NASIB buruh di negeri ini masih memprihatinkan. Bergaji pas-pasan, para buruh itu seperti kuli di negeri sendiri, menjadi bangsa kuli yang harus bertaruh dalam ketidakpastian.
Merekalah saudara-saudara kita yang mesti kita bela dan perjuangkan. Harkat dan martabat mereka sebagai manusia, harus kita tegakkan.
Dalam peringatan Hari Buruh Dunia, pada Sabtu (1/5), massa pengunjuk rasa dilarang mengikutsertakan kerbau atau hewan dalam aksi yang diperkirakan melibatkan massa aksi yang banyak tersebut. Membawa binatang yang membahayakan ketertiban umum akan dilarang.
Polisi memperkirakan, para buruh dari pinggir Jakarta akan masuk ke Jakarta menuju sasaran, Istana Negara, Istana Wapres, Gedung DPR, Kantor Jamsostek, Kantor Kementerian Tenaga Kerja, dan Bundaran Hotel Indonesia. Selain menjaga sejumlah tempat itu, polisi secara khusus akan menjaga pabrik-pabrik yang pada tahun lalu kerap menjadi sasaran razia buruh untuk mengajak rekannya ikut berdemo.
Puluhan ribu buruh bersama dengan sejumlah elemen kemasyarakatan dan kemahasiswaan dari DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, berunjuk rasa menuntut reformasi sistem jaminan sosial sambil merayakan Hari Buruh Internasional di Jakarta, Sabtu (1/5).
Mereka menuntut pemerintah segera merealisasikan berbagai regulasi yang dibutuhkan untuk menjalankan UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Pemerintah harus mendukung SJSN yang akan melindungi rakyat Indonesia, tidak hanya kaum pekerja semata.
Komite Aksi Jaminan Sosial yang beranggotakan 54 elemen serikat pekerja/serikat buruh, organisasi kemasyarakatan, dan kemahasiswaan akan mengorganisasi aksi damai itu di Istana Merdeka. Massa mendesak pemerintah dan DPR tak menunda-nunda pelaksanaan SJSN.
Presiden SBY jangan sampai melanggar konstitusi dengan lima tahun mengabaikan UU No 40/2004. Buruh akan membentuk rantai manusia mengelilingi istana untuk meyakinkan pemerintah bahwa SJSN sama pentingnya dengan kasus Bibit-Chandra atau Bank Century.
Bersamaan dengan aksi di Jakarta, ribuan pendukung Komite Aksi Jaminan Sosial juga akan berunjuk rasa dengan isu serupa di semua kota besar di Pulau Jawa. Sampai saat ini, Komite Aksi Jaminan Sosial sudah menerima surat dukungan dari puluhan anggota DPRD.
Kita mendesak dunia usaha dan pemerintah duduk bersama buruh dalam mencari solusi agar SJSN itu bisa dilaksanakan. Bukan demi buruh melainkan demi kesejahteraan pekerja dan harkat serta martabat mereka.
Sebagai negara berideologi Pancasila, kita harus malu bahwa nasib buruh masih jauh dari kelayakan yang semestinya. Peringatan Hari Buruh 1 Mei hendaknya melecut kita untuk berempati kepada mereka. [mor]