Jumat, Juli 31, 2009
Definisi Kemiskinan dan Jumlah penduduk miskin di Indonesia
Definisi Kemiskinan dan Jumlah warga miskin dari hasil survei sosial ekonomi nasional 2008, jumlah penduduk miskin diIndonesia,mencapai 35.000.000 jiwa
Saya mengawali laporan ini dengan memotret dua rumah tangga miskin di pinggiran Jakarta.Keluarga Pak Hari, seorang nelayan yang tidak bisa melaut lagi karena harga bahan bakar tinggi, tinggal bersama istri, tujuh anak dan belasan cucu di rumah gubuk yang mungil. Keluarga Sainah hidup dari berdagang buah keliling. Sejak sore hingga hampir tengah malam, Darinah mendorong gerobaknya. Penghasilan kedua keluarga tersebut sering lebih besar dari pengeluaran. "Ya hutang-hutang," kata istri Pak Hari, Darinah.
Kepala Badan Pusat Statistik , Rusman Heriawan mengatakan seseorang dianggap miskin apabila dia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal, Kebutuhan hidup minimal itu adalah kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan dalam takaran 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan minimal non makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan dan transportasi. "Jadi ada kebutuhan makanan dalam kalori dan kebutuhan non makanan dalam rupiah. Kalau rupiahnya yang terakhir adalah Rp 182.636 per orang per bulan," kata Rusman Heriawan Dengan definisi itu, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada akhir tahun 2008 mencapai 35.000.000 jiwa
Angka itu merupakan hasil survei sosial ekonomi nasional, Susenas dengan sampel hanya 68.000 rumah tangga, padahal jumlah rumah tangga di Indonesia mencapai 55.000.000. Menurut ahli statistik dari Institut Teknologi Surabaya, Kresnayana Yahya, cara pandang pemerintah terhadap kemiskinan tidak mencerminkan realitas. "Ada yang tidak diperhitungkan, perusak-perusak kalori. Orang merokok bisa enam sampai tujuh batang. Itu sebenarnya negatif. Dia bisa mengatakan belanjanya sekian, tetapi di dalamnya ada enam-tujuh batang rokok," kata Kresnayana Yahya.
Perdebatan
Jumlah dan garis kemiskinan versi BPS sering menjadi perdebatan dan menjadi isyu politik yang panas. Terutama di musim kampanye seperti sekarang, para politisi gemar mengutip garis kemiskinan Bank Dunia sehingga menurut mereka jumlah penduduk miskin dua kali lebih besar. Tetapi ukuran Bank Dunia itu, kata ekonomn diJakarta Vivi Alatas ; digunakan untuk kepentingan berbeda."Kalau untuk melihat seperti apa profil kemiskinan di suatu negara, yang digunakan adalah garis kemiskinan nasional. Tetapi Bank Dunia juga mempunyai tugas mengalokasikan dana ke beberapa negara miskin. Untuk itu butuh garis kemiskinan yang bisa diperbandingkan antar negara yang biasa dikenal dengan 1 dolar pp to 2 dolar pp," jelas Vivi. Namun, lanjut Vivi, pengertian nilai dolar tersebut bukan dolar dengan nilai tukar riil.
"Kalau di Indonesia berapa rupiahnya yang dibutuhkan untuk membeli barang dan jasa yang sama dengan satu yang dolar yang bisa dibeli di Amerika. Jadi kalau ditanya berapa jumlah orang miskin di Indonesia, 35.000," tambahnya. Persoalannya data itu diambil sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak, kata peneliti di lembaga penelitian SMERU, Sirojuddin Arif. "Biasanya kenaikan BBM itu efeknya panjang, kenaikan hargadan kadang ada PHK,daya beli masyarakat turun, orang miskin meningkat,"jelas Sirojuddin.
Deputi Menteri Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan, Bappennas, Bambang Widianto mengatakan, kunci utama untuk menekan angka adalah beras. "Kalau kita bisa menjaga beras itu stabil dan kita bisa memberikan bantuan-bantuan yang langsung kepada orang miskin, angka pasti menurun angka kemiskinan," tegasnya. Jumlah dan garis kemiskinan mungkin akan terus diperdebatkan, namun yang jelas persoalan ini merupakan masalah besar di Indonesia. Sekitar lima belas koma empat persen seluruh penduduk, masuk kategori miskin, meski mereka tinggal di negara yang subur dan kaya sumber daya alam dan telah merdeka 64 tahun lalu.
Rabu, Juli 22, 2009
Diduga kuat Malaysia ada dibalik teror bom di Indonesia
SIAPA YANG DIUNTUNGKAN OLEH TEROR BOM ?
Dari tragedy ledakan bom di Hotel JW. Marriott dan Ritz Charlton tanggal 17 Juli lalu, ada pihak-pihak yang diuntungkan, yakni:
1. Di level Negara; (a) negara sedang berkembang yang menjadi competitor/pesaing bagi Indonesia sebagai tujuan wisata dan tujuan investasi misalnya Vietnam atau Malaysia dll. Mereka bisa promo ke calon investor dan wisatawan bahwa Negara mereka jauh lebih aman untuk investasi dan wisata dibanding Indonesia,perlu di ingat NURDIN M TOP adalah warga negara malaysia lahir dan besar di Johor Baru. Malaysia , kuat dugaan Nurdin M Top.Cs adalah sel - sel aktif Badan Intelijen Malysia yang masuk ke Indonesia dari akhir tahun 90 an sesuai Grand Design Malaysia ; agar Indonesia pecah seperti Uni Sovyet dan Yugoslavia , agar mudah bagi Malaysia untuk caplok daerah daerah Indonesia yang punya nilai ekonomi tinggi.Yang sangat mengherankan Negara Malaysia yang lebih heterogen etniknya , agama dan kepercayaan nya tapi tidak ada gejolak SARA seperti diINDONESIA Apalagisampai ada Teror Bom
(b) Negara adidaya bisa mendesakkan dan menyetir Indonesia untuk berbuat ini itu guna melawan teroris, padahal apa yang didesakkan itu sebenarnya merupakan hidden agenda mereka untuk dapat memerangi pihak-pihak yang selama ini kritis terhadap kepentingan Negara adidaya tersebut,Contoh nyata keberdaan FBI untuk bantu POLRI dalam konflik Freport Timika - Papua
(c) Negara Tetangga dengan dalih ingin “membantu” Indonesia dalam memerangi Terorisme mereka menyusup masuk kedalam jaringan intelijen Indonesia.contoh Australia
2. Di level organisasi “teroris”, ledakan bom itu akan sangat bermanfaat untuk menunjukkan kepada public bahwa eksistensi mereka masih ada, masih mampu menunjukan kemapuannya
3. Di level daerah dan pengusaha: (a) bagi daerah di luar Jakarta, ledakan bom bisa digunakan sebagai promo bahwa Jakarta kurang aman, sehingga sebaiknya calon wisatawan mencari daerah tujuan wisata lain. (b) bagi hotel lain, ledakan bom bisa dijadikan promo bahwa hotel kelas macam Mariott ternyata tidak aman, sehingga mereka bisa promo tentang hotel mereka sebagai alternative. (c) perusahaan security dan safety bisa jualan alat detector, CCTV dll karena perangkat pengamanan pasti akan semakin dibutuhkan untuk antisipasi teror. (d) Lembaga bisnis yang kapitalis (mikirin untungnya sendiri) macam Manchester United yang untung gede tanpa keluar keringat karena mereka diuntungkan kontrak yang bisa dibatalkan kalo ada force majeur tanpa harus mengembalikan duit yang sudah masuk rekening mereka. Ini bisa jadi modus membatalkan kerjasama karena ada pasal yang membatalkan perjanjian yang bersifat post major
4. Level Individu atau Instansi: (a) meningkatnya pengamanan membutuhkan tenaga security yang sepadan. Hal ini membuka lowongan tenaga kerja sebagai security yang andal dan profesional. (b) ledakan bom bisa jadi bisnis untuk instansi yang terlibat pengamanan untuk bikin proyek baru (c) bagi pihak instansi/perusahaan dan individu yang sedang terkena kasus hukum, ledakan bom yang dimuat di media massa akan menutupi kasus mereka, sehingga mereka bisa kong-kalikong dengan pihak tertentu karena kasus mereka agak luput dari pengamatan public. Kasus ini juga bisa terjadi untuk kasus penyusunan kebijakan tertentu.
Selasa, Juli 21, 2009
Bagaimana Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Krisis regional Dan Perang
Sampai dimana Kesiapan Negara Menghadapi Krisis Dan Perang ?
