Konferensi keamanan Asia Pasifik yang digagas IISS
Institut Internasional untuk Kajian
Strategis berlangsung pada tanggal 1-3 Juni 2012 di
Singapura. Pertemuan yang rutin digelar sejak tahun 2011 ini ditujukan
untuk membahas masalah pertahanan, mempromosikan rasa saling percaya
antar pihak militer dan mendukung kerjasama di bidang pertahanan di Asia
Pasifik. Tahun ini, perwakilan dari 26 negara ambil bagian dalam konferensi, termasuk antara lain Cina dan India, serta negara-negara Asia Tenggara dan Timur. Mulai dari masalah keamanan jalur laut, bentuk-bentuk perang baru yang memanfaatkan teknologi internet, hingga kasus penyelundupan obat bius dan terorisme – turut dibahas dalam pertemuan kali ini. Selain digelar sesi pleno – sebagaimana pertemuan di tahun-tahun sebelumnya – diadakan pula pertemuan bilateral dan multilateral, yang diikuti para menteri pertahanan, pakar keamanan dan perwakilan perusahaan-perusahaan perlengkapan pertahanan.
Kerjasama Politik Geografis
Presiden Susilo Bambang Yudoyhono berkesempatan menyampaikan pidato pembukaan. Presiden SBY menyerukan diagendakannya kerjasama politik geografis. Langkahnya dengan membangun jaringan bersama untuk menguatkan rasa kebersamaan di kawasan dan nasionalisme, seperti misalnya Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara ASEAN. Menurut SBY, hal ini merupakan satu-satunya cara untuk mencapai keseimbangan dinamis, yang memungkinkan kemajuan bangsa tanpa adanya konfrontasi. Lebih lanjut dikatakannya, budaya strategis baru diperlukan, yang bertujuan untuk mencapai skenario yang saling menguntungkan satu sama lain,“Kerjasama politik geografis mempromosikan kompetisi negara –negara akan tercapainya perdamaian dan kemajuan. Ini rumusan yang saling menguntungkan.“
Pada hari kedua pertemuan, dalam pidatonya, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta : mengemukakan AS akan terus melanjutkan kerjasama militernya di Asia Pasifik, meskipun situasi anggaran tengah mengalami kesulitan. Prinsip yang diterapkan AS: penegakan hukum internasional, kerjasama regional dan kemitraan militer. Ia pun menegaskan bahwa kerjasama militer AS dengan Jepang, Korea Selatan dan Filipina, bukan merupakan ancaman bagi Cina. Ia menutup pidatonya dengan perhitungan kekuatan militer dan modernisasi pasukan keamanan Asia Pasifik, „Kami telah berada di sini, kini kami di sini dan juga pada masa mendatang.“ Panetta menegaskan strategi AS itu di hadapan puluhan para pejabat sipil dan militer dalam konferensi keamanan tahunan yang digelar di AS membangun pangkalan militer d Singapura, Minggu. Turut hadir dalam konferensi tersebut sekitar 30 pemimpin sipil maupun militer Negara-negara di kawasan Asia Pasifik.Amerika Serikat membangun pangkalan militer di Australia hanya untuk menjaga kepentingan Ekonomi AS di Papua Indonesia Menurut dia, pembangunan pangkalan militer ini tak lepas dari kepentingan AS untuk mengimbangi dominasi Republik Rakyat China (RRC) di Asia Pasifik.Dalam kesempatan yang sama Panetta juga menekankan bahwa kehadiran pasukan AS di kawasan Asia Pasifik justru akan menguntungkan bagi China.Tidak hanya itu, Menhan AS turut menekankan bahwa China memiliki peran penting dalam memajukan keamanan dan kemakmuran di kawasan Asia selama 6 dekade terakhir.
