Waspadai Kerawanan di Aceh Jelang Pemilu
Menjelang pemungutan suara 9 April 2009, di Aceh suhu politik dan kriminal sama-sama meningkat. Intimidasi, teror mewarnai masa kampanye di Aceh, masyarakatpun cemas. Banyak pihak meminta pemilu di Aceh diundur saja. Situasi dan kondisi di Aceh tersebut sebaiknya segera mendapat perhatian dari aparat keamanan, bila tidak segera diatasi maka kedamaian di Aceh akan terusik.
Kepala Kepolisian Resor Aceh Utara Ajun Komisaris Besar Yosi Muamartha Yosi di Lhoksukon, Kamis (2/4), terkait permintaan partai nasional dan beberapa partai lokal di Aceh Utara untuk memundurkan jadwal pemungutan suara karena masih maraknya intimidasi dan teror, mengatakan Polisi menjamin keamanan partai nasional maupun partai lokal dari intimidasi dan teror pihak mana pun menjelang hari pemungutan suara. Polisi telah merespon permintaan partai-partai nasional di Aceh Utara yang meminta pengunduran jadwal pemungutan suara. Permintaan pengunduran jadwal pemungutan suara dari partai-partai nasional ini tengah dibahas di Sentra Penegakan Hukum Terpadu. Namun tak ada kondisi yang perlu dikhawatirkan terkait persoalan situasi keamanan di Aceh Utara. Sampai sekarang tidak ada laporan berkaitan dengan pidana pemilu. Pantauan polisi di lapangan juga kondisi Aceh Utara masih tergolong aman.
Ketua Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Aceh Utara, Satria Insan Kamil, mengatakan karena partai nasional meragukan jaminan keamanan dari polisi maka ada permintaan agar pemungutan suara diundurkan. Sebelumnya, hampir seluruh partai nasional yang ikut bertarung dalam pemilu legislatif di Aceh Utara dan beberapa partai lokal seperti Partai Bersatu Atjeh (PBA) menuntut pengunduran jadwal pemungutan suara karena masih maraknya teror dan intimidasi terhadap peserta pemilu dan warga masyarakat (Kompas, 2/4). Polisi tak bisa menjamin peserta pemilu, terutama dari partai nasional dan partai lokal di luar Partai Aceh, aman dari intimidasi dan teror. Misalnya Polres Aceh Utara belum menangkap pelaku kasus pemukulan calon legislatif PBA Ismet Nur AJ Hasan yang diduga dilakukan kader Partai Aceh.
Lebih lanjut Satria menyatakan kalau memang polisi tak bisa menjamin tidak ada lagi teror dan intimidasi, sebaiknya Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengundurkan jadwal pemungutan suara di Aceh Utara. Bagaimana kami mau melakukan sosialisasi ke pedalaman kalau terus diintimidasi dan diteror. Hampir semua partai nasional kesulitan untuk melakukan sosialisasi ke pedalaman karena dihalangi oleh salah satu partai lokal. Dikhawatirkan, pemilih di pedalaman Aceh Utara juga tak bisa menggunakan hak pilihnya tanpa paksaan dan intimidasi. Menyikapi kondisi ini, partai nasional dan beberapa partai lokal telah menyiapkan draft kesepakatan soal pengunduran jadwal pemungutan suara ini untuk dikirimkan ke Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, KPU dan Komisi Independen Pemilihan
(KIP) Aceh Utara.
Sementara itu, salah seorang calon legislatif DPRK Aceh Utara dari Partai Persatuan Daerah Syaiful Mahdi menuturkan, mustahil perdamaian di Aceh bisa terpelihara kalau menjelang pemilu masih ada intimidasi dan teror. Pihaknya meminta kader salah satu partai lokal untuk tidak terlalu berlebihan dalam berusaha mencari dukungan pemilih. Kita semua ini orang Aceh. Jangankan partai politik, masyarakat pun berharap demikian.
Semua pihak, baik parpol nasional maupun lokal di Aceh bisa memelihara kedamaian, terutama untuk memperlancar pelaksanaan pemungutan suara pemilu 2009. Pemilu bukan untuk mencari menang sendiri dengan menghalalkan segala cara, tetapi pemilu merupakan proses demokrasi yang baik, fair dan penuh kebersamaan demi kemajuan bangsa dan jalannya roda pemerintahan yang stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BAGAIMANA PENDAPAT ANDA ???????