Kalangan pertahanan dan militer tidak mengenal frase seperti “tidak akan ada perang dalam kurun waktu tertentu”. Frase demikian hanya dikenal oleh para politisi dan diplomat yang memang profesinya “mewujudkan perdamaian”. Sangat keliru bila dalam dokumen resmi kebijakna pertahanan dinyatakan secara lantang frase para politisi dan diplomat tersebut, sebab pertahanan dan militer dirancang untuk menghadapi ketidakpastian (uncertainties) dalam rangka mengamankan kepentingan nasional, Mempertahankan keutuhan Negara Kepulauan Indonesia adalah Keharusan
Ketidakpastian tersebut bisa berupa krisis, bahkan dapat pula berwujud perang. Segala upaya dalam pembangunan kekuatan pertahanan dan militer diarahkan untuk menghadapi ketidakpastian, yang mana ketidakpastian itu akan berimplikasi terhadap kepentingan nasional. Masalahnya adalah tidak semua pihak pembuat keputusan di Indonesia paham akan hal tersebut.
Kalau kita mau berpikir jernih, kekuatan pertahanan dan militer Indonesia tidak siap untuk menghadapi krisis dan perang. Kenapa tidak siap? Sistem senjata yang ada sekarang tingkat kesiapannya masih jauh dari kondisi ideal. Misalnya dari seratus lebih kapal perang kita saat ini , berapa banyak kapal perang kita yang betul-betul siap ?
Kondisi kesiapan sistem senjata sebenarnya cuma ada dua kategori, yakni siap dan tidak siap. Sesungguhnya tidak dikenal siap terbatas, sebab pada dasarnya siap terbatas sama saja dengan tidak siap. Contoh siap terbatas pada kapal perang misalnya sistem pendorong bagus, namun sewaco-nya tidak siap.
Kondisi siap atau tidak siap pada sistem senjata merupakan cermin dari kebijakan pemerintah. Kebijakan itu berwujud pada anggaran, yang apabila anggaran pemeliharaan kurang maka implikasinya wajar saja bila banyak sistem senjata yang tidak siap. Kalau sebagian besar sistem senjata tidak siap, yang mestinya ditanya lebih lanjut bukan militer, tetapi perumus anggaran pemerintah yaitu DEPKEU , DEPHAN dan DPR
Jika realitasnya demikian, lalu bagaimana mengharapkan kekuatan pertahanan dan militer bisa merespon kontinjensi. Sebagai contoh, apabila ada kontinjensi di perbatasan darat Kalimantan ,Apa dan bagaimana Kekuatan Udara kita ? Kondisi saat ini apakah kekuatan udara negeri ini sanggup menggeser kekuatan darat sebanyak satu Brigade sekaligus dari Pulau Jawa dalam hitungan jam ?
Masalah kesiapan ini merupakan isu krusial dan sudah berlangsung bertahun-tahun. Tetapi sepertinya kurang mendapat perhatian, mungkin karena belum ada krisis yang betul-betul mengancam kepentingan nasional. Kalau kondisinya terus berlanjut, lalu bagaimana kita berhadap bisa mengeksploitasi kekuatan militer dalam mengamankan kepentingan nasiona terutama mejaga ledaulatan Bangsa dan Negara di Daerah - daerah atau pulau – pukau kita yang memiliki nilai ekonomi tinggi ?
Negeri lain menganut prinsip preventing the war is as important as winning the war. Sedangkan bagi Indonesia, jangankan memenangkan perang, mencegah perang saja tidak siap. Namun kalah pun juga tidak siap.
Jumat, Juli 10, 2009
Email Rahasia Andi Mallarangeng Jelang PilPers 2009
Email Rahasia Andi Mallarangeng
From: Andi Mallarangeng
Date: Fri, 3 Jul 2009 18:59:14 -0700 (PDT)
To:
Subject: Re: Kontrol media, mohon jadi pertimbangan
Muchlis yang baik tapi sedang gundah,
Menurut saya, kita masih on the track. Isu yang menyudutkan saya di Makasar, masalah di Medan, DPT bermasalah, atau omongan ngaco PS tentang GBK tidak akan mempengaruhi pemilih. Apa dia punya bukti kita memanipulasi media. Masyarakat kan melihat media sendiri lah yang menentukan berita mana yang pantas mereka turunkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ada beberapa argumen yang bisa memperkuat keyakinan saya bahwa beragam isu ini tidak akan mempengaruhi kita.
Pertama, bangsa kita berada pada tahap puncak konsumerisme yang menyebabkan kaburnya identitas Nasional. Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila itu tinggal jargon2 saja. Jadi orang akan memiih dari apa yang mereka lihat dan sukai dan itu jelas masalah pembawaan dan penampilan.
Masyarakat konsumen tidak akan peduli dengan apa yang dibawa oleh orang tersebut. Mau kapatalis, sosialis, atau neolib sekalipun, mereka tidak akan pedulikan. Yang penting mereka puas dengan penampilan si kandidat.. Dan kandidat itu adalah SBY-Boediono. Jadi, kejadian saya di Makassar kemarin itu tidak usah dipikir terlalu berat, itu hanya sebuah eksperimen kecil saya untuk melihat apakah isu berbau SARA masih mendapat tempat di masyarakat kita? dan saya sudah mendapatkan jawabannya, memang betul terjadi sedikit riak di Makassar sana dan mungkin elektabilitas JK langsung meningkat tajam.
Tetapi lihatlah pada hari pencontrengan nanti, masyarakat tetap tidak akan bergeming dari pilihan kita. Sebab bagi masyarakat konsumen, yang penting bukanlah isu, tetapi penampilan dari kandidat. Ibaratnya blackberry vs pancasila, jelas ketahuan mana yang laku dan tidak sekarang ini. Masyarakat kita mati2an berhutang kiri kanan buat beli blackberry makin lupa lah sama pancasila.
Ingat bung, Obama bisa jadi presiden hanya karena konsumerisme dan kapitalisme di AS sedang runtuh sehingga penduduknya kembali ke nilai-nilai kebangsaannya yaitu “all men are created equal”, makanya kulit hitam bisa jadi presiden. Kalau ndak ada keruntuhan ekonomi ndak mungkin kejadian tuh Obama boss.
Kedua, FZ cs tidak percaya bahwa politik aliran sudah mati di Indonesia. NU, Muhammadiyah apalah yang lain juga sudah tidak seperti dulu lagi. Kita kan juga liat sendiri, kyai kan UUD juga akhirnya toh, tinggal mana yang kantongnya paling dalam dan janjiny paling manis aja. Dan kita kan main cantik sekali seperti anda liat. Lalu, orang seperti ini ini juga tidak mau belajar dari sejarah kepemimpinan nasional di Indonesia.
Sejak negara ini berdiri, semua presiden yang naik itu karena kecelakaan sejarah. Bung Karno diangkat menjadi presiden, karena Jepang kalah dari sekutu dan terjadi vacuum of power pada masa itu. Soeharto naik juga akibat kecelakaan sejarah yaitu terjadinya peristiwa 65. Nah yang lucu, setelah itu kecelakaan sejarahnya semakin ngaco. Reformasi bergulir tahun 98, menghasilkan presiden yang buta. Presiden buta dijatuhkan, naik pula lah perempuan bisu. Kalau politik aliran memang belum mati, sudah pasti Mega atau Habibie jadi. Lagipula kalau memang ada politik aliran maka alirannya pasti jawa, laki-laki, militer dan islam. Non jawa seperti saya dan teman-teman ini kan sudah memang tempatnya jadi king maker saja, lebih enak ndak repot tapi kebagian serunya toh. Makanya SBY berbeda, dia muncul by design yang matang lewat pemilihan langsung.
Ketiga, ancaman tentang gerakan mahasiswa dan rakyat itu sudah tidak relevan lagi dengan iklim demokrasi sekarang. Hanya mimpi siang bolong yang bisa menghadirkan kekuatan mahasiswa. Bahkan tahun 98′ pun banyak orang salah meletakkan sejarah itu sebagai kebangkitan mahasiswa menggulingkan Soeharto. Padahal bukan begitu. Itu memang jatuhnya Soeharto dan mahasiswa
jadi alat saja, tapi memang jumlahnya besar sekali jadi secara visual kelihatan seperti sebuah fenomena gerakan mahasiswa yang digerakkan sebuah pemikiran kebangsaan. Buktinya tidak ada satu pun tokoh mahasiswa yang jadi legenda karena pemikirannya di tahun 98′. Rama yang jadi tokoh terpopuler pun ternyata Cuma onggokan omong kosong saja dan sebentar lagi berangkat pula ke bui. Jadi tidak perlu khawatir mahasiswa kita ndak ada yang berkualitas pemikirannya sampai bisa menggerakkan massa jadi selalu menunggu ditungangi. Dan yang menunggangi tidak pernah pintar sehingga selalu ketahuan sehingga masyarakat tidak pernah percaya lagi sama kredibilitas demo mahasiswa jadi tenang saja boss. Kita mengontrol pikiran dan sentiment public sekarang, ndak ada yang bisa kalahkan itu. Sudahlah, rakyat tidak percaya lagi pada mahasiswa. Kita datangin mereka ke tv saja mereka sudah senang sekarang. jadi Bos, gerakan mahasiswa itu bukan lagi suatu hal yang menakutkan sekarang.
