KRISIS EKONOMI DUNIA MULAI DIRASAKAN INDONESIA
Situasi resesi ekonomi global yang dipicu oleh akumulasi kredit macet di sektor perumahan AS sejak 2007 yang diakhiri dengan pengumuman bangkrutnya Lehman Brothers pada 15 September 2008 yang lalu telah menimbulkan multi efek berantai sentimen negatif di berbagai lantai bursa saham terkemuka di dunia. Seketika itu, Pemerintah AS, melalui voting di konggres menyetujui pengguyuran dana talangan $ 700 miliar ke pasar uang. Kepanikan pun merembet ke sejumlah negara maju dan berkembang. Eropa mengambil keputusan menurunkan suku bunga untuk menjaga sektor riil tetap bertahan.Pemerintah Indonesia justru menaikan BI rate untuk menyerap dana publik demi mempertahankan likuiditas perbankan nasional, sementara itu kalangan pengusaha menjerit karena beban bunga untuk kredit modal kerja naik dan mempengaruhi kinerja operasionalisasi usaha. Histeria semakin menjadi, tatkala pemerintah memutuskan menutup perdagangan BEI. Kepercayaan publik kepada lembaga keuangan maupun pasar modal belum pulih, Rupiah kembali terpuruk mengingatkan kita pada masa krisis 97/98 lalu.Pemerintah mencoba menenangkan publik yang panik dan takut kehilangan uang dalam jumlah besar dengan cara buy back saham BUMN (sentimen positif= harga saham naik)dan menambah pagu dana Kesra dengan berbagai ragam produknya. Situasi yang tidak bisa dihindari oleh Indonesia, ketika sekuritas dan perbankan nasional turut aktif menjual produk kampiun asing yang mengagungkan pasar bebas, pasar tanpa intervensi negara serta tanpa rule of game. Konsep yang diadopsi dari Adam Smith dan para tokoh pendukungnya (Reagan, Teacher, Von Hayek, dll) menegaskan bahwa pasar akan berjalan menuju keseimbangan tanpa intervensi negara. Bukan negara yang mengatur pasar, tapi pasar-lah yang mendikte negara. Semua kebijakan negara harus sesuai selera pasar. Uang bukan sekedar alat transaksi atau penopang produksi tapi suatu komoditas yang bisa diperdagangkan dimana saja dan kapan saja tanpa birokrasi yang ruwet dan bertele-tele. Para pialang yang punya sifat mengejar profit semata dan gemar mempermainkan uang orang lain ,dengan mudahnya menuduh bahwa rendahnya kepercayaan publik terhadap market yang menyebabkan ekonomi mengalami resesi. Moral pertanggungjawaban kepada masyarakat luas sudah tidak ada nilainya, tergantikan oleh moral profit taking. Akibat prilaku moral hazard, negara harus menalangi kerugian mereka bermain spekulasi di pasar. Bagi Indonesia Raya, menjadi momentum untuk mengkaji kembali sistem atau model ekonomi nasional seperti apa yang memuat nilai dasar keadilan dan akuntabilitas publik yang memadai ? Jelas sekali, sekarang model liberalisme telah menunjukan sifat yang membahayakan bagi perekonomian nasional meskipun disatu sisi merupakan peluang bagi perusahaan yang ter-listing di lantai bursa untuk menghimpun dana publik sekaligus menempatkannya sebagai bagian dari pemilik perusahaan, suatu kondisi yang tidak mungkin diraih publik pada awal abad 19. Apakah kita akan menganut model ekonomi syariah atau kembali kepada amanat konstitusi yaitu model ekonomi kerakyatan. Ketiga model tersebut, patut untuk dikaji secara mendalam baik Pemerintah, BI, DPR, Perguruan Tinggi, maupun masyarakat luas lainnya yang merasa berkepentingan terhadap masa depan ekonomi Indonesia Raya. Perlu dipertimbangkan pembentukan Komisi Ketahanan Ekonomi Nasional yang bisa me-review seluruh produk hukum di bidang ekonomi serta memberikan rekomendasi yang integratif dan antisipatif terhadap ATHG ekonomi nasional. Indonesia lebih banyak membutuhkan pelaku usaha UKM karena sifatnya yang lebih fleksibel dan tahan banting ketimbang mendirikan pabrik besar dengan investasi triliunan. Tetapi dengan catatan, Pemerintah tetap harus komitmen dan konsisten membangun industri dasar dan industri barang modal, selain itu serahkan kepada pelaku UKM. Untuk menunjang kearah itu, perbankan dan bankir harus menjalankan fungsi intermediasinya secara tepat dan cepat tidak berbasis on the paper an sich. Pemerintah segera memfasilitasi daerah untuk mensosialisaikan pada rakyat sehingga barikade pasar bisa diminimalisir.agar rakyat Indonesia dapat survive dalam menghadapi krisis Ekonomi Dunia .Semoga . Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BAGAIMANA PENDAPAT ANDA ???????