AS akan mereposisi Angkatan Lautnya, 60 persen kapal perang akan ditempatkan di wilayah Asia Pasifik pada 2020 mendatang. Saat ini hanya terdapat sekitar 50 persen armada kami di wilayah ini. Saya menolak anggapan bahwa ini dilakukan sebagai upaya membendung pengaruh China," ujar Panetta seperti diberitakan Russian Today, Minggu, (3/6)
Ke Lima Anggota tetap DK PBB merupakan eksportir senjata terbesar di Dunia
Data dari Institut Penelitian Perdamaian SIPRI yang berkedudukan di Stockholm mencatat Amerika Serikat sebagai eksportir senjata terbesar, disusul Rusia, Jerman dan Perancis, yang diikuti dengan Inggris. Konsultan perusahaan pertahanan Frost & Sullivan mencatat pertumbuhan pembelian senjata di kawasan Asia Pasifik, rata-rata mencapai 4,2 persen per tahun. pada Kantor Berita Bloomberg,
Direktur IISS untuk kawasan Asia, Tim Huxley
mengungkapkan,”Peningkatan anggaran pemerintahan kerap diikuti semakin membengkaknya anggaran pertahanan. Banyak kawasan di Asia atau pemerintahan yang beralasan, merasa tidak aman.” Moral Ganda Negara Barat Secara verbal memang Eropa dan Amerika Serikat mendukung gerakan demokrasi, menyadari sepenuhnya bahwa “kritik terhadap penindasan negara dan kondisi ekonomi yang buruk dibenarkan“, demikian tertulis dalam laporan tahun 2011 yang dikeluarkan Amnesty International, Kamis (24/05). “Namun mereka tidak ingin memutus ‘hubungan khusus' dengan pemerintah represif yang menjanjikan stabilitas di wilayah strategis penting dengan cadangan minyak dan gas yang besar.“ menunjukkan satu contoh konkret di Bahrain, “Di mana AS memiliki kepentingan geo-strategis dan militer. Di sana, Arab Saudi dizinkan untuk menghancurkan gerakan protes. Gerakan pro demokrasi tidak didukung sepenuhnya. Di beberapa negara lain tidak bertindak sama sekali atau bahkan memberikan dukungan persenjataan pada pihak penindas.“ Jerman merupakan salah satu negara yang disebutkan sebagai pemasok senjata. Menurut laporan media - yang tidak disangkal – pertengahan tahun 2011, lewat pemungutan suara rahasia Dewan Keamanan Federal Jerman menyetujui pengiriman lebih dari 200 tank tempur modern Leopard 2 ke Arab Saudi. Menurut laporan pemerintah tentang ekspor senjata, dengan pengeluaran bagi persenjataan sebesar 152 juta Euro, Arab Saudi merupakan negara ke sepuluh terbesar dalam daftar penerima pasokan senjata. Keputusan ini mendapat kritikan tajam baik dari pihak oposisi maupun dari gereja-gereja di Eropa
mengungkapkan,”Peningkatan anggaran pemerintahan kerap diikuti semakin membengkaknya anggaran pertahanan. Banyak kawasan di Asia atau pemerintahan yang beralasan, merasa tidak aman.” Moral Ganda Negara Barat Secara verbal memang Eropa dan Amerika Serikat mendukung gerakan demokrasi, menyadari sepenuhnya bahwa “kritik terhadap penindasan negara dan kondisi ekonomi yang buruk dibenarkan“, demikian tertulis dalam laporan tahun 2011 yang dikeluarkan Amnesty International, Kamis (24/05). “Namun mereka tidak ingin memutus ‘hubungan khusus' dengan pemerintah represif yang menjanjikan stabilitas di wilayah strategis penting dengan cadangan minyak dan gas yang besar.“ menunjukkan satu contoh konkret di Bahrain, “Di mana AS memiliki kepentingan geo-strategis dan militer. Di sana, Arab Saudi dizinkan untuk menghancurkan gerakan protes. Gerakan pro demokrasi tidak didukung sepenuhnya. Di beberapa negara lain tidak bertindak sama sekali atau bahkan memberikan dukungan persenjataan pada pihak penindas.“ Jerman merupakan salah satu negara yang disebutkan sebagai pemasok senjata. Menurut laporan media - yang tidak disangkal – pertengahan tahun 2011, lewat pemungutan suara rahasia Dewan Keamanan Federal Jerman menyetujui pengiriman lebih dari 200 tank tempur modern Leopard 2 ke Arab Saudi. Menurut laporan pemerintah tentang ekspor senjata, dengan pengeluaran bagi persenjataan sebesar 152 juta Euro, Arab Saudi merupakan negara ke sepuluh terbesar dalam daftar penerima pasokan senjata. Keputusan ini mendapat kritikan tajam baik dari pihak oposisi maupun dari gereja-gereja di Eropa
Kecemasan Atas Sponsor
Sementara itu, politisi sekaligus jurnalis Afrika Selatan, Andrew Feinstein menuding,“IISS disokong oleh produsen senjata besar.“ Sponsor pertemuan tahun ini adalah Boeing, Mitsubishi, EADS dan Singapore Technologies Engineering, yang juga bergerak di bidang senjata. Feinstein mengingatkan,“Ada solusi lain untuk mencapai keamanan dan stabilitas kemananan, yakni demokrasi, tanggungjawab dan kejujuran.“Ke lima anggota tetap DK PBB merupakan eksportir senjata terbesar. Bisakah mereka diharapkan bekerja bagi perdamaian dan keamanan? Demikian hal yang juga seekarang dipertanyakan Institut Penelitian Perdamaian SIPRI bersama lembaga Amnesty International.Atas digelarnya Konferensi Keamanan Asia Pasifik di Singapura .