Lagipula, taruhlah media tidak lagi “bersahabat”, itu hanya segelintir. Media itu bisnis bung, owner nya ndak mungkin ambil risiko untuk lima tahun ke depan. bisa ndak makan mereka kan. Yang penting anda kan sudah dijelaskan dan ditunjukkan. selama skenario utama tetap terjaga, Cuma hitungan hari kok dan jadilah kita berangkat ke Bermuda kan haha…… ingat saja, skenario ini sudah lima kali dites dan tidak pernah gagal.. Dengan persiapan sudah lebih lama dan panjang, skenario sekarang jauh lebih sempurna.Ndak usah paniklah dengan semua isu yang berkembang ini, mereka lupa musuh utama adalah waktu, bukan kita. betul kan? Kalau orang ini memang bisa berbuat sesuatu kan sudah lama dia lakukan.
Ok boss, nda usah kuatir dengan FZ cs, mereka itu cuma angin sepoi-sepoi. Tiga hari lagi dan lima tahun ke depan kita selesaikan urusan dengan mereka satu persatu.
Trims
AM
From: Muchlis Hasyim
To: mallarangeng@yahoo.com
Sent: Saturday, July 4, 2009 8:52:49 AM
Subject: Fw: Kontrol media, mohon jadi pertimbangan
Daeng,
Saya baru terima email dari kawan kita ini. Terus terang saya agak tidak nyaman. Mungkin ini kembali menjadi pengingat Daeng. Isu kemarahan masy sulsel, DPT, dan penggadaian GBK, Din Samsudin yang semakin rame, saya khawatir bisa bergulir diluar kontrol kita. Perlu dicermati baik-baik dan diantisipasi semaksimal mungkin boss. Saya harap Daeng bisa memberikan pencerahan.
Trims
MH
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
Teruuusss….!
From: Ronggo Lawe
Date: Fri, 3 Jul 2009 18:50:45 -0700 (PDT)
To:
Subject: Kontrol media, mohon jadi pertimbangan
Kawan Muchlis,
Banyak yang mulai tidak suka dengan permainan kita di media. Mereka mulai mengerti cara kita mengontrol berita di media. Itu sebabnya mereka terus mempermasalahkan Kasus DPT bermasalah, isu SARA celi, penghinaan orang Bugis oleh Andi, penjualan Gelora Bung Karno, dll. Saya lihat Fadli Zon cs terus bergerak untuk menguji kekuatan kita di media.. Sebab mereka tahu untuk isu-isu yang sangat sensitif itu, akan sangat janggal sekali jika media tidak memberitakannya dan itu di luar kontrol kita boss. Saya lebih khawatir lagi orang-orang seperti Fadli Zon ini bisa menggerakkan mahasiswa dan masyarakat.
Jadi boss, permainan di media ini mulai berbahaya. Kayaknya kita harus mencari strategi baru..
Selasa, Juli 07, 2009
MAHASISWA KITA TERTANGKAP DI KAIRO TERKAIT KEGIATAN IKHWANUL MUSLIMIN - MESIR
Indonesia memprotes Mesir
Indonesia melayangkan nota diplomatik kepada Mesir terkait dengan penahanan dan penyiksaan empat mahasiswa Indonesia oleh aparat keamanan negara itu.
Laporan-laporan media menyebutkan, polisi Mesir menangkap mereka di tengah operasi besar terhadap gerakan oposisi.
Dutabesar Indonesia di Kairo, Abdulrachman Muhammad Fachir membenarkan bahwa dia telah melayangkan nota diplomatik kepada departemen luar negeri di Kairo.
Menurut Dubes, sejak para mahasiswa ini ditahan, mereka sudah menanyakan kepada pihak kepolisian Mesir mengenai alasan penahanan mereka.
Sejauh ini menurut Dubes, belum ada penjelasan resmi dari pihak berwenang Mesir mengenai penahanan tersebut.
"Saya besok akan ke Kemlu lagi untuk bertanya soal ini," kata Abdulrachman.
Menurut Dubes Abdulrachman, para mahasiswa ini ditangkap kemungkinan berkenaan dengan tindakan radikalisme.
"Dalam waktu bersamaan, aparat Mesir juga menangkap sejumlah tokoh Ikhwanul Muslimim. Jadi bisa jadi, bila dikaitkan ada semacam razia begitu," kata Dubes.
Menurut beberapa laporan media, ketika polisi mendatangi rumah kontrakan para mahasiswa tersebut, pihak berwenang menemukan poster Ahmad Yasin, yang sudah meninggal, yang semasa hidupnya dianggap sebagai tokoh spiritual kelompok militan Palestina, Hamas.
Mahasiswa asal Riau
Salah seorang mahasiswa yang ditahan dan mengalami penyiksaan adalah Ahmad Yunus, yang berasal dari Rokan Hulu di Riau.
"Saya sebenarnya tidak tahu alasan penangkapan. Mereka datang kira-kira jam 2 pagi, 10 orang polisi," kata Yunus kepada BBC Siaran Indonesia.
Menurut Yunus, ketika polisi datang mereka memeriksa kamar, dan komputer tetapi tidak menemukan bukti apapun.
Kemudian polisi menggeledah kamar mahasiswa bernama Ismail, dan menemukan poster Ahmad Yasin.
Polisi Mesir itu kemudian menghubungi atasannya, yang memerintahkan agar keempat mahasiswa tadi dibawa ke kantor polisi.
Dalam perjalananan ke kantor polisi, para mahasiswa tadi dipukuli oleh polisi.
"Kami kemudian ditahan selama 3 hari. Saya dan seorang mahasiswa lagi Faturahman sempat disetrum dengan listrik. Setelah itu kami dibebaskan, karena mereka tidak menemukan kesalahan apapun." kata Yunus.
R.U.U TIPIKOR DISUSUN UNTUK KEBIRI KEWENANGAN K.P.K
DPR 'percepat' RUU Tipikor
DPR menjamin akan mempercepat proses pembuatan Undang-undang pengadilan tindak pidana korupsi.Karena ini adalah telah disusun sekian lama oleh oknum Pemerintah bersama DPR untuk dapat membatasi kewenangan KPK melakukan investigasi terhadap pejabat yang dicurigai tanpapemberitahuan terlebih dahulu kepada instansi temat pejabat yang dicurigai bekerja, jelas ini dapat mempersulit KPKapabila hendak m melakukan investigasi
Jaminan ini diajukan karena sejumlah pihak meragukan RUU itu bisa selesai mengingat masa kerja DPR sekarang sudah mendekati akhir.
UU ini dianggap penting karena ada kaitan dengan pengadilan tipikor yang statusnya terancam karena Mahkamah Konstitusi menetapkan pengadilan tersebut menyalahi aturan karena tidak tercantum dalam undang-undang.
Paling lambat akhir tahun ini, undang-undang Tipikor harus terbentuk.
Ketua Pansus RUU Pengadilan Tipikor Dewi Asmara menegaskan DPR tetap berupaya menyelesaikan undang-undang ini sebelum masa kerja DPR 2004-2009 berakhir.
Kerja Pansus, lanjut Dewi, terkesan lambat karena pembahasan rancangan undang-undang in harus disesuaikan dengan sejumlah pembahasan undang-undang yang tengah berlangsung, misalnya RUU Peradilan Umum dan RUU Pencucian Uang.
Meski demikian, lanjut Dewi, dalam keterbatasan waktu ini pemerintah justru mengirimkan draf RUU Tindak Pidana Korupsi: Penyesuaian ini penting agar RUU ini tidak tumpang tindih dengan undang-undang sejenis lain dan agar kualitasnya terjamin sehingga memperkecil kemungkinan dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Dewi menambahkan jika RUU Pengadilan Tipikor ini tidak selesai pada waktunya maka pemerintah belum perlu menerbitkan peraturan pengganti undang-undang karena DPR menganggap tidak ada keadaan darurat yang bisa menjadi alasan penerbitan perpu.
Saat ini DPR tengah menggodok dua rancangan berkaitan dengan tindak pidana korupsi.
RUU Pengadilan Korupsi tengah dibahas berkaitan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengatakan pengadilan tindak pidana korupsi tidak sesuai dengan undang-undang.
Untuk itu, Mahkamah Konstitusi meminta pemerintah dan DPR merancang undang-undang baru yang tenggatnya adalah Desember 2009. Sementara itu pemerintah akhir Mei lalu mengirim draf yang telah diperbaiki / draft RUU Tindak Pidana Korupsi ke DPR.
Namun, draf RUU Tipikor dikecam sebagian pihak karena dinilai akan mengurangi wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi.Apakah ini hasil konspirasi Pemerintah dan DPR ?. !!!
