepada manusia yang menyia-nyiakan waktunya." Islam bahkan mewanti-wanti para pemuda khususnya agar tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Karena masa muda adalah sebuah periode dimana seseorang mampu mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan energi yang masih berlimpah. Energi yang dimilikinya di usia muda juga memberikannya semangat untuk berusaha lebih serius lagi.

Betapa banyak orang yang mencapai usia tua dan lemah hanya dapat menyesali dirinya. Mereka menyesal mengapa ketika di usia muda tidak melakukan hal-hal yang bermanfaat. Sekaitan dengan masalah waktu senggang anak-anak muda, kepada mereka Ayatollah Sayyid Ali Khamenei mengatakan, "Satu hal yang dapat kami rekomendasikan kepada remaja dan pemuda adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya waktu yang mereka miliki." Rahbar menyebut pekerjaan terbaik di usia mereka adalah belajar, olahraga dan mensucikan diri. Beliau juga menyebut upaya memanfaatkan kesempatan yang pendek sangat berpengaruh. Berbagi pengalaman dalam masalah ini beliau mengatakan, "Saya berhasil membaca buku 20-an jilid dalam selisih waktu 10,15 dan 20 menit dalam perjalanan di bus."

Bila kita telah memahami dengan baik betapa pentingnya waktu, ada satu pertanyaan yang muncul. Bagaimana kita dapat memanfaatkan waktu seefisian mungkin? Jalan terbaik untuk mencegah kita menyia-nyiakan waktu adalah dengan menyusun program kerja. Program kerja sebuah cara untuk mengalahkan waktu. Orang-orang sukses selalu mengatakan bahwa satu dari rahasia kesuksesan mereka adalah menyusun program kehidupannya.

Banyak buku dan artikel yang mengulas banyak tentang bagaimana menyusun program dan mengelola waktu. Kebanyakan orang yang mendengar kata "manajemen waktu" langsung membayangkan waktu harus dikelola. Pemahaman yang demikian tentu saja tidak benar. Karena manajemen waktu pada dasarnya adalah memenej diri sendiri, bukan waktu yang diatur. Waktu senantiasa berjalan dan tidak akan pernah bisa dikelola. Sementara kehidupan manusia memiliki keterbatasan yang perlu dikelola agar dapat meraih kesuksesan. Di sini setiap orang membutuhkan ketrampilan untuk mengelola waktunya.

Seseorang yang memiliki tujuan hidup berarti ia telah menguasai bagian terpenting dari manajemen waktu. Hakikatnya, sebuah program sejak awal harus dibangun dari tujuan-tujuan yang ingin direalisasikan dan dari sana dilakukan skala prioritas, mana yang harus didahulukan. Oleh karenanya, setiap orang harus mampu membedakan mana tujuan akhir dan mana yang sela. Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan itu harus realistis sekaligus utopis, sehingga mampu menggerakkan pelakunya. Seseorang yang memiliki tujuan akan senantiasa bergerak, berusaha dan fokus dalam sebuah lajur yang ingin dilewatinya. Dengan demikian, ia tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada dalam program yang telah disusunnya.

Poin penting lainnya dalam menyusun program adalah berusaha menjauhi pekerjaan yang berulang dan menetapkan batas akhir penyelesaian sebuah pekerjaan. Dalam menyusun program, seseorang harus mengalokasikan batas waktu untuk setiap pekerjaan yang hendak dilakukannya. Memperhatikan masalah ini membuat manusia lebih realistis dalam menyempurnakan daftar program yang disusunnya. Di sini, penting untuk mengenal dengan baik dan benar serta tepat faktor-faktor yang membuat waktu seseorang menjadi sia-sia.

Menyia-nyiakan waktu bergantung pada sejumlah faktor. Terkadang kita menyia-nyiakan begitu saja waktu kita yang begitu bernilai dan tidak memanfaatkannya dengan benar. Tapi terkadang orang lain menjadi penyebab hilangnya waktu kita begitu saja. Untuk menyusun program selama sehari semalam, Imam Kazhim as berkata, "Berusahalah untuk membagi waktumu selama sehari semalam menjadi empat bagian. Sebagian untuk bermunajat kepada Allah, sebagian lagi untuk bekerja, sebagian lain untuk hubungan sosial dan berdialog dengan orang-orang yang dapat dipercaya. Mereka akan menjelaskan kekurangan-kekuranganmu agar engkau menutupinya. Bagian keempat dari waktumu alokasikan untuk menikmati segala urusan halal baik materi maupun spiritual. Bagian keempat ini dapat membantumu melakukan tiga bagian yang lain."

Perhatian kepada masalah agama dalam menyusun program dan menentukan kesempatan dalam setiap hari untuk melakukan shalat di awal waktu dan membaca al-Quran merupakan perbuatan yang mampu menyempurnakan jiwa manusia. Program-program spiritual semacam ini akan semakin menyempurnakan program yang disusun. Dalam sebuah riwayat dari Imam Hasan as disebutkan, "Berusahalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selama-lamanya dan berusahalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok hari." Dengan demikian, dalam menyusun program hendaknya kita juga memperhatikan masalah akhirat, sebagaimana yang dilakukan terhadap masalah dunia. Imam Hasan Askari as berkata, "Jangan sampai engkau menghabiskan waktumu hanya untuk dunia, sementara engkau tertinggal dalam urusan akhirat... Dalam memanfaatkan kesempatan dan waktu yang ada harus dimanfaatkan sebisa mungkin untuk mencari rezeki yang halal dan melakukan kewajiban. Engkau harus dapat menyatukan dua hal ini."

Ada sebagian waktu yang dipandang khusus oleh Islam. Sebagai contoh, waktu shalat termasuk waktu-waktu yang dapat dimanfaatkan manusia untuk meraih kesempurnaan lebih. Bulan Ramadhan juga merupakan kesempatan istimewa yang diberikan kepada manusia dimana setiap detiknya berisikan rahmat dan cinta ilahi. Rasulullah Saw dalam khotbahnya menyambut bulan Ramadhan mengucapkan, "Wahai umat manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian bulan Allah dengan berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang di sisi Allah merupakan bulan paling mulia. Hari-harinya paling mulia, malam-malamnya paling mulia, dan saat-saatnya paling utama. Di bulan ini kalian diundang untuk menjadi tamu-tamu Allah dan kalian diajak untuk menerima karunia Allah. Di bulan ini tarikan dan desahan nafas kalian adalah tasbih, tidur kalian ibadah, amal kalian diterima, dan doa kalian dikabulkan. Maka dari itu, mohonlah kepada Allah dengan niat yang jujur dan hati yang bersih, agar Allah memberikan taufik kepada kalian untuk dapat melakukan puasa dan membaca Kitab-Nya."

Dari doa yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad Saw, kita dapat memahami kebesaran bulan Ramadhan. Begitu mulianya sehingga tidur seorang yang berpuasa tidak terhitung menyia-nyiakan waktu, bahkan mendapat pahala. Sementara membaca satu ayat al-Quran mendapat ganjaran seperti orang yang mengkhatamkan seluruh al-Quran. Tak diragukan lagi bahwa bulan Ramadhan merupakan kesempatan paling baik untuk memperbaiki diri dan semakin mendekati Allah Swt. Sebuah kesempatan yang bila terlewatkan, menyebabkan pelakunya akan menyesal di kemudian hari

Pengikut dari 5 benua

Arsip Blog