Senin, Maret 23, 2009




Posted by iman under: Militer .
OPERASI ALPHA

A4 skyhawkAwal tahun 1980an. Sebuah keramaian baru saja selesai di sebuah rumah kecil perwira di Kompleks Angkatan Udara. Penerbang itu bersama istrinya baru saja membersihkan sisa sisa makanan dan piring piring kotor. Para tamu, tetangga dan keluarga lainnya baru saja pulang setelah menghadiri acara syukuran sekaligus perpisahan karena ia akan ditugasi negara belajar ke Amerika. Sungguh gembira, karena ia menjadi salah satu dari 10 penerbang pilihan yang akan berangkat ke Arizona, Amerika untuk belajar mengawaki pesawat tempur A – 4 Skyhawk . Demikian penuturan seorang mantan penerbang yang pernah menjadi komandan pangkalan Madiun.

“ Jangan lupa kirim postcardnya Mas “ pinta istrinya di airport Halim Perdanakusumah sambil merajuk karena akan ditinggal pergi sang suami selama hampir 6 bulan.

Menjelang senja mereka mendarat di Singapura untuk diantar ke hotel paling mewah, Shangrila. Mereka – kesepuluh penerbang itu – baru menyadarai apa yang sesungguhnya akan terjadi, setelah paspor paspor mereka diambil oleh perwira dari BAIS ( Badan Intelejen Strategis ) dan diganti dengan Surat Perintah Laksana Paspor.
Suasana makan malam menjadi tegang, ketika muncul Letjen LB Moerdani yang mengatakan mereka tidak akan belajar di Amerika , tetapi di Israel.
Israel yang secara notabene adalah musuh diplomatik Indonesia.

“ Misi ini adalah misi rahasia, yang ragu ragu silahkan kembali sekarang. Kalau missi ini gagal, negara tidak akan mengakui kewarganegaraan anda. Namun tetap mengusahakan anda pulang dengan jalan lain. Misi ini dianggap berhasil jika pesawat sampai di Indonesia “
Demikian sang Jendral dengan raut dingin menutup makan malam tersebut.

Malam itu juga mereka terbang ke Franfurt, Jerman. Mulai saat itu kesepuluh penerbang tempur berpakaian sipil dan berlagak sepertri turis. Mereka juga tidak boleh bertegur sapa. Duduknya terpisah namun masih dalam batas jarak pandang.
Dalam penerbangan menuju Eropa, para pilot tempur itu menyadari bahwa berita berita di media yang mengatakan Indonesia membeli pesawat tempur dari Amerika adalah bohong. Secara diam diam dan melalui proses yang tingkat kerahasiaannya tinggi, Indonesia membeli pesawat tempur bekas milik Israel. Ini karena Israel akan mengganti pesawat A 4 Skyhwaknya dengan yang lebih modern.

Sampai di Franfurt mereka melanjutkan lagi dengan pesawat lain menuju Israel dan setibanya di Bandara Ben Gurion Tel Aviv, semuanya langsung ditangkap oleh petugas militer Israel. Mereka hanya bisa pasrah karena tak tahu scenario apa selanjutnya.

Ternyata di sebuah ruangan sudah menunggu perwira BAIS memberikan briefing singkat. Semua barang, celana dalam, pulpen yang berlabel Indonesia disita.
Esok paginya mereka naik satu mobil van berjalan menyusuri Laut Mati. Sempat menginap di sebuah kota kecil, Berseva. Setelah dua hari perjalanan mereka tiba di sebuah pangkalan tempur Israel dekat Elat.
Disana ada Mirage III, F 4 Phantom, Skyhawk dan Kfir. Di Israel, pangkalan tidak memiliki nama tetap. Hanya disebut dengan angka dan bisa berubah setiap hari. Hari ini disebut Base number 9 dan besoknya bisa berganti lagi.
Namun sesuai kesepakatan para penerbang menyebutnya Arizona, karena dalam scenario awal mereka berlatih di Amerika.

Selama 6 bulan mereka berlatih mulai dari terbang solo sampai latihan tempur. Mereka tahu bahwa ini adalah pangkalan penting milik Israel, bahkan tanpa disadari mereka berlatih bersama penerbang tempur Israel yang akan melakukan Operasi Babylon. Penyerbuan ke Reaktor Nuklir milik Irak di Osyrak.
Berkat tekunan berlatih akhirnya mereka semua lulus dan mendapat brevet penerbang tempur pesawat A – 4 Skyhawk dari Israeli Air Force. Namun brevet dan ijasah langsung dibakar didepan mata mereka oleh perwira BAIS yang menjadi perwira penghubung begitu tiba di mess.

Selesai pendidikan mereka tidak langsung pulang, namun diterbangkan ke New York. Semua harus menjalani tour selama 2 minggu di Amerika, dan dalam waktu pendek itu mereka harus menginap di 10 hotel dan kota yang berbeda.
Dari New York, Buffalo, Dallas, Colorado, Phoenix dan terakhir Arizona. Selama perjalanan itu pula mereka wajib mengirimkan post card dan foto foto yang memperkuat alibi bahwa mereka benar benar dididik di Amerika.

Di Arizona mereka mampir ke Pangkalan Udara milik Marinir Amerika Serikat. Disini mereka wajib berphoto photo di depan pesawat A 4 Skyhawk milik Amerika. Lagi lagi sebagai bukti mereka dididik di negeri itu.

tentaraPeluk cium anak istri menyambut para suami penerbang yang kembali di tanah air. Tak lupa oleh oleh pakaian, kamera, boneka, mainan yang dibeli di Amerika. Mereka telah disumpah untuk tidak membocorkan rahasia ini kepada siapapun.
Hampir bersamaan dengan tiba tibanya pesawat A 4 Skyhawk bekas Israel di pelabuhan Tanjung Priok yang dikemas dalam kargo dari Amerika.

Semua tepat pada jadwal yang ditentukan, bahwa pada tanggal 5 Oktober – perayaan HUT ABRI – penerbang tempur Angkatan Udara Republik Indonesia akan melakukan fly over diatas Presiden, undangan, ulama, Anggota DPR/MPR serta rakyat yang bergemuruh bersorak sorai.

Cerita diatas menunjukan begitu banyak rahasia yang selama ini tertutup. Mungkin masih banyak lagi yang belum terungkap. Reformasi TNI yang telah menginjak tahun ke sepuluh semestinya menjadi awal pembukaan tabir tabir itu. Semoga.

Pada awal tahun 90an…
Sebuah pesawat Boeing milik Israel , tiba tiba mendarat di Bandara Halim Perdanakusumah secara rahasia. Pesawat itu mengangkut Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Dari Halim ia bergegas ke Cendana, dan menemui Presiden Soeharto. Sebuah pembicaraan penting telah dilakukan, termasuk masalah Palestina. Sesuai pertemuan selama 2 jam, rombongan kembali ke Halim dan langsung terbang mengudara.

Pengikut dari 5 benua

Arsip Blog