Kamis, Juli 02, 2009
TNI BELAJARLAH DARI KEULETAN MILITER IRAN
Telisik Kekuatan Udara Iran
Melihat begitu banyak berjatuhan Pesawat – pesawat militer Indonesia baik karena usia pesawat ataupun embargo Negara produsen ada baiknya mari kita telisik kinerja Islamic Republic of Iran Air Force/ IRIAF dalam mempertahankan kekuatan udara nya walau didera embargo Militer lebih dari 20 tahun dengan ulet serta cerdik menyiasati teknologi kedigantaraan militer malah iran berani ngotot dengan tekanan Amerika pada proyek pengayaan nuklir dan Pengembangan rudal-rudal jelajah dengan tetap ingin mempertahankan proyek pengayaan uranium, Iran kini jadi sorotan Barat.Berbagai upaya diplomasi dilakukan agar Teheran mau menghentikan proyek tersebut.Seperti halnya nasib Irak,kemungkinan opsi untuk menyerang Iran dengan kekuatan militer tetapada.Mampukah kekuatan udara Iran mencegah atau paling tidak dapat mengganjal serangan itu apabila terjadi ? Iran dan kekuatan Udara nya sekilas terlihat lemah Namun :
Barat dan AS tak pernah tahu seberapa besar kekuatan udara Iran. Itulah masalah pertama yang mesti dibedah bila opsi serangan militer
dilakukan. Selama ini semua informasi tentang kekuatan AU Iran atau Islamic Republic of Iran Air Force (IRIAF) sepenuhnya datang dari
jaringan intelijen Israel. Ironisnya, kebanyakan info yang disajikan Tel-Aviv meleset. Dalam laporan disebutkan kalau kekuatan IRIAF tak sehebat dulu. Beragam jet tempur asal AS yang pernah dibelinya
sebagian besar teronggok di darat akibat kelangkaan suku cadang. Lain laporan di atas kertas, lain pula kenyataan di lapangan. Kejadian pada November 2003 lalu bisa jadi buktinya. Saat AS dan sekutunya melancarkan serbuan ke Irak, mereka sempat mencium formasi jet tempur F-14A Tomcat IRIAF dalam jumlah besar. Dari pantauan radar AWACS E-3
Sentry AU AS selama 20 menit, dipergoki sedikitnya ada 16 unit Tomcat yang terbang pada ketinggian 30.000 kaki di dalam wilayah udara Iran, dekat kota Dezful. Temuan ini merupakan yang terbesar sejak tahun
1997, ketika pesawat-pesawat AL-AS tanpa sengaja bertemu dengan sembilan pesawat sejenis di Selatan Teluk Persia.
Untuk meredam masalah tersebut, Barat bersalin taktik.Mereka tak lagi
mengandalkan tenaga manusia.Sebagai gantinya, pengumpulan data lebih bergantung pada berbagai jenis perangkat penyadap. Mulai dari radar pengintai, wahana penyadap elektronik,pesawat pengintai,lalu satelit. Tapi sekali lagi, umumnya para pengamat militer Barat tetap berpijak pada data kekuatan militer Iran yang telah berumur lebih dari20 tahun!
Kombinasi unik
Hasil temuan di lapangan memang membuktikan, F-14A Tomcat masih jadi tulang punggung kekuatan IRIAF. Kabarnya, Teheran baru akan menurunkan jet tempur digdaya yang hanya dimiliki AS dan Iran ini bila situasi sudah benar-benar gawat Begitupun,diluarTomcat, IRIAF masih mengoperasikan beberapa tipe pesawat tempur lain.Sebut saja diantaranya adalah F-4 Phantom II,MiG-29A Fulcrum,Chengdu F-7M Airguard,Sukhoi Su-24MK Fencer-D,dan Mirage F1EQ.
Jelas kemampuan semua tipe jet tadi sudah akrab di telinga pilot-pilot tempur Barat. Persoalan justru datang dari senjata yang dibawanya.Tanpa disangka Teheran telah memasangi senjata yang tak lazim dipakai Selama musim panas 2005 misalnya, pilot-pilot Barat kerap memergoki armada Su-24 Fencer IRIAF telah dibekali rudal antikapal C-802K-2 buatan Cina.
Masih dari Cina, tercatat Iran pernah memborong sejumlah rudal PL-7(jiplakan Matra Magic Mk.II). Arsenal udara-udara jarak pendek ini dipakai buat melengkapi jet-jet MiG-29, F-4 Phantom II, dan F-5E/FTiger. Sayang proyek benilai jutaan dollar itu gagal. Teheran sempat memprotes Cina atas kegagalan ini dan selanjutnya mengambil alih proyek secara penuh. Akibatnya sampai saat ini PL-7 hanya menjadi senjata standar bagi armada MiG-29 dan F-4 saja.
Bicara tentang kombinasi senjata ajaib IRIAF, tak sepenuhnya hanya bergantung pada barang-barang impor. Mereka sanggup pula memasok
sendiri beragam tipe rudal. Soal bentuk bisa dipastikan setali tiga uang dengan rudal-rudal pasokan AS zaman Syah Iran berkuasa. Tipe pertama yang dijadikan basis adalah AIM-9P2 Sidewinder. Mengusung nama baru yaitu Fatter, kecuali bodi dan motor penggerak, seluruh perangkat avionik memakai buatan lokal.Masih tentang rudal udara-udara, lagi-lagi disini industri militerlokal Iran yang pegang peranan. Dengan kemampuannya mereka berhasil memelihara tingkat kesiapan rudal jarak jauh AIM-54 Phoenix. Dari total 284 unit AIM-54 (termasuk 10 varian latih ATM-54A) yang dibelinya semasa Shah, diperkirakan pada 1999 IRIAF masih punya 160 unit dalam kondisi siap tempur. Atau bila dihitung sekitar 40 persen dari kemampuan semula. Selain diotak-atik sendiri,sejumlah komponen
vital rudal kabarnya bisa didapat Iran dari jalur tak resmi.
Program Sky Hawk
Bagi Iran keberadaan sisa Phoenix serta Fatter jelas dianggap belum bisa memenuhi kebutuhan IRIAF. Oleh karena itu industri senjata local Iran mencoba untuk menciptakan rudal jenis baru. Kali ini yang jadi sasaran adalah rudal antipesawat (SAM) MIM-23B I-HAWK. Mengusung nama AIM-23 Sedjil.rudal ini disulap menjadi arsenal udara-udara. Sedjil terhitung sebagai rudal jarak sedang.Tercatat Iran mulai pada tahun 1986.
Pihak Barat pun mengaku sudah mengetahui kehadiran Sedjil sejak lama. Diberi nama kode Project Sky Hawk oleh AS, program ini merujuk pada upaya Israel buat menyulap rudal antiradar berkecepatan tinggi AGM-78 Standard untuk menguber MiG-25 Foxbat. Di mata AS proyek Sky Hawk dianggap gagal,lantaran mengusung banyak kelemahan. Kendala paling utama datang dari soal keselarasan kinerja radar AWG-9 milik Tomcat dengan rudal. Sistem pemandu pada rudal kelewat lemah untuk membaca sinyal-sinyal yang dikirim radar. Toh kendala tadi sudah bisa diatasi oleh Iran. Terbukti saat beroperasi sejumlah Tomcat IRIAF memang dibekali sedikitnya dengan tiga rudal Sedjil.
Selain untuk keperluan pertempuran udara, Iran juga merekayasa rudalHAWK bagi kebutuhan serang darat. Arsenal udara-permukan ini diberi Nama Rudal Yasser.Untuk menciptakannya Iran mengkombinasi rudal MIM-23 HAWK dengan hulu ledak bom M-117 yang berbobot 375 kilogram. Jujur saja,rudal Yasser untuk Israel,AS dan sekutu2nya masih kebingungan buat menganalisa sistem pemandurudal.Beberapa pengamat memperkirakan rudal melesat dengan bantuan laser (laser designator). Sementara sisanya masih percaya, pengoperasian rudal tetap berpandu pada radar AWG-9 milik Tomcat. Dalam operasi udara, IRIAF memasang rudal Yasser pada armada F-14A dan F-4E Phantom II. Sekadar tambahan,disamping rekayasa berkategori berat,Iran juga melakukan modifikasi kecil. Trik macam ini diterapkan pada system rel-rel peluncur rudal pada armada jet tempur F-4 dan F-14.Alhasil kdua pesawat tadi kini mampu meluncurkan rudal antipesawat R-73 kode NATO AA-11Archer) buatan Rusia.
Jet lokal
Bila dibedah lebih jauh, sebenarnya kemampuan Industri Iran tak hanya sebatas memodifikasi atau rekayasa arsenal udara saja. Urusan rekondisi bahkan menciptakan pesawat tempur turut diladeninya.Adalah Islamic Republic Iran Aviation Industry Organization (IRIAIO) atau kerap disebut HESA yang bertanggung jawab terhadap program pembangunan kembali kekuatan udara Iran.
Proyek pertama yang cukup berhasil adalah melakukan proses manufaktur semua komponen yang dibutuhkan mesin Tomcat, Pratt&Whitney TF-30-PW-414. Bahkan menurut sumber orang dalam HESA,Iran sudah punyakemampuan merakit penuh mesin TF-30 dengan komponen lokal. Pernyataan itu jelas tak bisa ditelan bulat-bulat oleh Barat. Mereka masih meragukan, terutama untuk komponen kompresor mesin.
Selanjutnya HESA juga dipercaya menggarap dua program pengembangan pesawat militer lokal. Program pertama adalah menciptakan jet latih berkemampuan tempur,Shafaq.Info yang berhasil dihimpun menunjukkan pesawat ini punya banyak kemiripan bentuk dengan Yakovlev Yak-130. Hanya saja bagian sirip mengadopsi model ganda seperti jet serang Skorpion asal Polandia. Kemampuan melesat hingga kecepatan mach 1 plus beragam perangkat avionik berteknologi digital dipastikan jadi standar Shafaq. Berbasis pesawat ini ada peluang IRIAF bakal mengembangkannya utk keperluan serang darat.
Program kedua dikenal dengan nama M-ATF air superiority fighter. Jujur saja, untuk proyek yang satu ini masih diselimuti kabut misteri.Teheran tak mau begitu saja meloloskan info-info tentang proyek ini. Bahkan lebih jauh lagi mereka seperti sengaja melansir sejumlah proyek-proyek tandingan untuk mengaburkan kondisi yang sebenarnya. Proyek jet tempur Saeqe-80 (Halilintar-80) misalnya, sempat diisukan sudah rampung. Digambarkan Saeqe-80 tak lain merupakan pembesaran skalatis dari jet latihtempur F-5F dengan bekal mesin-mesin dari Rusia.
Masih dalam rangka taktik pengelabuan, info paling akhir yang bisa didapat menyebutkan kalau Iran juga meluncurkan varian Saeqe-2. Basis dipakai untk pengembangan adalah F-5E. Namun bagian sirip ekor pesawat ini dirombak menjadi model V. para pengamat barat lebih percaya kehadiran Saeqe-2 tak lain merupakan wahana uji coba struktur M-ATF.
Lepas dari segala program rahasia yang saat ini sedang dijalani,secara garis besar bisa dibilang industri kedirgantaraan Iran punya kapabilitas untuk memproduksi pesawat sendiri. Setidaknya ini dibuktikan oleh HESA yang secara resmi memegang lisensi resmi dariAntonov Rusia untuk membangun varian angkut An-140.
Angkatan Udara IRAN Tetap diperhitungkan
Memang banyak kejutan yang dilakukan Teheran agar kekuatan udara negeri ini yang seharusnya tetap diperhitungkan oleh pihak lawan. Bila dijabarkan di atas kertas, ada satu keunggulan teknis yang bisa didapat dari upaya mandiri dan rekayasa tadi. Lantaran sudah berubah dari spek aslinya, tentu lawan bakal dibuat pusing tujuh keliling untuk menebak kemampuan sesungguhnya dari senjata hasil rekayasa tadi.
Soal embargo senjata yang selama ini diterapkan, nyata-nyata tak berhasil membuat Iran benar-benar bertekuk lutut.Pasalnya tak semua negara mau patuh dengan aturan yang dicanangkan oleh AS itu. Perancis misalnya, pada tahun 2000 pernah memperbolehkan IRIAF untuk menguji kemampuan rudal udara-udara Matra Magic R550 Mk.II. dari jet Mirage F1EQ hasil hibah dari AU Irak. Tak hanya itu, rampung uji coba Paris serta merta menawari Iran dengan 62 unit Mirage F-1CT eks AU Perancis, 500 unit rudal Magic Mk.II plus dukungan suku cadang selama 10 tahun. Sayang, proyek senilai 1,8 miliar dolar ini gagal gara-gara Teheran kekurangan dana.
Diluar Perancis, masih ada Rusia yang terbilang punya nasib lebih beruntung. Walau kerap terganjal oleh jaringan intelijen AS, negeri ini sempat berhasil menjual sejumlah jet tempur MiG-29A Fulcrum ke Iran. Diluar MiG-29, pada tahun 2003 Rusia pernah pula menyodorkan 22 unit MiG-31 Foxhound lengkap dengan dukungan suku cadang. Proyek untuk pengadaan MiG-31 ini tak pernah kesampaian lantaran CIA turut campur tangan. (*)
Catatan ; Kalau Negara Iran yang tertutup dari hegemoni barat masih dapat digagalkan Pembelian Alutsista dari Rusia , bagaimana dengan Pembelian Senjata Strategis untuk Milter Indonesia ? apakah para intelejen asing telah berhasil buat Militer Indonesia gagal dalam kontrak kesepakatan pembelian Alutsista dari Negara Negara diluar Sekutu Amerika Contoh nyata mana bukti hasil kesepakatan kerjasama militer Indonesia - Rusia akhir tahun 2008 untuk pembelian Alusista Penting dengan pembiayaan kredit dari Pemerintah Rusia sebesar 1 milyard dollar saat ini sudah lebih dari 7 bulan belum ada realisasinya untuk itu Mohon kiranua Presiden RI terpilih dan Para Petinggi Milter Indonesia segera melanjutkan Kontrak pembelian Alusista dari Rusia sebelum tahun 2009 berakhir /**
Nyaris Punya F-16
Sudah bukan rahasia lagi kalau semasa Syah Iran berkuasa, Teheran adalah karib Washington.Bila situasi macam itu tetap berlaku hingga sekarang, bisa dipastikan posisinya bakal ada di atas Israel.Bayangkan saja, di era 70-an Iran dengan gampangnya kebagian jatah jet-jet tempur teranyar dari Negeri Paman Sam. F-4D/E Phantom II, F-5 Tiger, hingga F-14A Tomcat,bahkan masih jadi tulang punggung AU Iran sampai sekarang.
Diluar ketiga jet tadi, sebenarnya ada satu tipe lagi yang saat itu juga jadi incaran, yaitu F-16 Fighting Falcon. Tercatat 30 tahun lalu pada 27 Oktober 1976 Pemerintah Iran pernah bersepakat buat memborong 160 unit F-16 plus opsi tambahan berjumlah 140 buah lagi. Ini artinya apabila tidak terjagi Revolusi Islam Iran 1979 bila ditotal AU Iran sama saja bakal mengoperasikan 300 unit F-16 Fighting Falcon!
Pada tahun 1978, sebagian besar komponen dan peralatan perawatan tiba di Iran. Sejumlah personil darat AU Iran sempat pula mendapat pelatihan. Tapi siapa sangka,hanya dalam tempo beberapa bulan ke depan terjadi perubahan politik di Teheran. Situasi yang saat itu berubah 180 derajat, membuat pembelian berkategori "the big-deal' itu gagal total. Padahal secara teknis, Teheran sudah membayar penuh pesanan tadi. Sejumlah ground equipment F-16 yang telah ada lantas berpindah tangan ke Pakistan. Sementara General Dynamics melempar beberapa F-16 pesanan AU Iran yang telah jadi ke AU Israel. Sebagai tambahan, nasib serupa juga menimpa delapan pesawat AWACS. Wahanaperingatan dini ini akhirnya dipakai oleh AU Arab Saudi. (*)
Negeri Penyangga
Selain kebutuhan pasokan minyak bumi, AS juga punya alasan lain untuk memperkuat AU Iran. Dalam pandangan strategis semasa perang dingin, disamping Turki, Iran dianggap sebagai wilayah penyangga dari kemungkinan serangan Soviet dan sekutu-sekutunya. Oleh karena itu, pasca PD II AS tanpa ragu- ragu menyuplai sejumlah pesawat tempur. Sebut saja mulai pemburu baling-baling P-47 Thunderbolt, jet intai bertempat duduk ganda RT-33 T-bird, F-84 Thunderjet, F-86 Sabre.Dibawah bendera bantuan senjata MAP (Military Assistance Program),semua mesin perang tadi diberikan secara gratis.
Kebagian pasokan pesawat secara cuma-cuma so pasti membuat para pilot militer Iran jadi terbiasa dengan peralatan militer berteknologi tinggi. Tak hanya itu, kedatangan pesawat-pesawat tadi juga memicu AU Iran untuk menciptakan Tim Aerobatik sendiri. Nama yang diusung adalah Golden Crown. Tim ini muncul pada tahun 1955, bersamaan dengan kehadiran jet F-84G Thunderjet. Sayangnya, grup akrobatik udara ini tak bertahan lama. Begitu Syah Iran turun tahta, maka berakhir pula kejayaan nama Golden Crown.(*)
IRIAF Frontline Fighters
Kombinasi Barat-Timur, itulah gambaran kekuatan tempur IRIAF saat ini.
Selain jet-jet buatan AS peninggalan jaman Syah, negeri ini juga
mengoperasikan Dassault Mirage F1EQ yang didapat dari Irak selama
Operasi Enduring Freedom (1991). Jumlahnya diperkirakan mencapai 18
hingga 20 unit, baik itu varian kursi tunggal F1EQ maupun varian kursi ganda F1BQ. Jet lain yang tergolong baru adalah MiG-29A Fulcrum.
Penempur asal Rusia ini dibeli pada tahun 1990. Ada kabar beredar, setahun kemudian IRIAF mendapat tambahan 14 unit MiG-29. Selanjutnya disusul dengan enam pesawat sejenis yang datang dalam kurun waktu 1993-1994. Sayang semua info tadi tak didukung oleh bukti fotografi yang kuat. Tipe penempur terakhir yang juga patut diperhitungkan adalah Chengdu F-7M Airguard. Tercatat IRIAF mulai memakai pesawat asal Cina ini pada tahun 1987. Berikut perkiraan komposisi jet-jet tempur garis depan IRIAF saat ini.
TIPE Jumlah Negara Pembuat
1. F-14A Tomcat 60 Pesawat Amerika Serikat
2. F-4D/F-4E Phantom II 18 / 46 Pswt Amerika Serikat
3. Northrop F-5A/5B/5E/F 10/25/57/18 Pswt Amerika Serikat
4. F-7M Airguard 30 Pesawat Cina
5. MiG-29A/UB Fulcrum 35 / 6 Pswt Rusia
6. Mirage F-1EQ/BQ 18 / 20 Pswt Perancis
7. Shenyang J-6 12 Pesawat Cina
8. Su-24MK Fencer-D 30 Pesawat Rusia
9. Su-25K UBK-T 13 Pesawat Rusia
Inside The Persian Cat
Setelah membandingkan kemampuannya dengan McDonnell Douglas F-15AEagle, Iran akhirnya memilih untuk memborong Grumman F-14ATomcat sbg penempur utamanya . Dibawah bendera proyek Persian King,pemimpin Iran kala itu, Syah Mohammad Reza Pahlevi II memutuskan untuk memborong 30 unit F-14A-GR plus 424 unit rudal AIM-54A Phoenix. Batch pertama senilai 300 juta dolar ini disetujui7 Januari 1974.
Hanya dalam tenggang waktu beberapa bulan kemudian, tepatnya bulan Juni kembali IIAF (sebutan AU Iran sebelum revolusi) membeli 50 unit jet sejenis serta tambahan 290 buah Phoenix. Total jenderal dana yang mesti dikucurkan Teheran mencapai dua miliar dolar. Asal tahu saja, sepanjang sejarah AS, ini merupakan pembelian terbesar untuk satu jenis perangkat militer oleh negara asing. Pada tahun 1976 muncul berita, Iran kembali bakal memembeli tambahan 70 unit Tomcat. Rencana ini pupus lantaran Shah keburu terjungkal dari kekuasaannya.
Lepas dari lika-liku pembelian, secara garis besar kemampuan Tomcat pesanan Iran setara dengan milik AL AS. Mulai dari sumber tenaga
turbofan Pratt&Whitney TF-30, perangkat pengidentifikasi kawan-lawan (IFF), radar AWG-9, hingga perangkat antiacak elektronik (electronic counter-measure), semua sesuai standar AL AS. Khusus untuk perangkat
IFF tipe APX-81-M1E yang saat itu tergolong barang rahasia, AS sengaja mengubah deteksi kinerjanya supaya hanya bisa mendeteksi jet-jet buatan Blok Timur saja.
Bergeser ke perbedaan, untuk yang satu ini terbilang minim. Urusan kamuflase jelas sudah pasti beda. F-14 pesanan Iran mengadopsi kelirloreng ala padang pasir. Selanjutnya untuk perangkat pengisian bahan bakar di udara tak dilengkapi dengan tutup pelindung. Terakhir, semuaarmada Tomcat Iran tak punya sistem bantu pendaratan AN/ARA-62 yang notabene hanya diperlukan bagi pesawat yang kerap beroperasi dari dek kapal induk.
Mampukah Indonesia Mencontoh Iran Keuletan dan keberhasilan Iran dalam Mempersenjatai Militernya walau Telah 20 tahun di Embargo Amerikawajib bagi Militer Indonesia Belajar dari Milter Iran Agar kemampuan AURI Indonesia Air Force Disegani oleh Negara2 Tetangga Terutama Australia dan Malaysia
Melihat begitu banyak berjatuhan Pesawat – pesawat militer Indonesia baik karena usia pesawat ataupun embargo Negara produsen ada baiknya mari kita telisik kinerja Islamic Republic of Iran Air Force/ IRIAF dalam mempertahankan kekuatan udara nya walau didera embargo Militer lebih dari 20 tahun dengan ulet serta cerdik menyiasati teknologi kedigantaraan militer malah iran berani ngotot dengan tekanan Amerika pada proyek pengayaan nuklir dan Pengembangan rudal-rudal jelajah dengan tetap ingin mempertahankan proyek pengayaan uranium, Iran kini jadi sorotan Barat.Berbagai upaya diplomasi dilakukan agar Teheran mau menghentikan proyek tersebut.Seperti halnya nasib Irak,kemungkinan opsi untuk menyerang Iran dengan kekuatan militer tetapada.Mampukah kekuatan udara Iran mencegah atau paling tidak dapat mengganjal serangan itu apabila terjadi ? Iran dan kekuatan Udara nya sekilas terlihat lemah Namun :
Barat dan AS tak pernah tahu seberapa besar kekuatan udara Iran. Itulah masalah pertama yang mesti dibedah bila opsi serangan militer
dilakukan. Selama ini semua informasi tentang kekuatan AU Iran atau Islamic Republic of Iran Air Force (IRIAF) sepenuhnya datang dari
jaringan intelijen Israel. Ironisnya, kebanyakan info yang disajikan Tel-Aviv meleset. Dalam laporan disebutkan kalau kekuatan IRIAF tak sehebat dulu. Beragam jet tempur asal AS yang pernah dibelinya
sebagian besar teronggok di darat akibat kelangkaan suku cadang. Lain laporan di atas kertas, lain pula kenyataan di lapangan. Kejadian pada November 2003 lalu bisa jadi buktinya. Saat AS dan sekutunya melancarkan serbuan ke Irak, mereka sempat mencium formasi jet tempur F-14A Tomcat IRIAF dalam jumlah besar. Dari pantauan radar AWACS E-3
Sentry AU AS selama 20 menit, dipergoki sedikitnya ada 16 unit Tomcat yang terbang pada ketinggian 30.000 kaki di dalam wilayah udara Iran, dekat kota Dezful. Temuan ini merupakan yang terbesar sejak tahun
1997, ketika pesawat-pesawat AL-AS tanpa sengaja bertemu dengan sembilan pesawat sejenis di Selatan Teluk Persia.
Untuk meredam masalah tersebut, Barat bersalin taktik.Mereka tak lagi
mengandalkan tenaga manusia.Sebagai gantinya, pengumpulan data lebih bergantung pada berbagai jenis perangkat penyadap. Mulai dari radar pengintai, wahana penyadap elektronik,pesawat pengintai,lalu satelit. Tapi sekali lagi, umumnya para pengamat militer Barat tetap berpijak pada data kekuatan militer Iran yang telah berumur lebih dari20 tahun!
Kombinasi unik
Hasil temuan di lapangan memang membuktikan, F-14A Tomcat masih jadi tulang punggung kekuatan IRIAF. Kabarnya, Teheran baru akan menurunkan jet tempur digdaya yang hanya dimiliki AS dan Iran ini bila situasi sudah benar-benar gawat Begitupun,diluarTomcat, IRIAF masih mengoperasikan beberapa tipe pesawat tempur lain.Sebut saja diantaranya adalah F-4 Phantom II,MiG-29A Fulcrum,Chengdu F-7M Airguard,Sukhoi Su-24MK Fencer-D,dan Mirage F1EQ.
Jelas kemampuan semua tipe jet tadi sudah akrab di telinga pilot-pilot tempur Barat. Persoalan justru datang dari senjata yang dibawanya.Tanpa disangka Teheran telah memasangi senjata yang tak lazim dipakai Selama musim panas 2005 misalnya, pilot-pilot Barat kerap memergoki armada Su-24 Fencer IRIAF telah dibekali rudal antikapal C-802K-2 buatan Cina.
Masih dari Cina, tercatat Iran pernah memborong sejumlah rudal PL-7(jiplakan Matra Magic Mk.II). Arsenal udara-udara jarak pendek ini dipakai buat melengkapi jet-jet MiG-29, F-4 Phantom II, dan F-5E/FTiger. Sayang proyek benilai jutaan dollar itu gagal. Teheran sempat memprotes Cina atas kegagalan ini dan selanjutnya mengambil alih proyek secara penuh. Akibatnya sampai saat ini PL-7 hanya menjadi senjata standar bagi armada MiG-29 dan F-4 saja.
Bicara tentang kombinasi senjata ajaib IRIAF, tak sepenuhnya hanya bergantung pada barang-barang impor. Mereka sanggup pula memasok
sendiri beragam tipe rudal. Soal bentuk bisa dipastikan setali tiga uang dengan rudal-rudal pasokan AS zaman Syah Iran berkuasa. Tipe pertama yang dijadikan basis adalah AIM-9P2 Sidewinder. Mengusung nama baru yaitu Fatter, kecuali bodi dan motor penggerak, seluruh perangkat avionik memakai buatan lokal.Masih tentang rudal udara-udara, lagi-lagi disini industri militerlokal Iran yang pegang peranan. Dengan kemampuannya mereka berhasil memelihara tingkat kesiapan rudal jarak jauh AIM-54 Phoenix. Dari total 284 unit AIM-54 (termasuk 10 varian latih ATM-54A) yang dibelinya semasa Shah, diperkirakan pada 1999 IRIAF masih punya 160 unit dalam kondisi siap tempur. Atau bila dihitung sekitar 40 persen dari kemampuan semula. Selain diotak-atik sendiri,sejumlah komponen
vital rudal kabarnya bisa didapat Iran dari jalur tak resmi.
Program Sky Hawk
Bagi Iran keberadaan sisa Phoenix serta Fatter jelas dianggap belum bisa memenuhi kebutuhan IRIAF. Oleh karena itu industri senjata local Iran mencoba untuk menciptakan rudal jenis baru. Kali ini yang jadi sasaran adalah rudal antipesawat (SAM) MIM-23B I-HAWK. Mengusung nama AIM-23 Sedjil.rudal ini disulap menjadi arsenal udara-udara. Sedjil terhitung sebagai rudal jarak sedang.Tercatat Iran mulai pada tahun 1986.
Pihak Barat pun mengaku sudah mengetahui kehadiran Sedjil sejak lama. Diberi nama kode Project Sky Hawk oleh AS, program ini merujuk pada upaya Israel buat menyulap rudal antiradar berkecepatan tinggi AGM-78 Standard untuk menguber MiG-25 Foxbat. Di mata AS proyek Sky Hawk dianggap gagal,lantaran mengusung banyak kelemahan. Kendala paling utama datang dari soal keselarasan kinerja radar AWG-9 milik Tomcat dengan rudal. Sistem pemandu pada rudal kelewat lemah untuk membaca sinyal-sinyal yang dikirim radar. Toh kendala tadi sudah bisa diatasi oleh Iran. Terbukti saat beroperasi sejumlah Tomcat IRIAF memang dibekali sedikitnya dengan tiga rudal Sedjil.
Selain untuk keperluan pertempuran udara, Iran juga merekayasa rudalHAWK bagi kebutuhan serang darat. Arsenal udara-permukan ini diberi Nama Rudal Yasser.Untuk menciptakannya Iran mengkombinasi rudal MIM-23 HAWK dengan hulu ledak bom M-117 yang berbobot 375 kilogram. Jujur saja,rudal Yasser untuk Israel,AS dan sekutu2nya masih kebingungan buat menganalisa sistem pemandurudal.Beberapa pengamat memperkirakan rudal melesat dengan bantuan laser (laser designator). Sementara sisanya masih percaya, pengoperasian rudal tetap berpandu pada radar AWG-9 milik Tomcat. Dalam operasi udara, IRIAF memasang rudal Yasser pada armada F-14A dan F-4E Phantom II. Sekadar tambahan,disamping rekayasa berkategori berat,Iran juga melakukan modifikasi kecil. Trik macam ini diterapkan pada system rel-rel peluncur rudal pada armada jet tempur F-4 dan F-14.Alhasil kdua pesawat tadi kini mampu meluncurkan rudal antipesawat R-73 kode NATO AA-11Archer) buatan Rusia.
Jet lokal
Bila dibedah lebih jauh, sebenarnya kemampuan Industri Iran tak hanya sebatas memodifikasi atau rekayasa arsenal udara saja. Urusan rekondisi bahkan menciptakan pesawat tempur turut diladeninya.Adalah Islamic Republic Iran Aviation Industry Organization (IRIAIO) atau kerap disebut HESA yang bertanggung jawab terhadap program pembangunan kembali kekuatan udara Iran.
Proyek pertama yang cukup berhasil adalah melakukan proses manufaktur semua komponen yang dibutuhkan mesin Tomcat, Pratt&Whitney TF-30-PW-414. Bahkan menurut sumber orang dalam HESA,Iran sudah punyakemampuan merakit penuh mesin TF-30 dengan komponen lokal. Pernyataan itu jelas tak bisa ditelan bulat-bulat oleh Barat. Mereka masih meragukan, terutama untuk komponen kompresor mesin.
Selanjutnya HESA juga dipercaya menggarap dua program pengembangan pesawat militer lokal. Program pertama adalah menciptakan jet latih berkemampuan tempur,Shafaq.Info yang berhasil dihimpun menunjukkan pesawat ini punya banyak kemiripan bentuk dengan Yakovlev Yak-130. Hanya saja bagian sirip mengadopsi model ganda seperti jet serang Skorpion asal Polandia. Kemampuan melesat hingga kecepatan mach 1 plus beragam perangkat avionik berteknologi digital dipastikan jadi standar Shafaq. Berbasis pesawat ini ada peluang IRIAF bakal mengembangkannya utk keperluan serang darat.
Program kedua dikenal dengan nama M-ATF air superiority fighter. Jujur saja, untuk proyek yang satu ini masih diselimuti kabut misteri.Teheran tak mau begitu saja meloloskan info-info tentang proyek ini. Bahkan lebih jauh lagi mereka seperti sengaja melansir sejumlah proyek-proyek tandingan untuk mengaburkan kondisi yang sebenarnya. Proyek jet tempur Saeqe-80 (Halilintar-80) misalnya, sempat diisukan sudah rampung. Digambarkan Saeqe-80 tak lain merupakan pembesaran skalatis dari jet latihtempur F-5F dengan bekal mesin-mesin dari Rusia.
Masih dalam rangka taktik pengelabuan, info paling akhir yang bisa didapat menyebutkan kalau Iran juga meluncurkan varian Saeqe-2. Basis dipakai untk pengembangan adalah F-5E. Namun bagian sirip ekor pesawat ini dirombak menjadi model V. para pengamat barat lebih percaya kehadiran Saeqe-2 tak lain merupakan wahana uji coba struktur M-ATF.
Lepas dari segala program rahasia yang saat ini sedang dijalani,secara garis besar bisa dibilang industri kedirgantaraan Iran punya kapabilitas untuk memproduksi pesawat sendiri. Setidaknya ini dibuktikan oleh HESA yang secara resmi memegang lisensi resmi dariAntonov Rusia untuk membangun varian angkut An-140.
Angkatan Udara IRAN Tetap diperhitungkan
Memang banyak kejutan yang dilakukan Teheran agar kekuatan udara negeri ini yang seharusnya tetap diperhitungkan oleh pihak lawan. Bila dijabarkan di atas kertas, ada satu keunggulan teknis yang bisa didapat dari upaya mandiri dan rekayasa tadi. Lantaran sudah berubah dari spek aslinya, tentu lawan bakal dibuat pusing tujuh keliling untuk menebak kemampuan sesungguhnya dari senjata hasil rekayasa tadi.
Soal embargo senjata yang selama ini diterapkan, nyata-nyata tak berhasil membuat Iran benar-benar bertekuk lutut.Pasalnya tak semua negara mau patuh dengan aturan yang dicanangkan oleh AS itu. Perancis misalnya, pada tahun 2000 pernah memperbolehkan IRIAF untuk menguji kemampuan rudal udara-udara Matra Magic R550 Mk.II. dari jet Mirage F1EQ hasil hibah dari AU Irak. Tak hanya itu, rampung uji coba Paris serta merta menawari Iran dengan 62 unit Mirage F-1CT eks AU Perancis, 500 unit rudal Magic Mk.II plus dukungan suku cadang selama 10 tahun. Sayang, proyek senilai 1,8 miliar dolar ini gagal gara-gara Teheran kekurangan dana.
Diluar Perancis, masih ada Rusia yang terbilang punya nasib lebih beruntung. Walau kerap terganjal oleh jaringan intelijen AS, negeri ini sempat berhasil menjual sejumlah jet tempur MiG-29A Fulcrum ke Iran. Diluar MiG-29, pada tahun 2003 Rusia pernah pula menyodorkan 22 unit MiG-31 Foxhound lengkap dengan dukungan suku cadang. Proyek untuk pengadaan MiG-31 ini tak pernah kesampaian lantaran CIA turut campur tangan. (*)
Catatan ; Kalau Negara Iran yang tertutup dari hegemoni barat masih dapat digagalkan Pembelian Alutsista dari Rusia , bagaimana dengan Pembelian Senjata Strategis untuk Milter Indonesia ? apakah para intelejen asing telah berhasil buat Militer Indonesia gagal dalam kontrak kesepakatan pembelian Alutsista dari Negara Negara diluar Sekutu Amerika Contoh nyata mana bukti hasil kesepakatan kerjasama militer Indonesia - Rusia akhir tahun 2008 untuk pembelian Alusista Penting dengan pembiayaan kredit dari Pemerintah Rusia sebesar 1 milyard dollar saat ini sudah lebih dari 7 bulan belum ada realisasinya untuk itu Mohon kiranua Presiden RI terpilih dan Para Petinggi Milter Indonesia segera melanjutkan Kontrak pembelian Alusista dari Rusia sebelum tahun 2009 berakhir /**
Nyaris Punya F-16
Sudah bukan rahasia lagi kalau semasa Syah Iran berkuasa, Teheran adalah karib Washington.Bila situasi macam itu tetap berlaku hingga sekarang, bisa dipastikan posisinya bakal ada di atas Israel.Bayangkan saja, di era 70-an Iran dengan gampangnya kebagian jatah jet-jet tempur teranyar dari Negeri Paman Sam. F-4D/E Phantom II, F-5 Tiger, hingga F-14A Tomcat,bahkan masih jadi tulang punggung AU Iran sampai sekarang.
Diluar ketiga jet tadi, sebenarnya ada satu tipe lagi yang saat itu juga jadi incaran, yaitu F-16 Fighting Falcon. Tercatat 30 tahun lalu pada 27 Oktober 1976 Pemerintah Iran pernah bersepakat buat memborong 160 unit F-16 plus opsi tambahan berjumlah 140 buah lagi. Ini artinya apabila tidak terjagi Revolusi Islam Iran 1979 bila ditotal AU Iran sama saja bakal mengoperasikan 300 unit F-16 Fighting Falcon!
Pada tahun 1978, sebagian besar komponen dan peralatan perawatan tiba di Iran. Sejumlah personil darat AU Iran sempat pula mendapat pelatihan. Tapi siapa sangka,hanya dalam tempo beberapa bulan ke depan terjadi perubahan politik di Teheran. Situasi yang saat itu berubah 180 derajat, membuat pembelian berkategori "the big-deal' itu gagal total. Padahal secara teknis, Teheran sudah membayar penuh pesanan tadi. Sejumlah ground equipment F-16 yang telah ada lantas berpindah tangan ke Pakistan. Sementara General Dynamics melempar beberapa F-16 pesanan AU Iran yang telah jadi ke AU Israel. Sebagai tambahan, nasib serupa juga menimpa delapan pesawat AWACS. Wahanaperingatan dini ini akhirnya dipakai oleh AU Arab Saudi. (*)
Negeri Penyangga
Selain kebutuhan pasokan minyak bumi, AS juga punya alasan lain untuk memperkuat AU Iran. Dalam pandangan strategis semasa perang dingin, disamping Turki, Iran dianggap sebagai wilayah penyangga dari kemungkinan serangan Soviet dan sekutu-sekutunya. Oleh karena itu, pasca PD II AS tanpa ragu- ragu menyuplai sejumlah pesawat tempur. Sebut saja mulai pemburu baling-baling P-47 Thunderbolt, jet intai bertempat duduk ganda RT-33 T-bird, F-84 Thunderjet, F-86 Sabre.Dibawah bendera bantuan senjata MAP (Military Assistance Program),semua mesin perang tadi diberikan secara gratis.
Kebagian pasokan pesawat secara cuma-cuma so pasti membuat para pilot militer Iran jadi terbiasa dengan peralatan militer berteknologi tinggi. Tak hanya itu, kedatangan pesawat-pesawat tadi juga memicu AU Iran untuk menciptakan Tim Aerobatik sendiri. Nama yang diusung adalah Golden Crown. Tim ini muncul pada tahun 1955, bersamaan dengan kehadiran jet F-84G Thunderjet. Sayangnya, grup akrobatik udara ini tak bertahan lama. Begitu Syah Iran turun tahta, maka berakhir pula kejayaan nama Golden Crown.(*)
IRIAF Frontline Fighters
Kombinasi Barat-Timur, itulah gambaran kekuatan tempur IRIAF saat ini.
Selain jet-jet buatan AS peninggalan jaman Syah, negeri ini juga
mengoperasikan Dassault Mirage F1EQ yang didapat dari Irak selama
Operasi Enduring Freedom (1991). Jumlahnya diperkirakan mencapai 18
hingga 20 unit, baik itu varian kursi tunggal F1EQ maupun varian kursi ganda F1BQ. Jet lain yang tergolong baru adalah MiG-29A Fulcrum.
Penempur asal Rusia ini dibeli pada tahun 1990. Ada kabar beredar, setahun kemudian IRIAF mendapat tambahan 14 unit MiG-29. Selanjutnya disusul dengan enam pesawat sejenis yang datang dalam kurun waktu 1993-1994. Sayang semua info tadi tak didukung oleh bukti fotografi yang kuat. Tipe penempur terakhir yang juga patut diperhitungkan adalah Chengdu F-7M Airguard. Tercatat IRIAF mulai memakai pesawat asal Cina ini pada tahun 1987. Berikut perkiraan komposisi jet-jet tempur garis depan IRIAF saat ini.
TIPE Jumlah Negara Pembuat
1. F-14A Tomcat 60 Pesawat Amerika Serikat
2. F-4D/F-4E Phantom II 18 / 46 Pswt Amerika Serikat
3. Northrop F-5A/5B/5E/F 10/25/57/18 Pswt Amerika Serikat
4. F-7M Airguard 30 Pesawat Cina
5. MiG-29A/UB Fulcrum 35 / 6 Pswt Rusia
6. Mirage F-1EQ/BQ 18 / 20 Pswt Perancis
7. Shenyang J-6 12 Pesawat Cina
8. Su-24MK Fencer-D 30 Pesawat Rusia
9. Su-25K UBK-T 13 Pesawat Rusia
Inside The Persian Cat
Setelah membandingkan kemampuannya dengan McDonnell Douglas F-15AEagle, Iran akhirnya memilih untuk memborong Grumman F-14ATomcat sbg penempur utamanya . Dibawah bendera proyek Persian King,pemimpin Iran kala itu, Syah Mohammad Reza Pahlevi II memutuskan untuk memborong 30 unit F-14A-GR plus 424 unit rudal AIM-54A Phoenix. Batch pertama senilai 300 juta dolar ini disetujui7 Januari 1974.
Hanya dalam tenggang waktu beberapa bulan kemudian, tepatnya bulan Juni kembali IIAF (sebutan AU Iran sebelum revolusi) membeli 50 unit jet sejenis serta tambahan 290 buah Phoenix. Total jenderal dana yang mesti dikucurkan Teheran mencapai dua miliar dolar. Asal tahu saja, sepanjang sejarah AS, ini merupakan pembelian terbesar untuk satu jenis perangkat militer oleh negara asing. Pada tahun 1976 muncul berita, Iran kembali bakal memembeli tambahan 70 unit Tomcat. Rencana ini pupus lantaran Shah keburu terjungkal dari kekuasaannya.
Lepas dari lika-liku pembelian, secara garis besar kemampuan Tomcat pesanan Iran setara dengan milik AL AS. Mulai dari sumber tenaga
turbofan Pratt&Whitney TF-30, perangkat pengidentifikasi kawan-lawan (IFF), radar AWG-9, hingga perangkat antiacak elektronik (electronic counter-measure), semua sesuai standar AL AS. Khusus untuk perangkat
IFF tipe APX-81-M1E yang saat itu tergolong barang rahasia, AS sengaja mengubah deteksi kinerjanya supaya hanya bisa mendeteksi jet-jet buatan Blok Timur saja.
Bergeser ke perbedaan, untuk yang satu ini terbilang minim. Urusan kamuflase jelas sudah pasti beda. F-14 pesanan Iran mengadopsi kelirloreng ala padang pasir. Selanjutnya untuk perangkat pengisian bahan bakar di udara tak dilengkapi dengan tutup pelindung. Terakhir, semuaarmada Tomcat Iran tak punya sistem bantu pendaratan AN/ARA-62 yang notabene hanya diperlukan bagi pesawat yang kerap beroperasi dari dek kapal induk.
Mampukah Indonesia Mencontoh Iran Keuletan dan keberhasilan Iran dalam Mempersenjatai Militernya walau Telah 20 tahun di Embargo Amerikawajib bagi Militer Indonesia Belajar dari Milter Iran Agar kemampuan AURI Indonesia Air Force Disegani oleh Negara2 Tetangga Terutama Australia dan Malaysia
Langganan:
Postingan (Atom)